Pola Belanja Masyarakat Mulai Berubah - Pasar Modern jadi Pilihan

NERACA

Jakarta – Jika dahulu masyarakat lebih senang berbelanja di pasar tradisional, kini masyarakat lebih gemar berbelanja di pasar modern atau pasar swalayan seperti minimarket dan supermarket. Menurut Direktur Jendera Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Srie Agustina, masyarakat yang datang ke pasar rakyat atau pasar tradisional adalah konsumen yang ingin membeli dalam jumlah yang banyak sementara konsumen yang ingin berbelanja dalam jumlah yang sedikit lebih dan bukan spesifik lebih memilih pasar modern.

“Pola belanja masyarakat mulai mengalami perubahan. Sejauh ini pasar rakyat atau pasar tradisional lebih dipilih oleh konsumen untuk yang grosir seperti pedagang warung, tukang bakso dan mereka yang membeli dalam jumlah yang besar. Kalau lebih private mereka ke pergi ke swalayan. Pasar rakyat ini juga terbatas waktu, kalau swalayan kan buka sampai malam,” ucap Srie di Jakarta, Kamis (7/8).

Soal jumlah, pasar modern tengah mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Pihaknya mencatat pasar modern di seluruh Indonesia mencapai 23 ribu unit atau mengalami peningkatan sebesar 145 dalam tiga tahun terakhir. “Dari 23 ribu unit toko modern itu, 14 ribu lebih merupakan kelompok usaha minimarket. Sedangkan sisanya adalah supermarket,” lanjut dia.

Namun demikian, Srie menegaskan bahwa pasar modern tidak bisa didikotomikan dengan pasar rakyat. Sehingga meskipun pertumbuhan pasar modern cukup tinggi namun diharapkan pertumbuhan pasar modern tersebut tidak hanya pada sebuah daerah saja sehingga ada pemarataan. “Jangan sampai di suatu daerah terlalu banyak dibangun pasar swalayan nanti skala ekonominya akan mengecil. Pertumbuhan ini bukan dibatasi tetapi diarahkan ke daerah-daerah yang belum ada swalayannya,” kata dia.

Dia menjelaskan, sebuah pasar modern idealnya melayani sekitar 1.000 keluarga. Itu yang mendasari pemerintah mengatur soal izin pembangunan pasar modern yang bukan hanya diatur berdasarkan jarak tetapi juga jumlah pertumbuhan penduduk suatu daerah. “Kalau hanya berdasarkan jarak, bagaimana dengan yang jumlah penduduknya sedikit. Juga diatur jangan sampai satu orang menguasai seluruh satu jaringan toko. Jadi harus dibagi-bagi. Itu ada di Peraturan Menteri Pedagangan (Permendag),” ungkapnya.

Selain itu, diatur juga soal produk-produk yang bisa dan tidak bisa dijual di pasar modern sehingga tidak menggerus keberadaan pasar rakyat. “Juga kita atur toko modernnya tidak jual produk curah karena itu segmen pasar rakyat. Pasar modern diharapkan menjadi komplementer,” tandas dia.

Sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi juga mengatakan bahwa perkembangan pasar modern seperti supermarket dan swalayan ini tidak akan menggerus keberadaan pasar tradisional. “Sekarang pola belanja masyarakat berubah. Kalau orang belanja di pasar rakyat (pasar tradisional), orang mencarinya belanja barang yang spesifik, seperti bungkus ketupat yang tidak ada di pasar swalayan. Tapi untuk kebutuhan sehari-hari, mereka memilih yang punya banyak pilihan dan nyaman,” ujar dia.

Meski demikian, lanjut Bayu, bukan masyarakat lebih menyenangi berbelanja di pasar modern ketimbangan di pasar tradisional. “Tapi itu bukan berarti mereka lebih senang dengan pasarnya tetapi karena kenyamanannya, tingkat keterangannya, barangnya yang bervariasi, ber-AC. Ini umumnya terjadi di perkotaan,” tutur dia.

