NERACA

Jakarta - Pemerintah akan mendorong peningkatan ekspor produk-produk unggulan yang memiliki potensi pasar besar di China guna mencapai perimbangan perdagangan dengan negeri tirai bambu itu.

“Potensinya juga harus kita kejar, keuntungan besar harus didapat. Tentang produk apa yang potensial, kami masih melihat dari keunggulan komparatif, yakni produk berbasis sumber daya alam,” kata Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu kepada wartawan di Jakarta, Rabu.

Mendag mengungkap, hasil pertanian dan pertambangan termasuk produk yang ekspornya berpotensi besar untuk ditingkatkan. “Ini akan menjadi bagian kekuatan ekspor kita ke China,” ujarnya.

Selain itu, imbuh Mendag, pemerintah juga berusaha meningkatkan ekspor produk olahan bernilai tambah tinggi ke China. “Minyak sawit mentah memang salah satu produk ekspor unggulan, tapi ke depan kami ingin proporsi ekspor produk olahan yang nilai tambahnya tinggi seperti olein dan `oleochemical` bisa lebih banyak,” terang Dia.

Dia menyebut, produk garmen, alas kaki dan kerajinan berkualitas dengan sasaran konsumen kelas atas, juga mempunyai peluang pasar cukup besar di China yang kini pendapatan per kapita penduduknya tergolong tinggi.

Sementara itu, Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawady menambahkan, selain mengoptimalkan pemanfaatan potensi ekspor pemerintah juga mengupayakan perimbangan perdagangan dengan China pemerintah melalui peningkatan daya saing produk dalam negeri. “Sektor usaha yang daya saingnya masih lemah ditingkatkan, difasilitasi dengan promosi, akses pembiayaan dan akses pasar,” tuturnya.

Pemerintah, lanjut Mendag, juga menerapkan aturan Standar Nasional Indonesia (SNI), persyaratan label, persyaratan kesehatan dan syarat teknis lain pada produk-produk yang dihasilkan maupun diedarkan di dalam negeri.

Produk-produk dalam negeri yang telah memenuhi aturan standar, persyaratan pelabelan dan persyaratan teknis dalam negeri diharapkan lebih mampu bersaing dengan produk negara lain. China merupakan salah satu mitra dagang penting bagi Indonesia dengan nilai total perdagangan yang cukup besar.

Nilai total perdagangan Indonesia dan China cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2010, menurut data Kementerian Perdagangan mencapai US$ 36,11 miliar.

Neraca perdagangan Indonesia dengan negeri tirai bambu itu dalam tiga tahun terakhir tercatat selalu defisit dan pada 2010 defisit perdagangan Indonesia dengan China mencapai US$ 4,73 miliar.

Pada awal 2011, selama Januari-Februari, defisit perdagangan nonmigas Indonesia dengan China juga tercatat US$ 0,98 miliar atau naik US$ 0,19 miliar dibanding periode yang sama tahun 2010.

Indonesia antara lain mengimpor perangkat komunikasi, komputer jinjing, aluminium, pipa, buah, turbin, pelumas dan mesin-mesin industri dari China.

Sementara China selain mengimpor minyak dan gas juga mengimpor minyak sawit mentah, kayu olahan, tekstil dan produk tekstil dan karet dari Indonesia.