Remaja Mesti Produktif untuk Tuai Bonus Demografi

NERACA

Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo menyebut bahwa remaja, khususnya para Generasi berencana (Genre) mesti produktif agar Indonesia bisa menuai bonus demografi.

"Bonus demografi menjadi peluang karena Genre ini harus produktif. Ada istilah sandwich generation, yaitu generasi anak-anak muda yang nanti akan menanggung orang tuanya kalau orang tuanya sudah tidak produktif. Nah, mereka mereka kalau tidak produktif berbahaya, bisa menjadi malapetaka," kata Hasto ditemui usai acara HUT ke-14 Genre di Jakarta, Kamis (2/5).

Untuk mencapai bonus demografi, lanjut Hasto, negara harus bisa memanfaatkan peluang dengan baik, dan penentu bonus demografi ada di tangan para pemuda.

Ia mencontohkan beberapa negara maju yang telah sukses meraih bonus demografi. Menurutnya, bonus demografi bisa menjadi pisau bermata dua, karena apabila negara tidak bisa memanfaatkannya, maka masyarakat akan terjebak dalam pendapatan kelas menengah atau middle income trap.

"Korea Selatan, Jepang, sangat sukses menyiapkan bonus demografi, dan negara yang sudah lewat bonus demografi apabila tidak sukses akan terjebak dalam middle income trap, dan hampir tidak akan bisa keluar dari jebakan itu," ucapnya.

Dokter spesialis kandungan ini juga mengutarakan bahwa bonus demografi yang dinikmati Indonesia baru dalam bentuk kuantitas penduduk, sehingga masih perlu dioptimalkan melalui peningkatan produktivitas para remaja.

"Kuncinya anak-anak kita Genre ini harus cerdas, produktif, maka bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, dan kita juga melihat orang yang badannya sempurna belum tentu sukses karena jiwanya kacau, tidak punya semangat, bahkan depresi, gangguan mental," paparnya.

Untuk menjadi remaja yang produktif, sambung dia, penting melakukan perubahan pola pikir atau mindset yang bisa mengubah tatanan masyarakat ke arah yang lebih baik.

"Genre tidak cukup hanya melakukan aksi dan inovasi, tetapi harus melakukan revolusi, karena revolusi itu bukan berarti perang atau konflik, tetapi mengubah mindsetnya," kata Hasto.

"Hari ini, kita belum suksesnya karena mindset, stunting pun belum bisa turun dengan signifikan karena belum berubahnya mindset, mindset yang bereproduksi, bersanitasi, dan pola makan atau konsumsi. Mindset-mindset ini bisa diubah dari anak muda. Pesan utamanya itu," imbuhnya.

Ia juga berharap, Genre dapat membangun kesadaran di antara teman-temannya melalui sekolah siaga kependudukan tentang kesehatan reproduksi.

"Saya berharap Genre ini yang bisa cerita kepada siswa, mahasiswa, dan remaja (tentang pembangunan kependudukan, keluarga berencana, dan program-program Genre). Saya berharap lebih ke edukasi kesehatan reproduksi," demikian Hasto Wardoyo. Ant

 

 

 

BERITA TERKAIT

Pendidikan Nasional Jangan Menjadi "Pabrik Robot"

NERACA Yogyakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengingatkan pendidikan nasional di era modern jangan sampai berubah menjadi…

Pesantren Mesti Jadi Pusat Pembentukan Remaja Berkualitas

NERACA Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo mengemukakan bahwa pesantren mesti jadi pusat…

Perilaku Sangat Berpengaruh Terhadap Risiko Stunting

NERACA Tanjungpinang - Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN RI Novian Andusti menyebut perilaku seseorang sangat berpengaruh…

BERITA LAINNYA DI

Pendidikan Nasional Jangan Menjadi "Pabrik Robot"

NERACA Yogyakarta - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengingatkan pendidikan nasional di era modern jangan sampai berubah menjadi…

Pesantren Mesti Jadi Pusat Pembentukan Remaja Berkualitas

NERACA Jakarta - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo mengemukakan bahwa pesantren mesti jadi pusat…

Perilaku Sangat Berpengaruh Terhadap Risiko Stunting

NERACA Tanjungpinang - Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN RI Novian Andusti menyebut perilaku seseorang sangat berpengaruh…