Lukai Kepercayaan Masyarakat - APRDI Dukung Tindakan Tegas OJK "Sentil" MI Nakal

NERACA

Jakarta – Kasus gagal bayar yang menimpa manajer investasi Narada Aset Manajemen menjadi pil pahit bagi industri pasar modal. Bagaimana tidak ditengah besarnya minat masyarakat berinvestasi di pasar  modal harus dilukai dengan praktek tidak amanahnya perusahaan manajer investasi mengelola dana masyarakat yang berujung potensi hilangnya kepercayaan masyarakat berinvestasi di pasar modal.

Merespon kasus tersebut, Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi (APRDI) mengapresiasi langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mendisiplinkan manajer investasi yang tidak berhati-hati dalam mengelola dana investor dan termasuk menghentikan produk reksa dana dari Narada Aset Manajemen.”Saya melihat tujuannya bagus, ini untuk mendisiplinkan pelaku. Kita kan menjual produk kepada masyarakat, harusnya dikelola dan dijual dengan cara yang benar dan sehat karena kasihan investornya kalau sampai begini [terjadi masalah],” kata Ketua Presidium Dewan Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia, Prihatmo Hari Muljanto di Jakarta, kemarin.

Sejak akhir pekan lalu, santer diberitakan bahwa salah satu manajer investasi yaitu Narada Aset Manajemen gagal membayar pembelian beberapa efek saham hingga Rp177,78 miliar. Hal ini berpotensi membuat beberapa sekuritas mengalami kesulitan likuiditas dana dan dana modal kerja bersih disesuaikan (MKBD) menjadi turun.

Dengan demikian, manajer investasi tersebut diminta segera melakukan penyelesaian pembayaran kepada beberapa perusahaan sekuritas dan melaporkan perkembangannya ke otoritas. Sementara itu, OJK telah memberikan suspensi kepada Narada AM pada 13 November 2019. Dengan demikian, perseroan tidak dapat menandatangai produk investasi reksa dana, memperpanjang dan atau menambah dana kelolaan, menambah unit penyertaan baru, serta melakkan transaksi pembelian efek untuk seluruh produknya.

Adapun kasus gagal bayar itu menyusul pergerakan dua reksa dana Narada AM yang terpantau turun drastis yaitu produk reksa dana Narada Saham Indonesia dan Narada Campuran I. Berdasarkan laman resmi Narada AM, net asset value (NAV) produk Narada Saham Indonesia anjlok 47,38% selama sebulan terakhir per 16 November 2019. Sementara NAV poduk Narada Campuran I terjun 44,81% pada periode yang sama.

Sementara Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Fakhri Hilmi seperti dikutip bisnis menyampaikan bahwa kasus gagal bayar pembelian beberapa efek saham oleh Narada AM masih dalam tahap pemeriksaan. Pihak OJK sudah meminta manajer investasi tersebut untuk segera melakukan penyelesaian pembayaran kepada beberapa perusahaan sekuritas dan melaporkan perkembangannya ke otoritas.

Sujanto, Direktur Pengelolaan Investasi OJK, juga menyampaikan pihaknya telah mengirimkan tim untuk melakukan pemeriksaan terhadap Narada Asset Management.“Kami sudah turunkan tim untuk periksa yang Narada itu, hasilnya kayak apa ya ini kan masih proses,” katanya.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…