Pasar Gula Aren dan Kopi Semakin Terbuka

NERACA

Jakarta –Indonesia memang kaya akan produk perkebunan, salahsatunya gula aren dan kopi preanger yang saat ini sedang diburu oleh masyarakat asing.

Kepala Bidang Informasi Publik, Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, Komarudin mengakui bahwa saat ini permintaan akan gula aren dan kopi cukup tinggi baik di dalam ataupun luar negeri.

“Benar, bahwa gula aren dan kopi preanger dengan merek Boehoen Nagarawangi sangat diminati masyarakat asing,” kata Komarudin.

Bahkan, menurut Komarudin, gula aren saat ini telah menembus pasar Jerman, Amerika Serikat dan Australia. Tapi, pemasarannya masih melalui pihak ketiga. Meskidemikian, secara langsung sudah dilakukan ke Korea dengan volume ekspor 1 ton per bulan.

Ditempat yang sama, Sulaeman petani kopi mengakui bahwa dirinya telah membudidayakan tanaman kopi seluas 43 hektare di Sumedang Jawa Barat. Alhasil dapat menghasilkan biji kopi sekitar 26 ton per musim.

“Jadi hasil olahan kopinya selain dipasarkan didalam negeri, khususnya Jawa Barat, juga diekspor,” kata Sulaeman.

Melalui pameran tersebut, Sulaeman berharap, dapat menghasilkan kesepakatan dengan para buyer dari berbagai negara. “Melalui promosi ini, kami juga berharap agar para petani bisa menjadi suplier langsung bagi importir kopi dan gula semut serta pemilik cafe di Taiwan,” ucap Sulaeman. 

Sementara itu, Kepala Bidang Produksi Dinas Perkebunan Jawa Barat Yayan Cahya Permana mengakui, pengembangan kopi arabika di Jabar lebih banyak tahun ini. “Permintaan kopi arabika memang lebih besar tahun ini karena permintaan pasarnya naik, khususnya Java Preager,” ujarn Yayan.

Dari sisi harga, kopi arabika juga mengalami kenaikan. Jika pada 2018 harganya Rp 80.000 per kilogram (Kg), maka pada 2019 harganya mencapai Rp 90.000/Kg. “Malahan di pasar lokal Jabar saja, kopi arabika laris manis,” tandas Yayan lagi.

Yayan menyebutkan, produksi biji kopi arabika di Jabar tahun 2018 mencapai 10.887 ton, sedangkan tahun 2017 produksinya sebesar 9.791 ton. Sementara luas areal arabika juga naik dari 21.732 hektar (Ha) pada 2017 menjadi 25.369 Ha pada 2018.

Demikian juga kopi robusta yang produksinya mengalami kenaikan dari 8.205 Ha (2017) menjadi 9.975 Ha (2018). Sedangkan luas areal kopi robusta naik tipis dari 17.546 Ha (2017) menjadi 17.733 Ha.

Pengembangan kopi arabika di Jabar meliputi Bandung, Bandung Barat, Garut, Sumedang, Subang, Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, Ciamis, Majalengka dan Kuningan. 

Meski begitu, Direktur Jenderal Perkebunan, Kemneterian Pertanian  Kasdi Subagyono mengingatkan yang terpenting adalah suatu ekspor harus dilakukan secara kontinuitas atau berkesinambungan.

“Kerjasama ini sebagai langkah untuk mendorong ekspor lebih besar lagi. Tapi yang terpenting adalah sustainable (berkelanjutan), ramah lingkungan dan ekspor kali ini adalah organik,” kata Kasdi.

Ekspor kali ini dalam bentu organik, karena menurut Kasdi memang saat ini pasar dunia sedang mengarah ke produk-produk organik. Bahkan pasar dalam negeri untuk masyarakat menengah keatas juga sedang mengarah pada produk-produk organik.

Salah satu pasar dalam negeri yang meminta produk-produk organik yaitu hotel restoran dan catering (horeka) dan supermarket. Artinya jika permintaan organik terus bertambah maka diharapkan pendapatan petani akan ikut bertambah

Adapun yang akan diekspor kali ini ada 5 produk yaitu kopi, gula aren, gula kelapa, teh dan pala. Semuanya dalam bentuk organik.

“Untuk itu kita dari memberikan bantuan kepada petani dalam bentuk pembinaan dan untuk awalnya kita membantu dalam melakukan sertifikasi. Sebab kedepannya petani pasti akan bisa melakukan serifikasi sendiri,” terang Kasdi.

Disisi lain, Kasdi mengakui, hal yang tidak kalah penting yaitu pihaknya akan menghubungkan antara eksportir dengan kelompok petani selaku yang memproduksi komoditas organik. Sehingga jika eksportir bertemu langsung dengan kelompok petani maka bisa meotong rantai dagang. “Dengan begitu diharapkan akan ada nilai tambah untuk petani,” pungkas Kasdi.

 

 

BERITA TERKAIT

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…