Geliatkan Transaksi Pasar ETF - BEI Berikan Insentif Hapus Biaya Transaksi

NERACA

Jakarta – Dorong pertumbuhan pasar exchange traded fund (ETF), PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus berbenah melakukan pembangunan infrastruktur, regulasi dan termasuk memberikan insentif. Hal ini dimaksudkan agar pasar ETF yang tengah dikembangkan bisa tumbuh positif. Apalagi, BEI menargetkan pengembangan pasar ETF bisa selesai semester pertama tahun ini.

Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi menjelaskan, pengembangan tersebut mencakup perubahan mekanisme serta tambahan insentif di luar penghapusan biaya transaksi dan pengenaan biaya final untuk ETF. "ETF ini kami akan revitalisasi ada penyempurnaan di mekanisme. Kami akan buka pembatasan maksimal pergerakan harga harian yang selama ini dibatasi hanya 10 poin. Kemudian ada insentif untuk dealer partisipan,"ujarnya di Jakarta,  kemarin.

Disampaikanya, BEI tengah mengajukan skema pemberian insentif bagi diler partisipan alias perusahaan efek yang menyediakan likuiditas di pasar primer maupun sekunder untuk ETF. Sebab, BEI ingin para diler partisipan benar-benar efektif menjadi penyedia likuiditas (liquidity provider). "Nah nanti mungkin praktik market making-nya yang membutuhkan mereka untuk ada posisi short dulu, sebelumnya itu akan kami ajukan untuk disetujui oleh OJK dan sebagainya,"kata Hasan.

Kemudian, BEI juga akan tetap membebaskan underlying yang digunakan sebagai basis ETF. Sepanjang prospektus jelas, sehingga pergerakan harga tidak jauh dari pergerakan underlying-nya. Menurutnya, sejauh ini perkembangan ETF cukup baik mengingat, produk ini sempat mati suri pada 2007-2017. Dalam 10 tahun tersebut, pasar modal dalam negeri hanya menerbitkan 10 produk ETF. Sedangkan saat ini terdapat 40 produk ETF. “Kuncinya ketersediaan diler partisipan yang tadinya terbatas sampai 2017 hanya dua, per hari ini sudah enam dan ada di antrean beberapa lagi. Jadi liquidity provider sudah mulai banyak sehingga MI mulai banyak pilihan. Nah itu juga yang mendorong mereka berani dan lebih mau menerbitkan ETF baru," ujar dia.

Selain itu, Hasan melihat bahwa secara global terjadi pergeseran tren dari active manage fund menjadi pasive manage fund. Dia mencuplik data milik negara Paman Sam di mana dalam sepanjang 2009-2018 terjadi peningkatan nilai dana kelolaan manage fund sebesar US$ 1,6 triliun. Sedangkan dana kelolaan active manage fund turun sekitar US$ 1,4 triliun.”Jadi memang betul trennya global tetapi juga karena ekosistem semakin memungkinkan karena tersedia pilihan underlying indeks yang semakin spesifik," kata Hasan.

Sementara Deputi Direktur Pengawasan dan Pengembangan Pengelolaan Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Halim Haryono menyebutka, pada 2017, produk reksadana ETF hanya sebanyak 12 produk. Namun, kini reksadana yang bisa diperdagangkan di bursa ini sudah mencapai 40 produk. Data tersebut mengindikasikan pertumbuhan reksadana ETF yang subur pada dua tahun terakhir.

Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana mengatakan, moncernya performa dan pertumbuhan reksadana ETF justru tidak terlepas dari kinerja rata-rata reksadana saham konvensional yang di bawah indeks.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…