Asean Co-operative (ACO) Forum 2014 - Dekopin Galang Kekuatan Koperasi Asean

Nusa Dua, Bali - Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) menjadi tuan rumah gelaran Asean Co-operative (ACO) Forum 2014, pada 28 April di Nusa Dua, Bali. Kegiatan yang diikuti lembaga gerakan koperasi dari negara-negara Asean ini, memiliki makna strategis, yaitu untuk menggalang kekuatan koperasi-koperasi di Asean dalam menghadapi diberlakukannya Asean Economic Community (AEC) pada 2015 nanti. Kegiatan ini juga dihadiri wakil dari International Co-operative Alliance (ICA) Asia Pacific.

Pemberlakukan AEC, tentu saja menghadirkan tantangan  sekaligus peluang bagi koperasi di seluruh  kawasan Asean. AEC adalah era ekonomi Asean, dengan empat karakteristik. Pertama, pasar tunggal berbasis produksi Asean. Kedua, daya saing ekonomi regional. Ketiga, kesetaraan dan keadilan ekonomi. Keempat, integrasi ke dalam tata perekonomian global.

“Dengan semangat solidaritas dan adanya keinginan untuk membangun jaringan koperasi di Asean, maka ACO berupaya untuk memerankan dan memosisikan diri secara efektif, sehingga dapat secara nyata menggalang kekuatan koperasi di kawasan Asean,” ujar Presiden ACO H AM Nurdin Halid di Bali, kemarin.

Asean Co-operative (ACO) Forum 2014, digelar dalam rangka menyusun rumusan strategis untuk mengambil langkah aksi, meningkatkan peran dan partisipasi koperasi dalam transformasi masyarakat ekonomi Asean, dalam era ekonomi yang lebih terbuka. “Setiap koperasi di Asean, didorong untuk mengedepankan partisipasi luas masyarakat Asean dalam keiatan ekonomi, sehingga dapat membawa kemajuan dan kesejahteraan bersama,” lanjut Nurdin Halid, yang juga Ketua Umum Dekopin.

Menurut Nurdin, PBB juga sudah mencanangkan Tahun 2012 sebagai Tahun Koperasi Internasional yang mengakui peran dan kontribusi koperasi-koperasi bagi pertumbuhan berkelanjutan sosial-ekonomi dunia. “Koperasi  menawarkan alternatif solusi bagi masyarakat berkarya, berinovasi, berkreasi, dan membuat pilihan demokratis, nilai kebersamaan, dan berkelanjutan. Karakter demokratis dan orientasi ekonomis koperasi sangat penting bagi integrasi masyarakat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan”, papar Nurdin.

Tak hanya itu, lanjut Nurdin, koperasi-koperasi  yang beranggota sekitar satu miliar orang di dunia,  mampu menstabilkan siklus-siklus sosial ekonomis regional. Bahkan, Internasional Cooperative Association (ICA) pun dalam Blueprint Dekade Pembangunan Koperasi 2020. Targetnya, koperasi sebagai model bisnis yang paling cepat pertumbuhannya, koperasi sebagai referensi utama dalam mengentaskan kemiskinan, dan koperasi sebagai solusi di masa krisis.

Di Asean, dalam catatan Nurdin, koperasi menghasilkan “Pengembalian Keuntungan” (financial turnover) yang signifikan di masa turbulensi sosial-ekonomi 1998-1999. “Koperasi-koperasi di Asean membantu pemerintah dalam pembangunan ekonomi pedesaan. Peran koperasi ini perlu ditingkatkan untuk memperkuat daya-saing masyarakat ekonomi Asean sebagai pasar tunggal dan basis produk untuk pasar global yang merupakan tujuan utama perumusan kesepakatan AFTA pada tahun 1992 di Singapura”, jelas dia.

Kini dan ke depan, kata Nurdin, koperasi-koperasi dapat mempelajari pengalaman keunggulan daya-saing koperasi negara lain. Misalnya, koperasi menjadikan India sebagai produsen susu terbesar dunia awal abad 21. Koperasi Mondragon merepresentasi kira-kira 8% GDP Spanyol. Gerakan koperasi di Jepang dapat memindahkan sumber-sumber daya (resources) dan memasok barang kebutuhan ke zona yang dilanda gempa dan tsunami dahsyat tahun 2011.

Lebih dari itu, menurut The Food and Agricultural Organization (FAO) akhir 2012,  selama krisis pangan dunia 2007-2008, petani anggota koperasi mengatasi krisis pangan lebih baik daripada petani bukan anggota koperasi.

“Tantangan lain peningkatan peran koperasi di Asean adalah kesadaran kolektif tentang gotong-royong dan nilai kebersamaan masih kurang, kurangnya pendampingan guna meningkatkan kesadaran kolektif tentang nilai dan manfaat koperasi dari level ekonomi keluarga hingga ekonomi negara. Koperasi diperalat untuk keuntungan diri, bukan kesejahteraan anggota, kemakmuran rakyat, dan pelestarian ekosistem negara”, pungkas Nurdin

BERITA TERKAIT

Grab Raih Sertifikat Kepatuhan Persaingan Usaha

NERACA Jakarta - Grab Indonesia menjadi perusahaan berbasis teknologi pertama penerima sertifikat penetapan program kepatuhan persaingan usaha menurut Komisi Pengawas…

KPK: Anggota Dewan Harus Mewariskan Budaya Antikorupsi

NERACA Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron mengatakan anggota dewan harus mewariskan budaya antikorupsi. “Tantangan terbesar…

KPPU: Skema Denda di UU Cipta Kerja Guna Beri Efek Jera

NERACA Jakarta - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengatakan skema denda yang diatur dalam Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) bertujuan…

BERITA LAINNYA DI Hukum Bisnis

Grab Raih Sertifikat Kepatuhan Persaingan Usaha

NERACA Jakarta - Grab Indonesia menjadi perusahaan berbasis teknologi pertama penerima sertifikat penetapan program kepatuhan persaingan usaha menurut Komisi Pengawas…

KPK: Anggota Dewan Harus Mewariskan Budaya Antikorupsi

NERACA Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron mengatakan anggota dewan harus mewariskan budaya antikorupsi. “Tantangan terbesar…

KPPU: Skema Denda di UU Cipta Kerja Guna Beri Efek Jera

NERACA Jakarta - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengatakan skema denda yang diatur dalam Undang-Undang Cipta Kerja (UU Ciptaker) bertujuan…