NERACA
Jakarta - Minyak atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor agroindustri potensial yang dapat menjadi andalan bagi Indonesia dalam meraup devisa. Prospek dan potensi minyak atsiri masih cukup besar, oleh karena itu Kementerian Perdagangan mendorong pengembangan industri minyak atsiri di Bali, mengingat daerah itu memiliki pasar yang bisa diakses hingga ke mancanegara.
"Pasar minyak esensial seperti atsiri tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, melainkan juga kebutuhan pasar pariwisata," kata Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krishnamurti melalui keterangan tertulis yang diterima Neraca, Senin (21/5).
Bayu juga mengingatkan kepada para petani agar tidak hanya terpaku menjadi produsen bahan mentah (raw material), tetapi sudah menjadi eksportir produk siap pakai. Pengembangan industri minyak atsiri itu diharapkan mampu memberikan nilai tambah kepada para petani yang menanam atsiri di Pulau Dewata. "Meskipun baru mengisi 5% kebutuhan pasar dunia, pengembangan atsiri Indonesia tidak cukup hanya dalam hal budidaya tanamannya, juga perlu pengambangan teknologi pengolahannya," katanya.
Ketua Dewan Atsiri Indonesia Meika Syahbana Rusli mengatakan, Kongres Industri Atsiri se-Asia (Asian Aroma Ingredients Congress/AAIC) yang diadakan beberapa waktu lalu, merupakan yang ke dua bagi Indonesia sebagai tuan rumah, sekaligus memperkuat jati diri sebagai anggota dan membuka peluang pengembangan industri atsiri. Indonesia sejak awal abad 20 dikenal sebagai salah satu negara penghasil rempah-rempah dan minyak atsiri alami terbesar di dunia.
Naik Turun 10%
Data statistik ekspor impor dunia menunjukkan, konsumsi minyak atsiri dan turunan naik sekitar 10% dari tahun ke tahun. Kenaikan tersebut didorong oleh perkembangan kebutuhan untuk industri perisa (food & beverage flavouring), industri komestik dan wewangian. Indonesia memiliki sekitar 500 jenis tanaman yang mampu menghasilkan minyak atsiri.
Beberapa tanaman sumber minyak atsiri yang tumbuh di Indonesia yang mengandung minyak atsiri, antara lain akar wangi, kunyit, lajago, daun nilam, cengkeh, sereh dapur, sereh wangi, sirih, mentha, kayu putih, gandapura, jeruk purut, kenikir, kunci, selasih, seledri dan kemangi.
Selain itu juga biji pala, lada, alpukat, kapulaga, klausena, kasturi, kosambi. serta buah Adas, jeruk, jintan, kemukus, anis, ketumbar. Demikian juga bunga cengkeh, kenanga, ylang-ylang, melati, sedap malam, cempaka kuning, daun seribu, gandasuli kuning, angsana dan srigading.
"Demikian juga kulit kayu manis, akasia, lawang, cendana, masoi, selasihan, sintok,ranting cemara gimbul, cemara kipas, rimpang jahe, kunyit, bangel, baboan, jeringau, kencur, lengkuas, lempuyang sari, temu hitam, temulawak dan temu putri," ujar Dewi.
NERACA Jakarta -Indonesia dan Tajikistan semakin mempererat hubungan kerja sama di sektor industri. Hal ini dibahas dalam pertemuan antara Wakil…
NERACA Abu Dhabi – Pemerintah Republik Indonesia dan Persatuan Uni Emirat Arab (PEA) meneguhkan komitmen dalam memperkuat hubungan bilateral di…
NERACA Tangerang – Dalam upaya mendorong kemajuan industri otomotif dalam negeri, Presiden Prabowo Subianto memiliki impian besar kepada para pelaku…
NERACA Washington, DC – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, bertemu dengan Penasehat Keamanan Nasional Amerika Serikat Jake Sullivan di Washington,…
NERACA Jakarta – Pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk mengembangkan industri hijau, salah satunya melalui kebijakan terkait dekarbonisasi, yaitu upaya mengurangi…
NERACA Abu Dhabi - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menemani Presiden Prabowo Subianto berkunjung ke Abu Dhabi,…