LPDB-KUMKM Siap Inkubasi Koperasi Produsen Ikan Tuna Biak Agar Masuk Skala Ekonomi

LPDB-KUMKM Siap Inkubasi Koperasi Produsen Ikan Tuna Biak Agar Masuk Skala Ekonomi
Biak Numfor, Papua - Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM menyatakan kesiapannya untuk menginkubasi Koperasi Produsen Samber Binyeri Maju agar mampu lebih meningkatkan kapasitas SDM, kualitas produk, kelembagaan, hingga masuk skala ekonomi.
Saat ini, koperasi nelayan yang baru berusia lima bulan tersebut, sudah memiliki enam unit usaha produktif. Yaitu, cold storage atau Gudang Beku Portabel (GBP) berkapasitas 10 ton, sentra kuliner, pengolahan ikan, pabrik es berkapasitas 1 ton, bengkel dan docking kapal nelayan (bekerjasama dengan pemasok suku cadang resmi untuk kapal nelayan), dan kios persediaan (perbekalan melaut, kebutuhan rumah tangga, alat penangkapan ikan).
"Kami siap menginkubasi dan melakukan pendampingan bagi koperasi dalam bentuk Bimbingan Teknis atau Bimtek, agar nantinya setelah tercapai skala keekonomian sampai bisa mengakses dana bergulir," ungkap Dirut LPDB-KUMKM Supomo, usai mendampingi Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki berdialog dengan para nelayan anggota Koperasi Produsen Samber Binyeri Maju, di Kabupaten Biak Numfor, Papua, Rabu (8/5).
Meski begitu, Supomo menyatakan bahwa inkubasi tidak bisa dilakukan secara penuh, karena ada langkah-langkah yang harus dilalui terlebih dahulu. Langkah pertama yang harus diperkuat adalah harmonisasi dengan buyer, baik di dalam maupun luar negeri.
Bagi Supomo, yang perlu dimaintain itu buyer atau offtaker. Dalam hal ini perlu ada peningkatan jiwa enterpreneurship dari para pengurus koperasi. Pasalnya, untuk bisa melakukan ekspor itu banyak aturan (international trade) yang harus dipahami. 
"Yang harus diingat, aturan dagang di setiap negara itu berbeda-beda. Contoh Jepang, yang dikenal ketat dalam hal ekspor pangan dari luar. Disana, tidak cukup hanya sertifikat keamanan pangan HCCP saja. Lebih dari itu," tandas Supomo.
Begitu juga dengan Customs (Bea Cukai) masing-masing negara memiliki aturan main yang berbeda. Belum lagi menyangkut L/C, bukan sesuatu yang mudah untuk dipahami dan dijalankan. Atau, menyangkut Surat Kredit Bank Dalam Negeri (SKBDN). "Nah, LPDB-KUMKM bisa menginkubasi dalam meningkatkan kapasitas SDM pengurus koperasi," imbuh Supomo.
Bahkan, lanjut Supomo, perlu juga ada tambahan knowledge kepada para nelayan dalam hal cara menangkap ikan dan mengolah hasil tangkapannya di kapal. "Untuk menjaga kualitas ikan tetap baik, jangan sampai menetes mengeluarkan darah. Hal-hal seperti itu harus dipahami para nelayan saat melaut," kata Supomo.
Supomo merujuk keberhasilan Koperasi Nelayan Mino Saroyo (Cilacap, Jateng) sebagai contoh yang patut ditiru untuk pengembangan koperasi-koperasi nelayan di Indonesia. "Kemampuan kapal-kapal para nelayan Mino Saroyo sudah mampu melaut selama berbulan-bulan dengan hasil tangkapan sebanyak ratusan ton ikan," tukas Supomo.
Supomo mengakui, Koperasi Produsen Samber Binyeri Maju sudah bagus dengan memiliki infrastruktur pendukung yang lengkap. "Koperasi ini semacam mini prototype, yang siap untuk dikembangkan melalui peningkatan kapasitas SDM hingga kelembagaannya," kata Supomo.
Sementara itu, Ketua Koperasi Produsen Samber Binyeri Maju Adam Mampioper menyatakan, meski koperasinya baru beroperasi lima bulan, namun sudah memiliki anggota nelayan sebanyak 80 orang dengan 40 diantaranya sudah memiliki kapal sendiri.
Tak hanya itu, koperasi ini juga sudah memiliki fasilitas utama, seperti dermaga tambatan kapal, pabrik es, sentra kuliner, ruang penyimpanan dingin (cold storage), shelter pendaratan ikan, kios perbekalan, hingga dock yard.
Fasilitas pendukung juga disiapkan, meliputi balai pelatihan, instalasi air bersih, drainase, penerangan jalan, instalasi pengelolaan air limbah (IPAL), hingga kantor pengelola. "Kami akan menjaring semua warga Binyeri untuk masuk menjadi anggota koperasi," ujar Adam. 

NERACA

Biak Numfor, Papua - Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM menyatakan kesiapannya untuk menginkubasi Koperasi Produsen Samber Binyeri Maju agar mampu lebih meningkatkan kapasitas SDM, kualitas produk, kelembagaan, hingga masuk skala ekonomi.

Saat ini, koperasi nelayan yang baru berusia lima bulan tersebut, sudah memiliki enam unit usaha produktif. Yaitu, cold storage atau Gudang Beku Portabel (GBP) berkapasitas 10 ton, sentra kuliner, pengolahan ikan, pabrik es berkapasitas 1 ton, bengkel dan docking kapal nelayan (bekerjasama dengan pemasok suku cadang resmi untuk kapal nelayan), dan kios persediaan (perbekalan melaut, kebutuhan rumah tangga, alat penangkapan ikan).

