Tanam Investasi US$ 400 Juta, Indorama Bangun Pabrik Polyester

NERACA

Jakarta - PT Indorama Polyester Industries berniat menginvestasi dana sebesar US$ 400 juta pada industri tekstil di Indonesia dalam tahun ini. Investasi tersebut untuk membangun pabrik polyester dan mengakusisi pabrik SK keris.

“Akusisi untuk SK keris akan menelan dana sekitar US$ 200 juta,” ungkap Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan, ketika ditemui disela-sela pertemuan dengan Menteri Perindustrian, di Jakarta, Senin (28/3).

Seperti diketahui, SK Keris di Tangerang meliputi lahan seluas 400.000 meter persegi dan memproduksi resin PET dan benang filamen polyester.

Sementara itu, untuk anak perusahaan PT Indorama Polyester Industries Tbk di Karawang meliputi lahan seluas 40.840 meter persegi dan menghasilkan benang filamen polyester.

Sedangkan untuk pembangunan pabrik baru tersebut, sambungnya, Indorama menyediakan dana investasi sebesar US$ 200 juta. Namun Gita mengaku tidak mengetahui secara pasti kapasitas produksi pabrik baru tersebut. “Rencananya, pabrik polyester akan dibangun di Purwakarta,” terangnya.

Dia menambahkan, Indorama sudah memiliki pangsa pasar cukup besar di dalam negeri, yaitu sebesar 20-30% dari total kebutuhan polyester dalam negeri.

Sementara itu, Ade Sudrajat Usman, ketua umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengaku menyambut baik rencana tersebut. Menurutnya pemerintah harus mempersiapkan industri garmen dalam negeri.

Ade mengatakan, saat ini banyak pelaku usaha di industri hilir yang melakukan ekspansi. Kondisi ini menandakan industri tekstil dalam negeri memiliki kekuatan dan sedang dilirik oleh banyak industri. Oleh karena itu pemerintah harus mmulai mempersiapkan industri hilir yaitu industri garmen. 

“Kalau industri polyster itukan industri besar, biasanya mereka lapor sana-sini gampang. Kalau garmen itu biasanya cuma lapor bupati, pemerintah harus memberikan karpet merah bagi industri garmen agar banyak masuk,” terangnya.

Saat ini, sambungnya, beberapa industri hilir berupa polyster banyak yang masuk ke Indonesia seperti Indorama yang akan berinvestasi sebesar US$ 200 juta untuk membangun pabrik polyester.

“Belum lagi South Pacific Viscose yang juga mau berinvestasi sebesar US$ 200 juta untuk polyester dan ada industri benang yang juga mau dibangun di sini. Tinggal industri hilirnya kita siapkan,” jelasnya.

Adanya perkuatan di industri hilir, tuturnya, harus diantisipasi pemerintah dengan mulai mempersiapkan infrastruktur seperti jalan tol di Cikokol untuk mendukung industri garmen yang banyak terfokus di Jawa Barat dan Jawa tengah. Selain itu pemerintah juga harus memberi kepastian pasokan energi listrik untuk industri dalam negeri.

Ade mengaku sangat optimis dengan diperkuat industri hilir, maka target API untuk  meningkatkan ekspor sebesar US$ 15 miliar pada tahun 2012 dan penyerapan tenanga kerja sebanyak 1,5 juta akan tercapai.

“Hilir harus kuat sehingga bahan baku ada dan garmen berkembang, maka banyak tenaga kerja yang akan masuk,” terangnya.

Sementara itu, Redma Gita Wirawasta, Sekretaris Jendral Asosiasi Produsen Syntetic Fiber Indonesia (APSyFI) mengatakan, banyak industri polyster yang masuk ke Indonesia akan menguntungkan industri sekaligus konsumen dalam negeri. “Daya beli masyarakat kita masih sangat rendah, dengan adanya ini akan menguntungkan masyarakat kita,” terangnya.

Adanya pabrik polyester dalam negeri, sambung Dia, membuat industri garmen akan memiliki banyak pilihan untuk memilih bahan baku. Apalagi bahan baku tekstil juga terus mengalami peningkatan harga hingga menambah beban industri dalam negeri.

Berdasarkan data, harga kapas dunia melonjak sebesar US$ 2,8 per kilogram (kg) pada akhir 2010, hingga menjadi US$ 3,8 per kg mulai 17 Februari 2011. “Jadi mereka bisa mix antara bahan baku katun dengan polyster terutama untuk dijual di dalam negeri, dengan polyester dibangun di sini juga akan menjadi lebih murah dibandingkan dengan membeli secara impor,” terangnya.

Pembangunan polyester dalam negeri, sambungnya, juga akan memperkuat industri pertekstilan dalam negeri dan mendorong industri tekstil dalam negeri memiliki potensi yang sangat menjanjikan.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…