Jutaan Hektar Rawa Potensial Untuk Pertanian

NERACA

Jakarta - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Litbangtan) Kementerian Pertanian menyatakan saat ini terdapat 9 juta hektar lahan rawa yang tergolong potensial untuk pengembangan pertanian tanaman pangan.

Saat ini terdapat 33 juta hektare lahan rawa, dari jumlah tersebut 20 juta masuk kategori lahan gambut, dan sembilan juta hektare potensial untuk pengembangan pertanian, namun, hingga saat ini, tercatat sekitar 1-1,5 juta hektare lahan gambut yang sudah dikembangkan untuk pertanian.

“Lahan gambut (rawa) potensial menjadi lumbung pangan nasional,” kata Kepala Balitbangtan Haryono di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, pengembangan lahan gambut dengan mekanisasi untuk sawah padi sangat dibutuhkan guna mendukung ketahanan pangan seiring terus menyusutnya lahan sawah di Jawa.

Oleh karena itu, sambungnya, Kementerian Pertanian siap memaksimalkan penggunaan lahan gambut Kalimantan Tengah dengan penggunaan mekanisasi (teknologi/mesin) di sawah guna mendukung Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).

Haryono menyatakan, saat ini sudah dilakukan identifikasi dan pemetaan untuk pertanaman padi di lahan gambut seluas 100 ribu hektare di Kalimantan Tengah dan ada peluang untuk penggunaan mekanisasi di lahan gambut tersebut karena tenaga kerja yang minim.

Sementara itu Kepala Balai Penelitian Lahan Rawa (Balitra) Litbang Haris Syahbudin menyebut, dari 100 ribu hektare lahan gambut tersebut 60% merupakan tanah mineral yang mudah diolah untuk pertanaman. Sedang 40% sisanya merupakan lahan gambut dengan kedalaman maksimal 50 sentimeter dan layak untuk pertanaman.

Dari hasil penelitian Balitra di kawasan Lamunte tanaman pangan yang bisa dibudidayakan di lahan rawa/gambut antara lain padi, kedelai, jagung dan kacang tanah.

Produktivitas tanaman padi pada lahan rawa tercatat mencapai 5 ton/ha sehingga dengan pemanfaatan 100 ribu ha tersebut dinilai akan memberikan tambahan produksi nasional sekitar 500 ribu ton.

Sedangkan produktivitas kedelai tercatat 1,3 hingga 2 ton per hektar tak jauh dengan produksi rata-rata nasional yang mencapai 2 ton per hektar.

Penanaman padi pada lahan rawa, menurut peneliti dari Baltra Muhammad Noor dapat dilakukan untuk mengisi kekosongan tanam pada bulan Juli-Agustus yang biasanya terjadi defisit sehingga harus impor. “Kalau lahan rawa dibuka untuk tanaman pangan maka akan ada beras terus (sepanjang tahun),” katanya.

BERITA TERKAIT

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…

BERITA LAINNYA DI Industri

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…