Garuda Tak Ada di Dada Ari

Oleh: Sarwani

Mencuatnya kasus penyelundupan motor Harley Davidson oleh I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra alias Ari Askhara, Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk, baru-baru ini dan kasus-kasus korupsi sebelumnya yang menjerat orang nomor satu di BUMN itu menjadikan perusahaan negara ini sebagai tempat berisiko untuk bekerja.

Perilaku orang nomor satu Garuda Indonesia menimbulkan kecurigaan mengenai buruknya budaya perusahaan dan bobroknya manajemen yang memungkinkan dilakukannya penyelundupan motor gede Harley Davidson dan sepeda mewah Brompton dengan nilai yang cukup signifikan.

Perhatian masyarakat tertuju kepada Garuda, mempertanyakan dan tidak dapat menerima kenyataan bahwa perusahaan sekelas Garuda begitu rapuh digerogoti oleh praktik korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Ini akan sangat berpengaruh pada reputasi perusahaan.

Membangun reputasi bukan perkara gampang, dibutuhkan kinerja yang optimal, integritas tinggi, kejujuran, dan kompeten selama bertahun-tahun. Begitu reputasi baik diraih, nilai perusahaan menjadi berlipat ganda.  Namun ketika reputasi runtuh, biaya yang harus ditanggung akan sangat mahal.

Reputasi Garuda Indonesia dipertaruhkan dalam kasus ini. Salah dalam mengatasi masalah ini akan membuat Garuda Indonesia loyo mengepakkan sayapnya menerbangi langit Nusantara dan dunia. Mungkin jumlah penumpang tidak akan turun secara drastis, namun nilai perusahaan akan sulit menguat dan investor akan berpikir dua kali untuk menginvestasikan dananya.

Kasus ini dan kasus korupsi sebelumnya menyeret Garuda Indonesia pada situasi sulit untuk membangun reputasi. Beruntung moral karyawan yang telah bekerja bertahun-tahun dan menjalankan tugasnya dengan baik dan jujur tidak runtuh.

Ikatan awak kabin mendukung keputusan Menteri BUMN Erick Thohir memecat Ari. Mereka berpendapat Ari bertanggung jawab atas pemalsuan laporan keuangan 2018 yang rugi menjadi untung, suguhan live music akustik di pesawat, pengalihan rute penerbangan London dan Amsterdam via Denpasar yang merugi, larangan foto dan video dalam pesawat terhadap penumpang, hingga penyelundupan Harley Davidson.

Pada kasus terakhir karir Ari berakhir. Namun Menteri BUMN seharusnya sudah memecat direksi Garuda Indonesia ini ketika skandal manipulasi laporan keuangan 2018 mencuat. Namun, kasus skandal manipulasi laporan keuangan ketika itu belum membuatnya kehilangan posisi.

Bagi Ari, aksi penyelundupannya memiliki rasionalitas sendiri. Setiap orang mencari pembenaran atas apa yang dilakukan dan berdamai dengan apa yang dilakukannya sendiri. Perbuatannya itu didorong dan distimulasi oleh keinginan dan perhitungan yang menguntungkan dan membawa kesenangan, sekalipun secara aturan tidak benar.  Yang dikejar adalah kesenangan dan kepuasan emosional-material yang tidak mengenal batas.

Orang-orang seperti ini didominasi oleh dorongan nafsu untuk mengejar kesenangan semata. Kehidupannya terjebak pada tingkat hewani (animality) dan gagal membangun derajat insani (humanity).

Meski secara lahiriah mereka kaya dan berkuasa tetapi sebenarnya jiwanya miskin, memiliki orientasi kehidupan yang rendah, tidak mampu meningkatkan kualitas hidupnya ke tingkat yang lebih tinggi sebagai insan paripurna yang dicirikan dengan ketinggian moral dan akhlak, kemampuan menggunakan nalar sehat, berpegang teguh pada nilai-nilai sosial, dan mendengarkan bisikan nurani.

Keyakinan bahwa Tuhan Maha Memberi Rejeki digantikan oleh rasa ketakutan akan kehilangan jabatan, kekayaan, dan kejayaan. Gengsi tersebut harus diraih melalui kekuasaan.  Setelah diraih, kekuasaan itu dijaga dengan berbagai cara, tak terkecuali harus menyelundupkan sesuatu barang yang kelak membuatnya kelihatan gagah dan berwibawa.

Kita patut bersedih mengapa orang seperti Ari gagal memimpin BUMN besar yang ikut bertanggung jawab mengharumkan bangsa melalui penamaan dengan menggunakan simbol negara burung Garuda. Di dada Garuda terpatri Pancasila sebagai dasar negara.

Pernyataan Ketuhanan Yang Maha Esa di sila pertama menegaskan bahwa bangsa ini memiliki pijakan metafisis dan spiritual yang lahir dari kesadaran bahwa semua perbuatan yang dilakukan harus berdasarkan moral, etika, bernilai, mengandung kemanfaatan, dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Adil. Apakah Ari lupa semua itu? (www.watyutink.com)

BERITA TERKAIT

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pertahankan Sinergitas dan Situasi Kondusif Jelang Putusan Sidang MK

  Oleh: Kalista Luthfi Hawa, Mahasiswa Fakultas Hukum PTS   Sidang Mahkamah Konstitusi (MK) tengah menarik perhatian publik menjelang putusan…

Pemerintah Bangun IKN dengan Berdayakan Masyarakat Lokal

  Oleh: Saidi Muhammad, Pengamat Sosial dan Budaya   Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur bukan hanya tentang…

Ekonomi Mudik 2024: Perputaran Dana Besar Namun Minim Layanan Publik

    Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP, Ekonom UPN Veteran Jakarta   Pergerakan ekonomi dalam Mudik 2024 melibatkan dana besar…