NIAID: Uji Vaksin HIV Gagal

Harapan mendapatkan vaksin human immunodeficiency virus (HIV) masih membutuhkan waktu lama. Pasalnya, percobaan uji klinis vaksin HIV menemui kegagalan dan dihentikan. Pengembangan vaksin ini dinilai gagal karena tidak dapat mencegah infeksi virus yang menyebabkan AIDS.

Lembaga yang mensponsori vaksin ini, National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) mengumumkan studi vaksin HIV yang dilakukan di Afrika Selatan dihentikan pada Senin (3/2). Para peneliti dan dewan pemantauan keamanan tidak menemukan data independen yang menunjukkan vaksin uji tersebut efektif untuk mencegah HIV.

"Vaksin HIV sangat penting untuk mengakhiri pandemi global, dan kami berharap calon vaksin ini akan bekerja. Sayangnya, tidak," kata direktur NIAID Anthony Faucy dalam pernyataan tertulis, dikutip dari CNN.

Pengembangan vaksin yang diberi nama HVTN 702 atau Uhambo ini dimulai sejak 2016 lalu. Studi vaksin ini melibatkan 5.407 relawan HIV-negatif di 14 lokasi di seluruh Afrika Selatan. Para relawan yang aktif secara seksual itu berusia 18-35 tahun. Secara acak, sebagian menerima vaksin, sebagian lainnya menerima plasebo atau obat yang tidak memiliki efek.

Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam infeksi HIV antara penerima vaksin dengan kelompok plasebo. Sebanyak 129 infeksi HIV terjadi pada penerima vaksin dan 123 infeksi HIV terjadi pada penerima plasebo. NIAID menyatakan para peserta studi telah diberi tahu studi telah dihentikan dan peneliti akan terus mengikuti peserta dari waktu ke waktu.

NIAID juga menyatakan peneliti masih akan berusaha mengembangkan vaksin HIV/AIDS dengan metode lain."Penelitian berlanjut pada pendekatan lain untuk vaksin HIV yang aman dan efektif, yang saya masih yakin dapat dicapai," ucap Faucy.

Sejumlah lembaga pemerhati dan pencari dana untuk vaksin HIV/AIDS mengaku kecewa, vaksin HIV gagal dikembangkan. "Ini merupakan kemunduran yang signifikan, kita perlu melanjutkan pencarian vaksin untuk pencegahan. Tingkat infeksi HIV yang terus berlanjut, harus memacu urgensi yang lebih besar, perhatian global, dan investasi terhadap pencarian tersebut," kata pengamat Linda Gail Bekker.

HIV merupakan pandemi global atau penyakit yang menyerang orang di seluruh dunia. Virus yang mulai muncul pada 1891 ini telah menyebabkan kematian pada lebih dari 36 juta jiwa.Virus ini menyebar melalui hubungan seksual tanpa kondom, penggunaan jarum suntik dari orang yang terinfeksi dan ibu ke bayi. Hingga saat ini belum ada vaksin yang dapat mencegah virus HIV.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…