Sepanjang Maret 2011, Ekspor Timah Mencapai 9.051 Ton

NERACA

Jakarta – Sepanjang Maret 2011, volume ekspor komoditas timah batangan mencapai 9.051,46 ton dengan nilai sebesar US$ 261,94 juta atau jauh lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya.

Data Kementerian Perdagangan pada Rabu (13/4) memperlihatkan, volume ekspor timah batangan selama Februari 2011, tercatat sebanyak 6.181,42 ton dengan nilai sebesar US$ 171,19 juta.

Data Kemendag juga menyebut, peningkatan ekspor timah batangan diperkirakan terjadi karena peningkatan produksi barang tambang tersebut di daerah pertambangan.

Curah hujan di daerah pertambangan timah di Bangka yang mulai menurun membuat aktifitas penambangan meningkat, demikian pula produksi hasil tambangnya.

Di samping itu, harga timah batangan di pasaran dunia selama bulan Maret 2011 juga cukup tinggi yakni sampai US$ 28 ribu per ton.

Laporan dari Kemendag juga mengungkap, ekspor timah batangan sepanjang Maret 2011, paling banyak ditujukan ke Singapura, Malaysia dan Jepang.

Pada bulan ketiga tahun 2011, volume ekspor timah batangan ke Singapura tercatat 7.304,99 ton dengan nilai sebesar US$ 210, 47 juta. Sementara ekspor timah batangan ke Malaysia volumenya 813,88 ton dengan nilai US$ 23,51 juta dan ke Jepang sebanyak 304,64 ton dengan nilai US$ 9,51 juta.

Sedangkan ekspor timah batangan ke Jepang mengalami peningkatan cukup signifikan meski pada 11 Maret 2011 wilayah timur negara itu dibuat porakporanda oleh gempa berkekuatan besar dan tsunami.

Selama Februari 2011, volume ekspor timah batangan ke Jepang tercatat hanya 95,37 ton dengan nilai US$ 2,92 juta.

Royalti

Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bangka Belitung (Babel) meminta bantuan Komisi VII DPR RI, untuk memperjuangkan kenaikan royalti ekspor balok timah dari tiga persen menjadi 10%.

“Kami mengharapkan bantuan anggota Komisi VII DPR RI untuk melobi pemerintah pusat, agar menaikan nilai royalti dari hasil ekspor timah yang sangat kecil dan merugikan Bebel,” kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Babel Noor Nedi.

Menurut dia, pemerintah pusat menganggap penghasilan dari ekspor balok timah masih terlalu kecil dibandingkan dengan penghasilan minyak bumi sehingga menjadi legitimasi untuk menentukan royalti timah yang sedemikian kecil.

"Kami tidak mau tahu kecil atau besar uang yang dihasilkan dari pertambangan timah, kami hanya mau uang hasil ekspor timah dikembalikan secara proporsional untuk pembangunan daerah," ujarnya.

Ia menjelaskan royalti ekspor balok timah Provinsi Babel, pada 2010 mencapai Rp429,3 miliar dibandingkan 2009 sekitar Rp300,3 miliar.

Peningkatan royalti timah ini disebabkan nilai ekspor timah yang meningkat dari sekitar Rp10 triliun pada 2009 menjadi Rp14,3 triliun pada 2010, sedangkan pada 2011 masih belum bisa dihitung karena harga timah masih fluktuatif. “Ekspor balok timah pada 2009 sekitar 84 ribu ton, sedangkan ekspor timah pada 2010 sekitar 85,5 ribu ton,” ujarnya.

Dia menjelaskan, dari royalti timah tersebut dibagi 20% untuk pemerintah pusat, 16% pemerintah provinsi, 32 persen untuk daerah penghasil dan 32 persen untuk daerah yang ada dalam satu provinsi.

"Daerah penghasil mendapatkan royalti yang lebih besar dibandingkan daerah lain, karena harus melakukan penghijauan kembali terhadap lahan bekas penambangan timah,” jelasnya.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…