Mengenal Dermatitis Atopik, Penyakit Keturunan Seumur Hidup

Gangguan kulit yang tidak ditangani dengan baik akan mengganggu kualitas hidup. Salah satunya adalah dermatitis atopik (DA) yang bisa bertahan seumur hidup dalam tubuh pengidapnya. DA merupakan penyakit kulit kronis yang menimbulkan peradangan pada kulit, rasa gatal, serta kulit kering dan pecah-pecah. Kerap pula dikenal dengan istilah eksim atopik, penyakit ini dapat menimbulkan gatal-gatal parah yang dapat mengganggu tidur dan aktivitas harian.

Karena termasuk penyakit kronis, tak ada kata sembuh bagi pengidap DA. Penyakit bisa kambuh berulang jika ditemukan adanya pemicu. "Kita tidak bisa memakai kata sembuh, biasanya pakai kata 'terkontrol'. Penyakit ini masih bisa kambuh akibat faktor pemicu," ujar ahli kesehatan kulit, Anthony Handoko dalam temu media di kawasan Menteng, Jakarta, dikutip dari CNN Indonesia.com.

Sederet faktor bisa memicu kambuhnya DA. Faktor-faktor ini bisa saling berbeda pada setiap pasien. Sebut saja daya tahan tubuh yang menurun, debu, bulu hewan, cuaca terlalu panas atau terlalu dingin, gigitan serangga, zat iritan, dan stres. Anthony mengatakan, DA umumnya timbul akibat faktor genetik. Artinya, penyakit dibawa atau diturunkan oleh orang tua pasien. "Biasanya, gejala (awal)  DA timbul pada bayi dan anak-anak usia 1-5 tahun," ujar Anthony.

Berdasarkan penelitian, lanjutnya, gejala yang timbul pada usia 3-11 tahun memungkinkan pasien mengidap DA seumur hidupnya.Karena sifatnya yang bertahan seumur hidup, pengobatan pada pasien DA tak bertujuan untuk memusnahkan penyakit. "Tapi mengatasi gejala yang timbul saat kambuh," kata Anthony.

Tak semua pasien DA mendapatkan pengobatan yang sama. Pengobatan akan bergantung pada gejala dan kondisi pasien. Beberapa jenis pengobatan yang umum digunakan di antaranya obat oles, obat oral, dan phototherapy. Pengobatan oles adalah yang paling banyak dipakai.

Sedangkan pengobatan oral umumnya diberikan saat gejala yang muncul disertai infeksi. Beberapa obat oral juga diberikan untuk mengurangi rasa gatal dan memperkuat daya tahan tubuh. Anthony mengimbau agar orang tua waspada gejala DA sedini mungkin. "Saat anak merasa gatal yang cukup serius, maka [anak] layak dibawa ke dokter," katanya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat prevalensi DA pada anak sebesar 15-30 persen pada 2018. Sedangkan di Indonesia, 2 juta kasus DA ditemukan setiap tahunnya.

Dermatitis atopik (DA) dikenal sebagai penyakit yang kerap menyerang usia muda, bahkan anak-anak. Namun, siapa sangka jika lansia juga berisiko terkena penyakit kulit kronis ini? Ahli kesehatan kulit dan kelamin, Anthony Handoko mengatakan, 80 persen kasus DA terjadi pada usia 1-5 tahun. Sementara 20 persen lainnya terjadi pada usia dewasa dan lanjut (lansia). "Tidak ada alasan tertentu mengapa DA baru timbul pada usia dewasa atau lansia," ujar Anthony dalam temu media di kawasan Menteng, Jakarta, beberapa waktu lalu.

 

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…