Indonesia Belum Mampu Memproduksi Mesin Berteknologi Tinggi - Industri Percetakan Didominasi Mesin Impor

NERACA

Jakarta - Mesin percetakan Indonesia masih didominasi oleh produk impor akibat ketidakmampuan industri manufaktur membuat sendiri mesin percetakan otomatis. Namun untuk mesin percetakan manual, industri dalam negeri telah mampu memproduksinya.

Menurut Direktur Jendral Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi (IUBTT) Kementrian Perindustrian Budi Darmadi, walaupun belum memiliki industri mesin percetakan sendiri, industri dalam negeri sudah memproduksi komponen mesin-mesin percetakan yang dikonsumsi oleh industri percetakan.

Saat ditemui secara terpisah, C. Triharso, Direktur Industri Elektronika Kemenprin menjelaskan, saat ini industri komponen dalam negeri sudah bisa memasok mesin -mesin percetakan.

“Sekarang ini yang sedang berkembang di Indonesia adalah industri rekondisi mesin percetakan. Mudah-mudahan dapat berkembang menjadi embrio produser mesin percetakan,” terangnya.

Ditemui di sela-sela pertemuan pelaku industri percetakan Jerman dan Indonesia, Kamis (31/3), Akademisi Politeknik Negeri Media Kreatif Bambang Wasita Adi mengatakan, belum berkembangnya industri mesin percetakan dalam negeri lebih karena penguasaan teknologi yang minim. “Ini industri teknologi tinggi dan kita tidak punya sumber daya manusia,” katanya.

Bambang mengungkap, industri permesinan cetak sederhana, hingga saat ini sudah mengalami perkembangan namum masih dalam skala kecil. “Produksinya sangat kecil dan tingkat kompleksitas teknologinya masih rendah. Tidak berkembangnya manufaktur mesin percetakan juga karena investasi yang sangat besar,” terangnya.

Hingga saat ini, imbuh Bambang, Industri dalam negeri masih mengandalkan mesin-mesin cetak dari Jerman, Cina, India, Taiwan dan lainnya. Baik untuk kebutuhan mesin cetak konvensional maupun digital. Walaupun masih menggunakan mesin impor, namun pasar industri percetakan di dalam negeri terus tumbuh dan menguat. Hingga saat ini terdapat minimal 35.000 pelaku industri percetakan dengan segmen pasar lebih dari Rp 130 triliun setiap tahun.

“Mereka rata-rata memproduksi produk utama seperti buku, media cetak dan kemasan industri,” ujarnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS), yang diolah Kementerian Perdagangan menunjukkan, khusus impor komponen, suku cadang dan aksesoris mesin cetak tahun lalu mencapai lebih dari US$ 524 juta. Jumlah ini naik cukup besar dari tahun sebelumnya yang tercatat lebih dari US$ 369,4 juta.

Industri percetakan konvensional sempat terkena dampak yang cukup signifikan dengan hadirnya internet. Tetapi ini tidak lama. Data Oxford Economics menunjukkan industri percetakan dan penerbitan di Indonesia tetap akan tumbuh. Tahun ini pertumbuhannya diperkirakan mencapai 4,7%, lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan dunia yang hanya 1,6%.

Pertumbuhan juga tetap dinikmati pelaku bisnis percetakan saat krisis tahun lalu di mana industri percetakan dan penerbitan dunia justru turun. Print Industries Market Information and Research Organization (PRIMIR) memprediksi pasar industri percetakan di Asia akan tumbuh pesat sampai 30 %.

Ini akan terjadi khususnya di negara-negara seperti Cina, India, Indonesia, Malaysia dan Brazil. Sedangkan pertumbuhan industri percetakan di negara-negara Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, Singapura dan Australia akan cenderung stagnan, bahkan turun.

Managing Director PrintPromotion GmbH, salah satu produsen mesin cetak asal Jerman, Roger Starke mengatakan, teknologi percetakan dan kertas di dunia sudah berkembang sangat jauh. Teknologi baru di bidang ini semakin memperhatikan aspek lingkungan. “Kami ingin mengenalkan ini dan menjalin kemitraan,” katanya.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…