Menurut dia, justru yang harus dilakukan saat ini adalah mendorong agar pasar tradisional ini mempunyai kualitas yang sama dengan pasar modern seperti kenyamanan, timbangan barang yang terjamin serta kepastian harga. “Justru kita harus mendorong pasar rakyat ini lebih baik, disamping kita juga tingkatkan pengawasannya supaya tidak terjadi persaingan yang tidak sehat. Karena kita kan sudah punya aturan tata ruang,” tandas dia.

Minta Dibenahi

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo) Y. Joko Setiyanto mengingatkan pemerintah agar segera membuat kebijakan untuk menyelamatkan pasar tradisional. Rata-rata usia pasar tradisional, kata Joko, di atas 30 tahun dengan kondisi memprihatinkan. Sementara perkembangan pasar modern kian pesat dengan ragam fasilitas dan kenyamanan yang menyedot minat konsumen.

Bandingkan dengan pasar tradisional, jangankan untuk berinovasi, menyediakan lahan parkir saja sudah sangat sulit. Untuk melakukan peremajaaan bukanlah perkara mudah. Inilah yang dikhawatirkan Joko. Di mana, kalau kondisi tersebut didiamkan, maka bukan tidak mungkin pasar tradisional semuanya akan mati.

Sebagai pengelola pasar, Joko merasakan betapa minimnya perhatian pemerintah terhadap pasar tradisonal. Padahal jumlah pasar tradisional diperkirakan lebih dari 11.000-an dengan jumlah pedagang mencapai 12,5 juta. Kalau digabungkan dengan anak dan istri, termasuk pemasok, kira-kira orang yang terlibat di pasar tradional, terang Joko, mencapai 50 juta orang. “Nasib mereka tolong dipikirkan,” terangnya.

Joko mencontohkan pedagang Pasar Induk Kramat Jati yang kini jumlahnya mencapai 4000 pedagang dan kuli bongkarnya mencapai 1500 orang. Belum hitung sopir angkut, dan 1 kios yang ditunggu 2 orang. Itu sudah luar biasa. Jadi pasar tradisional menyerap tenaga kerja luar biasa. Katakan Carrefour luasnya 1,5 hektar diubah menjadi pasar tradisonal, yang pasti dapat menyerap tenaga kerja ribuan orang, karena pemiliknya banyak dan merata. “Nah kalau pasar tradisional mati, pedagangnya mau kemana. Apakah mau kita ekspor jadi TKW. Ini membahayakan bangsa,” jelasnya.

BERITA TERKAIT

Pitching Day Jadi Momentum Pelaku Usaha Bertransformasi

NERACA Mataram – Asisten Deputi Bidang Pembiayaan dan Investasi UKM Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Ali Manshur pada Kegiatan Pitching…

Pemanfaatan Teknologi Produksi Tumbuhkan Ekonomi Inklusif

NERACA Peru – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menyoroti pentingnya pengentasan kemiskinan dan pemanfaatan teknologi produksi bagi usaha mikro kecil…

Akses Pasar ke Amerika Latin Diperluas

NERACA Jakarta – Indonesia dan Peru melaksanakan Putaran Ketiga Perundingan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara kedua negara (Indonesia–Peru Comprehensive Economic…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pitching Day Jadi Momentum Pelaku Usaha Bertransformasi

NERACA Mataram – Asisten Deputi Bidang Pembiayaan dan Investasi UKM Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Ali Manshur pada Kegiatan Pitching…

Pemanfaatan Teknologi Produksi Tumbuhkan Ekonomi Inklusif

NERACA Peru – Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menyoroti pentingnya pengentasan kemiskinan dan pemanfaatan teknologi produksi bagi usaha mikro kecil…

Akses Pasar ke Amerika Latin Diperluas

NERACA Jakarta – Indonesia dan Peru melaksanakan Putaran Ketiga Perundingan Persetujuan Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara kedua negara (Indonesia–Peru Comprehensive Economic…