Obligasi Global Medco Oversubscribed 6 Kali

NERACA

Jakarta – Penerbitan obligasi global milik PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mendapatkan respon positif dari pelaku pasar. Dimana dalam penawaran tersebut, perusahaan migas ini berhasil mencatatkan kelebihan permintaan (oversubscribed) 6 kali. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Perseroan dari masa penawaran tersebut, mengantongi dana senilai US$650 juta. Disebutkan, obligasi 144A/Reg S itu menawarkan kupon 6,375% dan memiliki tenor 7 tahun. Dari penawaran tersebut, emiten berkode saham MEDC itu mengantongi dana US$650 juta. CEO Medco Energi International, Roberto Lorrato mengatakan, perseroan akan menggunakan dana dari obligasi ini untuk menggunakan haknya untuk menebus obligasi berdedominasi dolar yang jatuh tempo pada tahun 2022 dan membayar obligasi rupiah yang jatuh tempo pada 2021.

Adapun perseroan menerima peningkatan peringkat dari B ke B+ dari S&P Ratings dan dari B2 ke B1dari Moody's, sedangkan Fitch menegaskan peringkat B+. Peningkatan tersebut mencerminkan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam kinerja Perusahaan melalui peningkatan visibilitas pendapatan, peningkatan skala dan diversifikasi geografis menyusul keberhasilan akuisisi dan integrasi Ophir Energy plc.

Perseroan juga menerima peningkatan peringkat dari B ke BB dari MSCI ESG, setelah penerbitan Laporan Keberlanjutan yang menunjukkan peningkatan yang berkesinambungan untuk mencapai tujuan-tujuan berkelanjutan jangka panjang. Tahun ini, perseroan mengalokasikan belanja modal sebesar US$340 juta untuk ekspansi bisnis minyak dan gas (migas) serta kelistrikan.

Secara garis besar, ada tiga lini bisnis Medco, yakni migas, kelistrikan, dan pertambangan logam. MEDC mengalokasikan belanja modal sebesar US$340 juta pada 2020, turun tipis dari 2019 senilai US$350 juta. Perincian penggunaan capex tahun ini adalah bisnis migas US$280 juta dan bisnis kelistrikan S$60 juta.

Untuk operasional bisnis migas, perusahan menargetkan komposisi produksi minyak dan gas berbanding 43% dan 67% pada 2020. Adapun, pada 2019 komposisi minyak sebesar 31%, gas 55%, dan produksi dari Ophir 25%. Di bisnis migas, perusahaan sudah melakukan produksi sebesar 117 Million Barrel Oil of Equivalent Per Day (MBOEPD). Ongkos per unit ditekan hingga US$9,5 per barrel oil equivalent (boe).

Selain itu, pada Desember 2019, Medco sudah melakukan produksi minyak perdana di Bualuang Phase 4B, Thailand, sebesar 12.900 barel per hari (bopd), atau di atas ekspektasi. Perusahaan juga melakukan pengembangan gas di Jawa Timur dan Buntal-5, Laut Natuna Selatan Blok B, yang akan melakukan produksi perdana pada pertengahan 2020. Di bisnis kelistrikan, melalui entitas usahanya Medco Power, perusahaan melakukan penjualan daya 1.870 GWh. Unit Pembangkit Swasta (IPP) Riau sudah mencapai kesepakatan pendanaan dengan kemajuan konstruksi 46%. Diharapkan proyek itu dapat menghasilkan pada kuartal II/2021.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…