Impor Melonjak, Neraca Perdagangan RI Bakal Defisit

NERACA

Jakarta – Lonjakan volume impor mulai mengancam keseimbangan neraca perdagangan Indonesia. Jika tidak diantisipasi, pertumbuhan impor akan kian besar dibanding pertumbuhan ekspor.

Menurut Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati, total ekspor Indonesia sepanjang Februari tercatat sebesar US$ 14,4 miliar atau tumbuh 27,4%  dibanding tahun lalu. Sedangkan total impor Indonesia di Februari tercatat sebesar US$ 11,9 miliar atau tumbuh 29,3% dibanding periode yang sama tahun 2010 lalu.

Anny menyebut, saat ini neraca perdagangan Indonesia memang masih surplus. Tetapi tren impor masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor. “Untuk itu kami siapkan beberapa perangkat kebijakan,” ujarnya saat memaparkan perkembangan ekonomi makro dan realisasi APBN kuartal I 2011 di Jakarta, Kamis (14/4).

Impor dari China, jelas Anny, tumbuh signifikan dibandingkan realisasi ekspor Indonesia ke China. Sepanjang 2000- 2007 ekspor-impor Indonesia dengan China tercatat relatif masih tumbuh seimbang. Namun sejak 2007 impor dari Cina pertumbuhannya lebih cepat sehingga terjadi defisit.

Dia mengungkap, berdasarkan data yang ada pada China, defisit perdagangan di pihak Indonesia sebesar US$ 2,8 miliar. Namun, catatan pihak Indonesia, defisit yang dialami justru lebih besar menjadi sekitar US$ 5 miliar-US$ 7 miliar. Selama Januari 2011 saja, defisit mencapai US $ 0,66 miliar, meningkat US$ 0,26 miliar jika dibandingkan dengan Januari 2010 lalu.

Parahnya lagi, meskipun impor dari China terus meningkat, sebagian besar impor dari China belum menggunakan fasilitas ACFTA atau tetap mengunakan jalur MFN (jalur bea masuk normal). Artinya serbuan impor dari China bisa jauh lebih besar jika China mengoptimalkan fasilitas penurunan bea masuk dalam ACFTA. “Bea Cukai itu memiliki early warning system yang akan mencatat semua impor dari China,” tandas Anny.

Anny menekankan perlunya perangkat kebijakan perdagangan dalam rangka mitigasi tekanan impor dari China. “Beberapa yang kami lakukan antara lain seperti pengetatan bea masuk anti dumping, countervailing duties, bea masuk tindakan pengamanan (safeguard) atau penerapan strategi kebijakan non tarrif barriers,” ujarnya.

Dia juga mengatakan, Bea Cukai juga akan memperketat pengawasan dengan memeriksa lebih rinci dokumen keterangan asal barang. “Bea cukai akan langsung ke negara-negara lain untuk mempelajari certificate of origin,” kata Anny.

Berbeda dengan Anny, Pjs Kepala Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengungkap, impor yang besar belum tentu bersifat negatif. Pasalnya bisa saja industri manufaktur memang membutuhkan bahan baku tertentu untuk memproduksi barangnya.

Menurutnya, yang mesti diperhatikan apakah bahan baku yang di impor tersebut sudah bisa diambil dari dalam negeri atau tidak. “Kalau memang tak ada, ya memang harus impor. Tapi kami tetap akan memperketat pengawasan impor,” terangnya.

Impor GKP Dihentikan

Di tempat terpisah, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menyatakan, pemerintah tidak memperpanjang waktu pelaksanaan impor gula kristal putih yang sebelumnya ditetapkan berakhir 15 April 2011.

“Impor gula tidak akan diperpanjang, yang penting pengapalan sampai dengan tanggal 15 April ini. Dan saya pikir semua sudah masuk dari yang direncanakan,” jelas Mendag.

Data dari Direktorat Impor pada Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan menunjukan, hingga 13 April 2011 total realisasi impor gula kristal putih sebanyak 78.236 ton.

Hingga akhir Maret 2011, penerima izin impor gula yang sudah memiliki kontrak impor gula kristal putih terdiri atas PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) sebanyak 30 ribu ton, Perum Bulog sebanyak 20 ribu ton, PT Perkebunan Nusantara (PT PN) X sebanyak 20 ribu ton dan PT PN XI sebanyak 15.700 ton. Sebagian diantaranya sudah direalisasikan.

Perusahaan penerima izin impor gula kristal putih yang lain belum memiliki kontrak impor gula kristal putih dan merealisasikannya.

Sebelumnya Kementerian Perdagangan mengeluarkan izin impor gula kristal putih sebanyak 450 ribu ton kepada PT PN IX, X dan XI; PT PPI, Perum Bulog dan PT Rajawali Nusantara Indonesa (RNI). Alokasinya berturut-turut, untuk PT PN IX sebanyak 70 ribu ton; PT PN X sebanyak 90 ribu ton; PT PN XI 90 ribu ton; PT RNI 50 ribu ton; PT PPI 90 ribu ton dan Perum Bulog sebanyak 60 ribu ton.

Pemerintah meminta perusahaan-perusahaan tersebut merealisasikan impor gula kristal putih mulai 1 Januari-15 April 2011, sebelum masuk musim giling tebu.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Deddy Saleh sebelumnya mengatakan, walaupun tidak semua izin impor bisa direalisasikan namun stok gula kristal putih nasional diperkirakan masih aman sampai musim giling tebu yang biasanya tiba sekitar Mei.

Menurut Menteri Perdagangan, pada Januari 2011 stok gula kristal putih nasional sebanyak 781.840 ton.

“Konsumsi rata-rata per bulan sekitar 250 ribu ton, stok yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan gula sampai musim giling yang diperkirakan tiba Mei mendatang. Apalagi selama bulan ini juga sudah ada beberapa pabrik gula di Lampung yang sudah mulai giling,” jelas Menteri.

Menurut Mendag, harga gula relatif stabil meskipun masih bertahan tinggi. Menurut laporan pemantauan harga dan distribusi bahan pokok Kementerian Perdagangan, harga rata-rata gula pasir yang selama Januari 2011 mencapai Rp11.178 per kilogram turun menjadi Rp11.093 per kilogram pada Februari dan Rp10.986 per kilogram pada Maret.

Pada pekan pertama bulan April, harga komoditas itu kembali turun menjadi Rp10.884 per kilogram.

BERITA TERKAIT

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…

BERITA LAINNYA DI Industri

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…