Catatkan Kinerja Keuangan Anjlok - Bisnis Batubara IMTG Cetak Raport Merah

NERACA

Jakarta – Sepanjang tahun 2019 kemarin, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) membukukan raport merah untuk kinerja keuangan. Pasalnya, tidak hanya dari sisi pendapatan, laba tahun berjalan perusahaan tambang ini juga anjlok. Berdasarkan laporan keuangan tahunan yang dirilis di Jakarta, kemarin menyebutkan, pendapatan dan laba perusahaan kompak turun. Pendapatan bersih Indo Tambangraya tercatat US$ 1,71 miliar atau turun 14,55% dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai US$ 2,01 miliar.

Penurunan pada pendapatan membuat laba bersih perusahaan anjlok. Tercatat, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun signifikan hingga 50,59% menjadi US$ 129,43 juta di akhir 2019 lalu. Pada 2018 lalu, laba tahun berjalan ITMG masih sebesar US$ 261,95 juta. Sementara itu, pendapatan dari penjualan batubara ke pihak ketiga turun dari US$ 1,83 miliar menjadi US$ 1,52 miliar dan penjualan ke pihak berelasi sebesar US$ 112,66 juta dari sebelumnya US$ 68,86 juta.

Sementara itu pendapatan bahan bakar ke pihak ketiga juga menyusut dari US$ 94,79 juta menjadi US$ 79,05 juta. Dan pendapatan jasa ke pihak ketiga turun dari US$ 9,58 juta menjadi US$ 3,75 juta. Dari sisi aset perusahaan per 31 Desember 2019 juga mengalami penurunan 16,16% dari US$ 1,44 miliar menjadi US$ 1,21 miliar.

Kepala Riset Kresna Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy seperti dikutip kontan mengatakan penurunan ini sudah terlihat sejak September 2019 sejalan dengan tekanan harga batubara sepanjang tahun lalu. Bahkan penurunan harga batubara ini juga diperkirakan berlanjut hingga tahun ini."Di China juga sekarang locked down, tidak banyak pabrik buka karena penyebaran virus corona. Jadi mungkin konsumsi masih rendah. Ya kita harapkan dari domestik saja," jelas Robertus.

Dimana pelemahan harga batubara tersebut bakal mempengaruhi penurunan kinerja emiten batubara lainnya. Meski begitu Robertus justru masih merekomendasikan ITMG karena emiten tersebut membagi dividen dalam jumlah yang cukup besar.  Pada buku 2018 saja perusahaan membagi dividen 90% dari perolehan laba. Dengan kondisi harga yang sekarang, Robertus mengatakan ITMG memiliki valuasi yang rendah."Ini sangat murah sekali karena dividen bisa 4%-5% dari harga sekarang. Jadi masih cukup layak," jelas dia. 

Hal senada juga disampaikan analis Samuel Sekuritas, Dessy Lapagu. Disampaikanya, pada kuartal IV-2019, pelemahan industri secara global turut mempengaruhi kinerja emiten batubara domestik. Tren pelemahan juga diperkirakan masih akan berlanjut.”Proyeksi Samuel Sekuritas untuk harga batubara di level US$ 60 per ton," kata Dessy. 

Dessy menyarankan bagi investor yang mau masuk ke sektor batubara untuk melakukan trading jangka pendek berkaca pada pergerakan harga batubara global dan menghindari jangka panjang.

 

BERITA TERKAIT

IHSG Melemah di Tengah Penguatan Bursa Asia

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (17/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Danai Refinancing - Ricky Putra Globalindo Jual Tanah 53 Hektar

NERACA Jakarta – Perkuat struktur modal guna mendanai ekspansi bisnisnya, emiten produsen pakaian dalam PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)…

Libur Ramadan dan Lebaran - Trafik Layanan Data XL Axiata Meningkat 16%

NERACA Jakarta – Sepanjang libur Ramadan dan hari raya Idulfitr 1445 H, PT XL Axiata Tbk (EXC) atau XL Axiata…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

IHSG Melemah di Tengah Penguatan Bursa Asia

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (17/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Danai Refinancing - Ricky Putra Globalindo Jual Tanah 53 Hektar

NERACA Jakarta – Perkuat struktur modal guna mendanai ekspansi bisnisnya, emiten produsen pakaian dalam PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)…

Libur Ramadan dan Lebaran - Trafik Layanan Data XL Axiata Meningkat 16%

NERACA Jakarta – Sepanjang libur Ramadan dan hari raya Idulfitr 1445 H, PT XL Axiata Tbk (EXC) atau XL Axiata…