Industri Migor Berharap Tahun 2020 Produk Kemasan Dijalankan

NERACA

Jakarta – Tahun 2020 sudah didepan mata. Pelaku industri minyak goreng (migor) yang tergabung dalam Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) berharap kewajiban migor dalam bentuk kemasan bisa dijalankan.

Dalam persaingan minyak nabati dunia, faktor keberlanjutan dan kesehatan  menjadi sorotan dan  berdampak langsung terhadap penyerapan pasar. Isu kebijakan terhadap minyak berbasis GMO dan larangan pada makanan trans-lemak, berdampak pada peralihan pilihan konsumen  dari minyak kedelai dan minyak bunga matahari ke minyak kelapa sawit sebagai bahan baku  dalam makanan.

“Artinya tudingan tanaman kelapa sawit menjadi penyebab deforestasi, emisi gas rumah kaca, pekerja anak,  eksploitasi masyarakat dan pemicu konflik lahan harus ditanggapi dengan menunjukkan praktik-praktik keberlanjutan oleh para pelaku usaha dan petani mitranya,” tegas Bernard  Riedo, Ketua Umum GIMNI.

Ini penting, sebab menurut Bernard keberlanjutan dalam industri kelapa sawit, harus dimulai dari hulu ke hilir.  Proses penanaman, termasuk penggunaan bibit sawit berkualitas,  budidaya, panen  hingga proses pengiriman ke pabrik minyak kelapa sawit harus mampu menunjukkan bahwa keberlanjutan menjadi bagian integral bagi perusahaan.

“Jadi keberlanjutan menjadi faktor penentu dalam keberhasilan perdagangan minyak kelapa sawit Indonesia di pasar internasional,” tegas Bernard.

Atas dasar itulah, Bernard menegaskan bahwa pihaknya mendorong seluruh anggota GIMNI untuk menjadi role-model dalam praktik-praktik pengelolaan dan pengolahan kelapa sawit berkelanjutan. Sebab perkebunan kelapa sawit memberikan kesejahteraan bagi petani.

Kemudian, tidak melakukan penanaman baru di lahan gambut, pengembangan kapasitas terhadap petani agar dapat mengelola kebun sawit secara berkelanjutan dan menggalakkan program pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat.

Hal-hal tersebut selain memberi manfaat bagi lingkungan dan masyarakat perusahaan juga akan dapat merasakan manfaatnya, seperti  akses pasar global,  peluang bisnis komersial, reputasi atas perusahaan dan merek dagang di mata konsumen.

Sementara itu, Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Gimni menambahkan bahwa program migor kemasan adalah momen besar bagi republik untuk mengubah kebiasaan masyarakat, yang biasanya pakai curah untuk beralih lebih besar.

“Jika tanggal 1 januari 2020 dimulai, seharusnya Presiden (Jokowi) launching program ini. Dengan pakai migor kemasan maka biaya kesehatan (BPJS) dapat ditekan,” harap Sahat.

Sebab, Sahat mengakui bahwa masyarakat marak terjadi pemakaian minyak jelantah yang tidak diketahui asal usulnya. Apalagi pemerintah belum punya aturan mengenai minyak jelantah yang berbahaya bagi kesehatan.

Itu sebabnya, Sahat meminta program minyak kemasan untuk dijalankan awal tahun depan. Tidak lagi ditunda atau diundur waktunya.

Seperti diketahui bahwa peredaran migor curah di pasar retail mencapai 3,35 juta ton atau ekuivalen 3,38 miliar liter pada 2019. Jika program kemasan berjalan, maka butuh 10,71 miliar kantong plastik apabila dibungkus produsen migor. Ini artinya dibutuhkan 1.558 filling machine dengan kecepatan 800 pack/jam.

Mendengar fakta tersebut, Enggartiasto Lukita, Menteri Perdagangan RI Periode 2016-2019 menyarankan kalangan industri aktif mempromosikan penggunaan minyak goreng kemasan. Tujuannya, masyarakat memahami pemakaian kemasan ini bermanfaat bagi kesehatan mereka, tidak sebatas kepentingan pemerintah atau pelaku usaha.

“Kalangan pelaku industri dapat melibatkan perguruan tinggi dan stakeholder lainnya, sehingga minyak goreng kemasan dapat diterima dengan baik,” ucap Enggartiasto, atau biasa disapa Enggar.

Akan tetapi, Enggar mengingatkan untuk menjual minyak goreng kepada konsumen dalam bentuk kemasan harus memenuhi ketentuan yang berlaku. Harapannya awal tahun 2020 tidak ada lagi minyak goreng dalam bentuk curah.

“Pada Januari 2020 nanti tidak ada lagi minyak goreng curah sampai ke desa, sampai ke pelosok hingga ke pasar-pasar,” ujar Enggar.  Seperti diketahui penerapan migor kemasan dijalankan berdasarkan Permendag Nomor 09/2019.

Atas dasar itulah, Enggar juga berharap  produsen migor kemasan bisa meningkatkan mutu dan keamanan pangan yang dikonsumsi, salah satunya melalui program pengalihan minyak goreng curah ke minyak goreng kemasan. 

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…