Target Penyaluran KUR ke Sektor Produksi Sulit Dikejar

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai dalam mencapai target penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk sektor produksi sebesar 60 persen dari total yang akan disalurkan yaitu Rp140 triliun pada 2019 sulit untuk dicapai. “Kalau 2017 saya tetapkan 40 persen, 2018, 50 persen dan tahun ini sebenarnya produksi itu 60 persen tapi saya melihat mulai enggak tercapai,” katanya saat ditemui di Gedung Smesco, Jakarta, Rabu (16/10).

Ia menjelaskan salah satu penyebab hal tersebut sulit untuk dicapai adalah mayoritas orang yang berada di sektor produksi bekerja secara individu sehingga pihak dari perbankan kurang berminat dalam menyalurkan kredit. “Banknya juga tidak terlalu semangat dibanding dengan kelompok di mana ada 100 orang yang menerima KUR itu dia lebih semangat mengurusnya,” ujarnya.

Menurut Darmin, akan lebih baik jika perseorangan itu membentuk sebuah klaster atau kelompok dalam menjalankan suatu sektor produksi atau UMKM sehingga lebih memudahkan pihak perbankan dalam proses penyaluran agar tercapai target 60 persen tersebut. “Kita harus mendorong lahirnya kelompok atau klaster kegiatan UMKM, itu dia tantanganya,” katanya.

Darmin menyebutkan peran dari swasta seperti perusahaan juga sangat dibutuhkan untuk mengakomodasi pembentukan para pelaku usaha UMKM menjadi satu kelompok seperti memberikan kursus dalam kurun waktu tertentu agar mereka memiliki standar yang bagus dan bernilai tinggi. “Ada perusahaan yang mengurusinya sehingga dia jadi off checker-nya, dia juga mengajari mereka supaya standar jahitannya betul dan designer-nya juga ada karena itu semua tidak bisa sendiri-sendiri,” jelasnya.

 

Kemenko Perekonomian mencatat, tingkat NPL penyaluran KUR sampai saat ini adalah 1,3 persen. Darmin menuturkan, tantangan terbesarnya adalah pada KUR untuk Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Sebab, pemerintah cenderung sulit mengawasi mereka ketika sudah berangkat ke luar negeri. Darmin menjelaskan, apabila mengecualikan KUR TKI, tingkat NPL penyaluran KUR dapat mencapai 0,8 persen. Angka ini lebih baik dibandingkan seluruh kredit perbankan yang ada di Indonesia. "Dan, ini pertama kalinya kita dapat menyalurkan KUR yang dulu selalu kredit macet," katanya.

 

Darmin mengatakan, ada beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk menekan tingkat Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet dalam menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR). Di antaranya, memaksimalkan kluster, perbaikan standar dan mengoptimalkan offtaker. Ia menyebutkan, salah satu tantangan terbesar dalam penyaluran KUR adalah pengawasan implementasi. Oleh karena itu, pemerintah akan terus fokus memberikan KUR kepada kelompok, kluster ataupun komunitas. "Supaya apa? Supaya mereka mengontrol kinerja satu sama lain," ujarnya.

 

Upaya kedua, memperbaiki standar produk sektor-sektor yang mendapatkan fasilitas KUR. Darmin menjelaskan, sehingga yang dibutuhkan adalah pelatihan, meskipun hanya dilakukan dalam jangka pendek. Selain meningkatkan standar, fasilitas pelatihan juga bertujuan menyamakan standar agar persaingan para usaha mikro dan kecil ini tetap terjaga.

 

Kemudian, lebih penting lagi adalah keberadaan offtaker atau pihak yang menyerap produk dari usaha mikro dan kecil peserta KUR. Darmin berharap semakin banyak pihak yang bersedia menjadi offtaker. Khususnya e-commerce yang memberikan kontribusi besar dalam pemasaran dan penjualan produk saat ini. Darmin menekankan, keberadaan offtaker tidak sekadar menampung produk usaha mikro dan kecil. Lebih dari itu, mereka juga dapat memberikan edukasi mengenai standarisasi sampai dengan promosi. "Kalau itu dilakukan, ekosistemnya akan terbentuk," tuturnya.


Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir menambahkan realisasi penyaluran KUR dari Agustus 2015 hingga Agustus 2019 sebesar Rp435,4 triliun dan diberikan kepada 17,5 juta debitur dengan NPL (non performing loan) terjaga di level 1,31 persen.

Sedangkan untuk tahun ini pemerintah menargetkan penyaluran KUR mencapai Rp140 triliun yang 60 persennya harus diserap oleh sektor produksi. Namun realisasi KUR hingga 31 Agustus baru di angka Rp102 triliun yang diberikan kepada 3,4 juta debitur. “Sedangkan realisasi KUR untuk produksi sampai Agustus 2019 masih 47 persen,” ujarnya.

 

BERITA TERKAIT

Pengamat: Aksi Merger-Akuisisi Berpotensi Dorong Industri Asuransi dan Skala Ekonomi Besar

  NERACA Jakarta-Aksi merger-akuisisi perusahaan asuransi dinilai akan menciptakan industri dengan permodalan yang kuat, sehingga turut menopang perekonomian Tanah Air.…

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pengamat: Aksi Merger-Akuisisi Berpotensi Dorong Industri Asuransi dan Skala Ekonomi Besar

  NERACA Jakarta-Aksi merger-akuisisi perusahaan asuransi dinilai akan menciptakan industri dengan permodalan yang kuat, sehingga turut menopang perekonomian Tanah Air.…

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…