Untuk Lima Sektor - RI Siap Masuki Industri 4.0, Tapi Masih Ada Kendala

NERACA

Jakarta – Indonesia siap memasuki era revolusi industri 4.0 untuk lima sektor industri yakni, makanan-minuman, tekstil, otomotif, kimia, dan elektronika, tapi masih menghadapi tantangan yakni kendala adanya 10 persoalan yang harus diatasi.

"Indonesia sudah siap memasuki revolusi industri 4.0 untuk lima sektor indsutri, tapi untuk memasuki industri 4.0, tidak bisa begitu saja dimasuki. Ada prasyarat yang harus dipenuhi," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, Bambang Riznanto, pada Seminar Internasional ke-5 "Innovation Research Science, Technology dan Culture (IRSTC) 2019" di Kampus Universitas Pancasila, Jakarta, sebagaimana disalin dari laman kantor berita Antara.

Hadir pada kegiatan tersebut antara lain, Pengurus Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila (YPPUP) Prof Dr Edie Toet Hendratno, Rektor Universitas Pancasila Prof Dr Wahono Sumaryono, serta sejumlah pakar lainnya.

Hadir juga guru besar dari Beuth University of Applied Sciences Berlin, Jerman, Prof Dr-Ing Ralf Forster yang menjadi guru besar tamu di Universitas Pancasila, beberpa guru besar dari Universitas di Malaysia, serta beberapa pembicara dari Indonesia.

Lima sektor industri yang disiapkan memasuki revolusi industri 4.0 tersebut, dinilai sebagai sektor yang dominan pada industri manufaktur Indonesia. "Adopsi industri 4.0 sasarannya untuk meningkatkan produktivitas dan pemasaran lima sektor industri tersebut," katanya.

Namun, untuk memasuki industri 4,0, kata dia, ada prasyarat yang harus dipenuhi dan ini menjadi tantangan yang harus dihadapi Indonesia. "Ada 10 prasyarat yang menjadi tantangan Indonesia antara lain, harmonisasi aturan dan kebijakan, kualitas sumber daya manusia, penguasaan teknologi, pemenuhan target SDGs," katanya.

Sementara itu, Rektor Universitas Pancasila, Wahono Sumaryono, mengatakan, mendukung sepenuhnya pelaksanaan Seminar Internasional ke-5 "Innovation Research Science and Technology Culture" (URSTC) yang diselenggarakan Fakultas Teknik Universitas Pancasila.

Seminar tersebut dihadiri pembicara yakni sejumlah pakar dari Jerman serta Malaysia, yang telah bekerja sama dengan Universitas Pancasila. Pada kesempatan tersebut, Wahono juga mengatakan, menyambut baik program Pemerintah dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. "UP mencermati arah kebijakan Pemerintah dalam menghadapi revolusi industri 4.0 dengan berupaya menerapkannya sebagai bekal pendidikan bagi mahasiswa UP," katanya.

Universitas Pancasila (UP) Jakarta menyiapkan pendidikan bagi mahasiswanya, khususnya mahasiswa Fakultas Teknik, untuk memiliki pengetahuan dan wawasan berbasis teknologi digital agar lebih siap bekerja pada sektor industri yang akan memasuki era industri 4.0.

"UP berupaya membangun pengetahuan dan wawasan mahasiswanya terhadap industri 4.0, sekaligus memberikan bekal praktikum di industri tersebut, sehingga diharapkan lulusan dari UP dapat lebih siap pakai saat memasuki lapangan pekerjaan," kata Rektor Universitas Pancasila, Prof Dr Wahono Sumaryono, Apt, di sela kegiatan Seminar Internasional ke-5 "Innovation Research Science, Technology dan Culture (IRSTC) 2019" di Kampus Universitas Pancasila, Jakarta.

Hadir pada seminar internasional tersebut, sejumlah pembicara antara lain, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian (BPPI Kemenperin) Bambang Riznanto, ST, MT.

Guru besar dari Beuth University of Applied Sciences Berlin, Jerman, Prof Dr-Ing Ralf Forster yang menjadi guru besar tamu di Universitas Pancasila, beberpa guru besar dari Universitas di Malaysia, serta beberapa pakar dari Indonesia.

Menurut Wahono, UP mencermati arah kebijakan Pemerintah dalam menghadapi revolusi indisutri 4.0 dengan berupaya menerpkannya sebagai bekal pendidikan bagi mahasiswa UP.

Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik UP, Dr Ir Budhi M Suyitno menambahkan, Fakultas Teknik UP pada program D3 dan S1, telah menerapkan kurikulum dari perguruan tinggi di Jerman, untuk menyiapkan mahasiswanya agar lebih siap pakai dalam memasuki lapangan kerja. "Kurikulum pada Fakultas Teknik UP akan mengarah pada SDGs (sustainable development goals)," katanya.

Budhi M Suyitno menjelaskan, UP juga memiliki kantor SDGs, serta memiliki kantor untuk tujuh unit teknologi terapan. Teknologi terapan itu, antara lain, kereta api yang lebih ramah lingkungan. "UP juga akan membuka jurusan perkeretaapian, untuk program D3 dan S1," katanya.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…