"Kami siap menginkubasi dan melakukan pendampingan bagi koperasi dalam bentuk Bimbingan Teknis atau Bimtek, agar nantinya setelah tercapai skala keekonomian sampai bisa mengakses dana bergulir," ungkap Dirut LPDB-KUMKM Supomo, usai mendampingi Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki berdialog dengan para nelayan anggota Koperasi Produsen Samber Binyeri Maju, di Kabupaten Biak Numfor, Papua, Rabu (8/5).

Meski begitu, Supomo menyatakan bahwa inkubasi tidak bisa dilakukan secara penuh, karena ada langkah-langkah yang harus dilalui terlebih dahulu. Langkah pertama yang harus diperkuat adalah harmonisasi dengan buyer, baik di dalam maupun luar negeri.

Bagi Supomo, yang perlu dimaintain itu buyer atau offtaker. Dalam hal ini perlu ada peningkatan jiwa enterpreneurship dari para pengurus koperasi. Pasalnya, untuk bisa melakukan ekspor itu banyak aturan (international trade) yang harus dipahami. 

"Yang harus diingat, aturan dagang di setiap negara itu berbeda-beda. Contoh Jepang, yang dikenal ketat dalam hal ekspor pangan dari luar. Disana, tidak cukup hanya sertifikat keamanan pangan HCCP saja. Lebih dari itu," tandas Supomo.

Begitu juga dengan Customs (Bea Cukai) masing-masing negara memiliki aturan main yang berbeda. Belum lagi menyangkut L/C, bukan sesuatu yang mudah untuk dipahami dan dijalankan. Atau, menyangkut Surat Kredit Bank Dalam Negeri (SKBDN). "Nah, LPDB-KUMKM bisa menginkubasi dalam meningkatkan kapasitas SDM pengurus koperasi," imbuh Supomo.

Bahkan, lanjut Supomo, perlu juga ada tambahan knowledge kepada para nelayan dalam hal cara menangkap ikan dan mengolah hasil tangkapannya di kapal. "Untuk menjaga kualitas ikan tetap baik, jangan sampai menetes mengeluarkan darah. Hal-hal seperti itu harus dipahami para nelayan saat melaut," kata Supomo.

Supomo merujuk keberhasilan Koperasi Nelayan Mino Saroyo (Cilacap, Jateng) sebagai contoh yang patut ditiru untuk pengembangan koperasi-koperasi nelayan di Indonesia. "Kemampuan kapal-kapal para nelayan Mino Saroyo sudah mampu melaut selama berbulan-bulan dengan hasil tangkapan sebanyak ratusan ton ikan," tukas Supomo.

Supomo mengakui, Koperasi Produsen Samber Binyeri Maju sudah bagus dengan memiliki infrastruktur pendukung yang lengkap. "Koperasi ini semacam mini prototype, yang siap untuk dikembangkan melalui peningkatan kapasitas SDM hingga kelembagaannya," kata Supomo.

Sementara itu, Ketua Koperasi Produsen Samber Binyeri Maju Adam Mampioper menyatakan, meski koperasinya baru beroperasi lima bulan, namun sudah memiliki anggota nelayan sebanyak 80 orang dengan 40 diantaranya sudah memiliki kapal sendiri.

Tak hanya itu, koperasi ini juga sudah memiliki fasilitas utama, seperti dermaga tambatan kapal, pabrik es, sentra kuliner, ruang penyimpanan dingin (cold storage), shelter pendaratan ikan, kios perbekalan, hingga dock yard.

Fasilitas pendukung juga disiapkan, meliputi balai pelatihan, instalasi air bersih, drainase, penerangan jalan, instalasi pengelolaan air limbah (IPAL), hingga kantor pengelola. "Kami akan menjaring semua warga Binyeri untuk masuk menjadi anggota koperasi," ujar Adam. 

BERITA TERKAIT

Percepatan Transisi Energi Tanggung Jawab Semua Negara

NERACA Bali – Pertemuan tahunan forum internasional Clean Energy Ministerial (CEM) Senior Offical's Meeting and Mission Innovation (MI) yang diselenggarakan…

Indonesia Ajak Dunia Internasional Jawab Tantangan Air Bersih dan Sanitasi Global

NERACA Bali - Indonesia kembali menjadi tuan rumah bagi acara besar yang bertujuan untuk mengangkat isu krusial seperti akses terhadap…

Di Uzbekistan, Industri Elektronika dan Telematika Unjuk Kemampun

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus aktifmendukung perluasan pasar bagi industri dalam negeri dengan mengenalkan kemampuannya di ajang internasional. Saat ini, makin…

BERITA LAINNYA DI Industri

Percepatan Transisi Energi Tanggung Jawab Semua Negara

NERACA Bali – Pertemuan tahunan forum internasional Clean Energy Ministerial (CEM) Senior Offical's Meeting and Mission Innovation (MI) yang diselenggarakan…

Indonesia Ajak Dunia Internasional Jawab Tantangan Air Bersih dan Sanitasi Global

NERACA Bali - Indonesia kembali menjadi tuan rumah bagi acara besar yang bertujuan untuk mengangkat isu krusial seperti akses terhadap…

Di Uzbekistan, Industri Elektronika dan Telematika Unjuk Kemampun

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus aktifmendukung perluasan pasar bagi industri dalam negeri dengan mengenalkan kemampuannya di ajang internasional. Saat ini, makin…