Menperin Minta Perbankan Turunkan Suku Bunga Kredit Untuk IKM

NERACA

Jakarta – Kementerian Perindustrian akan mengusulkan kenaikan pembiayaan kredit untuk Industri Kecil dan Menengah (IKM) hingga sebesar Rp 20 juta untuk menunjang kinerja sektor itu. Apalagi, selama ini IKM mampu mendongkrak nilai ekspor Indonesia ke pasar global dari sebesar US$ 180 miliar menjadi US$ 250 miliar.

“Suku bunga pinjaman juga akan saya usulkan diturunkan. Karena sampai saat ini suku bunga pinjaman untuk Industri Kecil dan Menengah masih sangat tinggi yaitu sekitar 16% sampai 22%,” kata Menteri Perindustrian MS Hidayat dalam acara penandatangan nota kesepahaman antara Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Apindo, dan Small and Medium Enterprises of Japan (SMEJ) di Jakarta, Senin (11/7).

Senada dengan Menperin, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengungkap, target ekspor Indonesia saat ini sebesar US$ 200 miliar. “Target tersebut dapat tercapai dalam tahun ini,” kata Mendag.

Untuk mencapai target ekspor tersebut, Mendag menghimbau kepada para pelaku usaha untuk memberi pelatihan, koordinasi dan pengembangan promosi serta mengolah terlebih dahulu barang yang akan di ekspor agar memiliki nilai tambah.

“Intinya kita mempunyai beberapa program ekspor, pelatihan, pelayanan informasi terkait pengembangan ekspor dan pembinaan bagi dunia usaha terkait social compliance dalam rangka meningkatkan citra dan daya saing produk ekspor Indonesia di dalam dan luar negeri,” jelas Mendag.

Mari menambahkan, social compliance merupakan hal penting yang harus ditaati tiap perusahaan mengingat besarnya pengaruh yang ditimbulkannya terhadap pembentukan opini publik di kalangan konsumen.

Dia menyebut, salah satu peran yang dapat dijalankan Pemerintah Indonesia adalah penyelenggaraan kegiatan sosialisasi kepada perusahaan-perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran terhadap pentingnya penerapan social compliance untuk mendukung kelangsungan usaha.

Sementara itu, Ketua Umum APINDO Sofjan Wanandi mengatakan, akan membantu pemberian kredit untuk kalangan IKM dari bank swasta yaitu Bank Mayapada.

Menurutnya, saat ini banyak usaha kecil yang belum terangkul oleh bank pemerintah. Untuk itu Apindo akan membantu mendapatkan kredit dengan bunga yang berada jauh di bawah suku bunga saat ini. “Kami akan berikan bunga di bawah 10% untuk membantu mereka,” jelasnya.

Sofjan juga meminta para pelaku IKM memperhatikan produknya dengan baik dan benar supaya bisa bersaing di pasar internasional. “Untuk masalah tranportasinya, saya berharap pemerintah bisa memberikan yang terbaik sehingga hasil dari produk industri bisa berjalan dengan lancar,” tuturnya.

Saat ini, imbuhnya, biaya pengiriman barang di dalam negeri termasuk yang tertinggi. “Jadi gimana bisa mau bersaing kalau ongkos kirimnya mahal. Sekarang tidak usah banyak omong. Perbaiki saja dahulu infrastruktur, pelabuhan dan kapal very untuk penyebrangan. Anda lihat kan pasokan terhambat,” tegasnya.

Sofjan juga menghimbau agar industri besar bisa membantu industri kecil. Alasannya, persaingan industri saat ini sudah semakin ketat termasuk dari pelaku asing.

Dia mengutarakan, seharusnya pengusaha-pengusaha di Indonesia tidak saling bersaing. Antar pengusaha saling bahu-membahu untuk saling berkembang dan mampu menembus pasar internasional. “Sebenarnya kita harus bersatu. Lawan kita ini luar negeri bukan antara kita dengan kita,” ujarnya.

Sofjan mengungkap, musuh utama yang harus dihadapi oleh pengusaha-pengusaha Indonesia mulai dari kecil maupun besar, adalah harus dapat bersaing dengan pengusaha asing.

Menurutnya, pengusaha-pengusaha Indonesia, baik mikro, kecil, menengah, sampai yang besar, haruslah dapat memiliki daya saing yang kuat agar dapat melawan gencaran pengusaha asing yang semakin luar biasa. Sofjan menegaskan kembali agar setiap elemen dapat bekerja sama degan baik antara satu dengan yang lainnya. “Kita menghadapi luar negeri yang makin hari makin luar biasa," tuturnya.

Serbuan pelaku usaha asing, lanjut Sofjan, telah semakin banyak mengingat semakin banyaknya juga investasi-invesasi yang masuk ke Indonesia untuk merambah pasar-pasar dalam negeri. Sofjan menegasakan, produk-produk Indonesia seharusnya dapat bersaing dengan produk asing dan mampu menjadi tuan rumah di negara sendiri.

“Pak Hidayat (Menteri Perindustrian) pasti telah mengalami sendiri (masuknya investasi asing yang banyak). Yang kita tidak bisa produk-produk jadi tuan rumah di negara sendiri,” terangnya.

Sofjan mengingatkan, agar pengusaha-pengusaha besar dapat membantu pengusaha kecil untuk melakukan pemerataan di sektor industri dan semakin mengembangkan usaha-usaha yang lebih besar untuk dapat bersaing dengan pengusaha asing. “Pengusaha besar untuk lebih aktif lagi untuk membangun pengusaha kecil,” jelasnya.

Kendala IKM

Di sisi lain, Sofjan juga menyatakan, banyak peraturan yang harus dipenuhi oleh penggelut usaha kecil menengah (UKM). Aturan-aturan tersebut berdampak pada ekonomi biaya tinggi yang harus ditanggung pengusaha UKM.

Menurut Sofjan, pengusaha UKM banyak sekali direpotkan terkait perizinan, mulai dari sulitnya mencari tempat usaha, sampai dengan banyaknya pungutan liar.

“Yang jelas saya mempersoalkan, yang jelas pungutan-pungutan liar itu banyak sekali. Sudah susah mereka cari-cari tempat, dagang pun diganggu-ganggu," katanya.

Dia menambahkan, UKM juga sangat sulit mendapatkan kucuran pendanaan dari perbankan. Disisi lain, pengusaha UKM ini harus dihadapkan dengan perizinan-perizinan yang dianggap Sofjan tidak perlu.

“Kalau tidak bisa ngasih modal jangan ganggu dengan izin-izin tidak perlu, izin yang susah sekali. Industri makanan minuman misalnya minta izin ke Badan POM (Pengawasan Obat dan Makanan) bayarnya mahal lagi,” terang Sofjan.

Masalah perizinan untuk UKM ini sebenarnya bukan barang baru. Pemerintah pun sudah sangat tahu soal ini, misalnya beberapa waktu lalu Wakil Presiden Boediono meminta kepada seluruh pemerintah daerah untuk memberikan kemudahan izin usaha bagi pengusaha baru atau pemula. Penanganan perizinan bagi pengusaha pemulai dengan yang sudah mapan harus dibedakan.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…