Impor Indonesia Melonjak, Ekspor Melempem - Setahun Penerapan ACFTA

NERACA

Jakarta - Setelah berjalan hampir satu tahun, realisasi implementasi Perjanjian Perdagangan Bebas Asean-China (Asean-China Free Trade Agreement/ACFTA), setiap bulan impor dari China rata-rata meningkat sebesar 15%. Sementara ekspor  Indonesia ke China hanya mengalami peningkatan rata-rata 5%. Tak pelak, Indonesia harus mewaspadai praktek dumping dari produk-produk China.

Menurut Agus Tjahajana, Direktur Jendral Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian, berdasarkan hasil survei Kemenperin dalam melihat hasil realisasi ACFTA,  terjadi kenaikan impor barang dari negara tirai bambu itu. Kondisi ini berdampak negatif bagi sektor industri manufaktur, diantaranya  penurunan produksi, penjualan, keuntungan dan pengurangan tenaga kerja.

“Penurunan ini juga disebabkan oleh kalahnya daya saing produk dalam negeri akibat mahalnya bahan baku, kurangnya pasokan komponen, infrastruktur yang lemah dan mahalnya energi,” tutur di Jakarta, Rabu.

Agus mengatakan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Kementrian Perindustrian, pemberlakukan ACFTA menimbulkan dampak negatif terhadap industri besi dan baja, tekstil dan produk tekstil, permesinan, elektronik, kimia anorganik dasar, petrokimia, furnitur, kosmetik, jamu, alas kaki, produk industri kecil dan maritim.

Sementara itu, Agus memandang cara China memanfaatkan pasar dalam negeri cukup sangat bagus. China menyasar pasar menengah ke bawah dengan masuk ke pasar-pasar tradisional. Langkah menyasar pasar menengah ke bawah ini, membuat China melakukan penjualan dengan harga jauh lebih murah. Apalagi penjual lebih memilih menawarkan produk China karena dapat menaikkan rata-rata  keuntungan hingga 20,1%.

“Sasaran produk China adalah masyarakat menengah ke bawah yang berpendidikan rendah. Sedang untuk produk dalam negeri harga memang lebih mahal dan kualitas lebih kuat dan sesuai dengan standar, ini harus menjadi perhatian khsusu dari pemeritah agar pangsa pasar China di kelas ini tidak terus bertambah,” terangnya.

Agus menilai, murahnya harga-harga produk china yang dijual di Indonesia perlu diindikasi adanya praktek dumping oleh pemerintah China. Berdasarkan hasil survei harga yang dilakukan di China terhadap barang-barang impor yang dijual di Indonesia, terdapat 190 barang yang harus ditelaah lebih mendalam karena berdasarkan hasil temuan tim survei, sekitar 38 dari 155 barang China yang dijual di Guang Zhou dan Shanghai diketahui lebih mahal dibandingkan dijual di Indonesia.

“Untuk menindak lanjuti ini, pelaku usaha harus melakukan petisi dumping kepada Kadi dengan menyerahkan bukti, karena dumping ini hanya dapat diproses jika ada permintaan dari pelaku usaha,” terangnya.

China juga mulai menyasar ke Indonesia dengan menjual produk yang lebih variatif  dan mulai membuat produk yang hanya dijual untuk pasar Indonesia. Seperti  Jilbab, baju muslim. Dimana produk-produk ini tidak dijual di daerah china.

Produk China yang banyak diimpor Indonesia diantaranya adalah produk-produk yang sudah tidak diproduksi, dan tidak laku seperti televisi tabung dan pemutar video CD. Ada juga sebagian prboduk lain hanya diproduksi untuk pasar Indonesia, seperti busana muslim, kerudung dan batik.

Agus mengungkap, survei ini, tidak mengukur dampak investasi yang  terjadi akibat ACFTA, namun ke depan pihaknya akan mulai meneliti  hal tersebut.

Menteri Perindustrian MS Hidayat memandang, hasil survei ini dapat menjadi landasan untuk menyusun daya saing industri dalam negeri agar lebih rinci. Namun pihaknya belum dapat mengatakan dengan jelas kebijakan yang dapat diambil untuk menjaga industri.

Sementara itu, Franky Sibarani, Wakil Sekretaris Umum Apindo mengatakan, realisasi dampak ACFTA tidak dapat diukur dari ekspor dan impor saja. Namun harus juga mengukur dari realisasi investasi yang terjadi akibat kerjasama ini.

Selain itu, lanjutnya, mengkaji joint comission metting di Yogja juga harus dilakukan karena isi dari pertemuan itu merupakan kesepakatan dalam menghadapai ACFTA. Dan pelu dikaji daya saing produksi karena pemerintah tidak fokus dalam masalah tersebut.

Survei ini dilakukan oleh Direktorat Jendral Kerjasama Industri Internasional Kementrian Perindustrian terhadap  742 industri di 11 kota yaitu Medan, Palembang, Jabotabek, Bandung, Semarang, Surabaya, Pontianak, Denpasar Makassar, Manado, dan Batam.

Berdasarkan data bea cukai, impor produk industri dari China pada tahun lalu mencapai 18,5% dari total impor atau naik 33 % dibanding tahun sebelumnya. Sedangkan ekspor Indonesia ke Cina hanya 8,21 % dibanding total ekspor, meski nilainya naik 34 %.

Impor dari Cina didominasi oleh produk mainan anak yang mencapai 73% jika dibandingkan dengan total impor produk mainan dari seluruh dunia. Selanjutnya produk furnitur dengan porsi 54 % dan elektronika mencapai 36 %.

Menurut laporan bea cukai, nilai impor Indonesia dari Cina selama 2010 mencapai US$20,424 miliar. Ini artinya naik 45,86 % dibanding tahun sebelumnya. Data Kementerian Perdagangan mencatat nilai ekspor Indonesia ke China pada tahun lalu sebesar US$15,692 juta, atau 10 % dari total nilai ekspor Indonesia. Nurul

BERITA TERKAIT

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…

BERITA LAINNYA DI Industri

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

Hingga H+3 Pertamina Tambah 14,4 juta Tabung LPG 3 Kg

NERACA Malang – Selama Ramadhan hingga H+3 Idul Fitri 2024, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Patra Niaga, telah menambah pasokan…

Pengembangan Industri Pengolahan Kopi Terus Dirorong

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong perkembangan industri pengolahan kopi nasional. Hal ini untuk semakin mengoptimalkan potensi besar…