Pemangkasan Subsidi Pupuk Tidak Dilakukan Tahun Ini

NERACA

Jakarta - Anggota Komisi IV DPR RI Herman Chairun menyatakan, rencana pemerintah untuk melakukan pemangkasan subsidi pupuk tidak akan dilakukan dalam tahun 2011.

“Tidak ada rencana pemangkasan subsidi pupuk tahun ini, hanya menaikkan harga eceran tertinggi. Sehingga ketika harga naik, hanya kuantum pupuk yang berubah,” ucap Herman saat dihubungi NERACA, Selasa (12/4).

Menurut Herman, sejauh ini kondisi pertanian Indonesia masih positif, pertumbuhan produksi masih berada di kisaran 2-3%, sehingga pemerintah belum berencana memangkas subsidi pupuk.

Sementara itu, Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengungkap, rencana pemangkasan subsidi pupuk oleh pemerintah itu sebenarnya hanya isu. Namun jika hal tersebut memang terjadi, maka jelas akan mempengaruhi program pemerintah yang ingin mencapai swasembada pangan.

Jika ingin memangkas subsidi pupuk, imbuh Winarno, sebaiknya subsidi untuk urea saja. Sedangkan subsidi untuk pupuk NPK jangan dipangkas dulu. “Karena kalau dua-duanya dikurangi akan berpengaruh besar pada pertanian,” terang Winarno.

Dia menegaskan, pada prinsipnya petani akan menolak jika ada pemangkasan subsidi pupuk. “Tapi dengan kondisi perekonomian sekarang ini, dimana harga minyak mengalami goncangan, ya kami juga coba memahami. Karena jika harga pupuk naik, maka otomatis HPP juga ikut naik,” jelas dia.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Suswono menyatakan, Pemerintah akan memangkas subsidi pupuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) tahun 2011. Alasannya, selama ini telah terjadi kebocoran subsidi pupuk.

Menurut Mentan, saat ini volume pupuk bersubsidi berkurang karena beralihnya petani menggunakan pupuk organik. Pengetatan pengawasan distribusi pupuk melalui Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) telah berjalan efektif sehingga mengurangi kebocoran-kebocoran penyaluran subsidi pupuk.

“Karena di masyarakat berkurangnya penggunaan pupuk karena dampak penggunaan pupuk organik yang meningkat. Ada lagi karena faktor misalnya pengetatan pengawasan distribusi pupuk. Dengan RDKK, bisa mengurangi konsumsi. Jadi asumsi selama ini ada yang bocor berarti ada benarnya,” jelas Suswono.

Dengan demikian, lanjut Suswono, Pemerintah akan melakukan revisi terhadap jumlah subsidi pupuk dalam APBN-P 2011 dengan berkurangnya volume subsidi pupuk.

“Dalam APBN-P nanti kita sedang menghitung ulang, artinya dengan tidak ada kenaikan HET (harg eceran tertinggi)  pupuk, kan volume berkurang,” terang Dia.

Mentan juga mengungkap, harga pupuk tidak akan naik pada tahun ini. Kementerian Pertanian pada 2011 mengalokasikan anggaran untuk subsidi pupuk sebesar Rp 16,38 triliun untuk volume pupuk sebanyak 11,28 juta ton.

"Yang jelas harga pupuk tidak naik, tentu saja itu akan mengurangi volume. Pada dasarnya petani sampai akhir tahun akan ada subsidi," tegasnya.

Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto Siregar menyatakan, langkah yang diambil pemerintah tersebut cukup tepat. Hanya saja, subsidi untuk pupuk kimia tersebut bukan dihapus melainkan dialihkan untuk mendorong penggunaan pupuk organik.

Menurutnya, saat ini petani cenderung melakukan pemupukan berimbang. Oleh sebab itu penggunaan pupuk kimia memang berkurang. “Dengan pemupukan berimbang, struktur lahan pertanian juga menjadi lebih bagus. Tanahnya lebih gembur,” jelasnya.

Kendati demikian, imbuh Hermanto, pupuk kimia tetap dibutuhkan karena lahan pertanian juga tidak boleh menggunakan pupuk organik sepenuhnya. “Harus fifty fifty. Karena ada kandungan dalam pupuk kimia yang tidak dimiliki pupuk organik,” terang Dia.

Hermanto menuturkan, alih pemanfaatan pupuk organik oleh para petani harus secara bertahap. “Kalau tahun ini penggunaan pupuk organik baru 15%, maka tahun depan sudah sekitar 20%. Tapi maksimal penggunaan pupuk organik memang hanya 50% saja,” paparnya.

Dalam kesempatan itu, Hermanto juga mengungkap, masih adanya masalah kelangkaan pupuk belakangan ini, bukan disebabkan oleh sistem distribusi tertutup yang salah, tapi adanya oknum yang bermain. “Masalah distribusi pupuk biasanya hanya terjadi di lini IV. Itu kemungkinan ada oknum pedagang yang bermain,” urainya.

BERITA TERKAIT

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…

BERITA LAINNYA DI Industri

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…