Produksi Batu Hijau Turun, NNT Mulai Garap Proyek Elang

NERACA

BOGOR – Saat produksi di tambang Batu Hijau Sumbawa Barat akan menurun, PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) mulai melakukan eksplorasi cadangan mineral di Blok Elang, Sumbawa, dalam tahun 2011 ini.

Untuk menggelar eksplorasi di proyek Elang, NNT harus menggelontorkan dana sebesar U$S 8 juta. Dana sebesar itu mungkin harus dikucurkan setiap tahun sampai tahun 2016.  

Menurut Presiden Direktur NNT Martiono Hadianto, biaya eksplorasi itu merupakan dana internal perusahaan.

Martiono mengungkap, saat ini tambang Batu Hijau mulai memasuki fase (pengerukan) keenam. Dalam fase ini diperkirakan produksi tambang Batu Hijau akan menurun.

Dalam fase keenam, NNT akan lebih mengandalkan stockpile dengan kandungan emas dan tembaga yang sangat kecil (waste). Sehingga dibutuhkan tambahan dana untuk menopang biaya  pembukaan fase baru. “Sekarang kita memang sedang usahakan pinjaman dari luar,” ujarnya di Bogor, Sabtu (25/3).

Martiono mengungkapkan NNT sedang melakukan pengajuan pinjaman kepada konsorsium 3 bank yang berasal dari dalam dan luar negeri. Bank yang berasal dari dalam negeri adalah Bank Mandiri, sedangkan yang dari luar negeri berasal dari BNP Paribas dan Sumitomo Mitsui

Namun Martiono tidak mau menyebutkan berapa jumlah pinjaman dari ketiga bank tersebut.

Martiono mengaku, NNT tidak panik dengan terjadinya penurunan produksi yang dialami oleh salah satu tambang garapannya ini. “Semuanya sudah diperhitungkan, nggak ada masalah,” tuturnya.

NNT memperkirakan produksi emasnya dari tambang Batu Hijau Sumbawa akan menurun sekitar 60%. Diproyeksikan produksi emas Tambang Batu Hijau di 2011 hanya sekitar 226-288 ribu ounce. Sedangkan untuk produksi tembaga di tahun ini adalah 247 juta pound.

Berdasarkan hitungan, produksi emas NNT pada 2011, 2012, 2013 mengalami penurunan, kemudian  akan meningkat lagi di 2014. NNT mencatat produksi emas di 2010 mencapai 737 ribu ounce dan tembaga mencapai 542 juta pound. Sepanjang 2010, Newmont berhasil meraup penjualan sebesar 656 ribu ounce emas dan 489 juta pound tembaga.

Sebelumnya, Senior Manager External Relation (PNNT), Arif Perdanakusumah menjelaskan bahwa biaya eksplorasi proyek Elang di Sumbawa Barat ini berasal dari kas internal perusahaan dan ini bisa berubah dari tahun ke tahun. Arif memperkirakan masa eksplorasi proyek elang yang akan dimulai pada tahun ini akan memakan waktu lima hingga enam tahun.

“Kami perkirakan jika masa eksplorasi ini dimulai dari tahun 2011, masa ekplorasi ini akan selesai pada tahun kira-kira tahun 2016-2017,” terangnya.

Namun demikian PNNT masih belum mengetahui berapa nilai total investasi untuk proyek elang ini, karena masih dalam tahap eksplorasi. “Kita masih belum tahu berapa nilai total invetasi untuk proyek elang ini,” kata Arif.

“Perpindahan lokasi tambang ini dikarenakan potensi titik pengeboran di Elang lebih besar dari Batu Hijau, dengan lokasi titik sekira 160,” ungkap Manajer Humas Newmont Kasan Mulyono.

Dia mengatakan, pada tahun lalu lokasi tambang Batu Hijau menghasilkan 19 juta ons emas dan 18 miliar pon tembaga. "Untuk di blok Elang sendiri potensinya belum diketahui, yang pasti lebih besar dari Batu Hijau,” jelasnya.

Ancaman Pemda NTB

Dalam kesempatan itu, Martiono juga mengaku terkejut dan kecewa oleh adanya ancaman Pemda Nusa Tenggara Barat (NTB) yang akan menutup tambang jika Newmont tidak memberikan jatah divestasi saham.

Padahal, sesuai dengan komitmen awal, Martiono menjelaskan sudah sewajarnya tawaran pertama itu diserahkan kepada Pemerintah Pusat. "Jadi sebetulnya saya perlu jelaskan dalam kontrak karya itu memang pemerintah pusat. Jadi NNT berkewajiban menawarkan terlebih  dahulu kepada pemerintah pusat,” jelas Dia.

Menurutnya, untuk divestasi saham tahun 2006,2007 dan 2008 bermasalah di arbitrase. Dan di arbitrase ini diputuskan harus saham tersebut harus dijual ke Pemda.

"Yang tegas dikatakan harus menjual ke pemda itu adalah di tahun 2006 dan 2007. Karena pemerintah pusat pada waktu itu sudah menolak. Sedangkan yang tahun 2008 dan 2009, waktu itu kita  tahu bahwa Menkeu juga berminat. Tapi entah karena apa pemerintah mengarahkan agar dijual ke Pemda. Jadi sekarang yang 2010 itu sebagaimana awalnya, kita tawarkan kepada pemerintah dan sekali lagi pemerintah pusat berkehendak untuk membeli,” terang Martiono.

Dia pun sangat kecewa dengan langkah Pemda NTB yang mengancam perusahaan. "Yang jelas kita terkejut dan kecewa dengan itu. Tapi saya kira semuanya akan berakhir baik. Divestasi ini merupakan divestasi dari saham Sumitomo yang merupakan pemegang saham asing jadi hasilnya ke mereka bukan untuk NNT," ungkap Martiono.

BERITA TERKAIT

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…

BERITA LAINNYA DI Industri

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…