Klusterisasi Solisi Mendorong Ekspor

NERACA

Jakarta – Terbukti, klusterisasi mampu menambah daya gedor ekspor yang jauh lebih besar. Hal ini lantaran dengan membuat kluster maka akan menekan biaya produksi dan meningkatkan kualitas ataupun kuantitas.

Atas dasar itulah Menteri Pertanian Syahril Yasin Limpo (SYL) menghimbau kepada seluruh stake holder pertanian untuk membangun dan mengembangkan potensi pertanian di seluruh indonesia dengan sistem cluster.

"Hari ini saya perintahkan kepada Sekjen dan jajaran di  Kementan untuk memperkuat sistem cluster di 34 propinsi. Kita punya potensi ubi kayu dan tanaman obat obatan, jadi harus didukung data yang lebih kuat. Untuk itu kita juga harus melakukan koneksi dan mixing aturan program," kata Syahrul dalam pertemuan dengan para eksportir di Jakarta.

Lebih lanjut, Mentan Syahrul menegaskan, pemerintah juga membuka lebar masukan dan saran dari para eksportir yang berkaitan dengan penguatan sistem cluster ini. Dengan begitu, percepatan dan penguatan ekspor pertanian yang diharapakan bisa terlaksana dengan baik.

“Jadi apa yang bisa saya bantu dan apa yang bapak lakukan. Kalau kita kompak dan kita tahu mau kemana arahnya, maka endingnya juga akan jelas. Saya berharap kita tidak lagi bertemu dalam bentuk formal, tetapi kita bertemu di lapangan,” kata Syahrul.  

Sebab, menurut Syahrul, eksportir sebagai pionir ekspor sangat dibutuhkan dalam mewujudkan kebangkitan pertanian. Peran mereka juga diharapkan bisa membawa produk pertanian mendunia dan diterima di pasar internasional.

“Jika tidak mampu melakukan koneksi maka itu adalah kegagalan. Yang paling penting bagi kita adalah negara dan rakyat. Toh Negara sebesar Tiongkok saja butuh kita. Sekarang saatnya kita masuk dalam upaya-upaya nyata,” ucap Syahrul.

Hal ini karena, Syahrul mengakui bahwa Indonesia merupakan negara besar yang memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa, yang bisa dioptimalkan dengan baik melalui kemampuan bertani secara modern dan berbasis teknologi.

“Di luar negeri butuh jahe merah. Kita bisa mengekspor denga koneksi. Atau saya memiliki koneksi tetapi saya tidak punya lahan. Jadi saya kira semua harus selaras dan mau bergerak bersama. Petani dan eksportir juga harus berjalan seimbang,”  ucap Sayhrul.

Bahkan jika melihat catatan Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor pertanian kurun waktu Januari-Oktober 2019 mencapai 2,9 miliar dolar AS. Jumlah itu tercatat menurun 3,4 persen dibanding capaian periode yang sama tahun lalu sebesar 2,8 miliar dolar AS. Karena itu, kinerja ekspor perlu kembali di genjot di masing-masing sektor unggulan.

Artinya, pemerintah dan pelaku usaha juga harus bisa melakukan pemetaan terhadap pasar komoditas pertanian di dunia. Hal itu diperlukan agar strategi menjamah pasar global dilakukan dengan tepat sasaran.

“Untuk bisa berkompetisi dibutuhkan persiapan yang serius. Kuantitasnya kita siapkan juga, tapi kualitasnya tidak boleh kalah dengan negara lain,” himbau Syahrul.

Salah satu yang potensial, Syahrul menyebutkan yakni komoditas ayam maupun produk olahan ayam siap saji. Ekspor produk ini harus dimulai sebagai salah satu upaya untuk mengatasi oversupply unggas di dalam negeri.

Sebab, berdasarkan catatan Kementerian Pertanian bahwa populaai ayam umur sehari (DOC) diprediksi sebesar 3.183.918.473 ekor pada tahun 2019 yamg setara dengan daging Ayam 3.510.652 Ton. Kebutuhan Daging Ayam nasional diprediksi sebeaar 3.251.745 Ton, sehingga masih surplus sebesar 258.907 ton.

Ada pun produksi Telur Ayam diprediksi mencapai 4.753.382 Ton pada tahun 2019 dan kebutuhannya sebesar 4.742.240 Ton, sehingga masih surplus sebesar 11.142 ton. 

Meski begitu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita menyayangkan bahwa bahwa ekspor produk ayam ke luar negeri masih mengalami hambatan, meskipun beberapa kali terjadi oversuplai.

"Jadi ada beberapa hambatan. Terutama pasar di negera seberang,” keluh I Ketut.

Meskipun ada hambatan, Direktur Ekspor Hasil Pertanian dan Kehutanan, Kementerian Perdagangan, Sulistyawati mengakui bahwa pangsa pangsa pasar ekspor olahan produk ayam sangat terbuka.

Ini lantaran karena memang banyak olahan ayam peminatnya Atas dasar itulah pemerintah dan pelaku usaha bergandengan tangan untuk mencoba masuk ke negara-negara timur tengah yang memang pasarnya cukup tinggi.

Sehingga jika terdapat kesesuaian antara selera masyarakat timur tengah dengan produk ayam dari Indonesia.  Arab Saudi, bisa menjadi hub bagi produk ayam asal Indonesia. “Sebab ada beberapa calon pembeli yang baru datang. Jeddah bisa menjadi hub dan sertifikasi halal yang lagi dibicarakan,” pungkas Sulistyawati. 

BERITA TERKAIT

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…