NERACA
Jakarta – Memperingati 42 tahun kembali diaktifkannya industri pasar modal, telah banyak pencapaian dan perubahan yang ditorehkan. Bahkan industri ini tidak lagi dipandang sebelah mata, kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya, begitu besar likuiditas di pasar modal seiring dengan pertumbuhan investor menjadi pilihan alternatif sebagai sumber pembiayaan di jangka panjang ketimbang industri perbankan.
Pasar modal terus berbenah diri dan termasuk dalam misinya pendalaman pasar modal bagi masyaakat Indonesia. Berangkat dari hal tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan dalam 3 tahun ke depan jumlah investor bisa bertambah hingga 5 juta. “Kami berharap, tiap tahun akan bisa menambah. Mungkin dalam 2—3 tahun kita bisa mencapai 5 juta,”kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Hoesen di Jakarta, kemarin.
Dirinya menjelaskan, dengan meningkatnya jumlah invesor domestik nantinya akan dapat mengimbangi jumlah aliran modal asing yang masuk ke pasar modal tanah air. Dengan demikian, ketahanan pasar modal pun bisa dikelola bersama-sama dari dalam. Adapun dari porsi 5 juta investor, diperkirakan sebanyak 40% nantinya merupakan investor saham. Pasalya, apabila dilihat dari rasio, investor pemula biasanya masuk ke reksa dana terlebih dahulu.
Adapun per 9 Agustus 2019, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia mencatat jumlah SID investor telah mencapai 2,07 juta. Dari total tersebut, investor ritel berjumlah 2,04 juta dan sisanya berasal dari investor institusi. Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo menjelaskan, untuk investor saham dan obligasi saat ini tercatat sebanyak 995.990 investor.“Untuk mutual fund (reksa dana), itu angkanya sudah hampir 1,4 juta yaitu 1,39 investor,” ujar Uriep.
Sementara itu, basis investor saat ini masih terkonsentrasi di Pulau Jawa sebesar 72,49%, diikuti oleh Pulau Sumatra sebesar 14,88% dan Pulau Kalimantan sebesar 4,75%. Selanjutnya, basis investor di Pulau Sulawesi sebesar 3,54% dan daerah Bali—NTT—NTB sebesar 3,12%. Sisanya tersebar di kawasan Maluku dan Papua.“Jadi, kalau kita lihat, khusus untuk ekuitas, porsi lokalnya itu Rp2.459 triliun dari total aset yang ada di C-Best [investasi saham dan obligasi]. Sedangkan mutual fund per 8 Agustus mencapai Rp730 triliun dengan total produk sebanyak 2.920,” kata Uriep.
Kendati pertumbuhan jumlah investor melaju, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi menjelaskan, SRO akan memantau keaktivan dari para investor tersebut, khususnya investor ritel. Pasalnya, mulai banyak investor ritel yang mulai tidak aktif dan masih kurang dalam menyampaikan dokumen.”Kami juga ingin memperbaiki kualitas investor ritel yang kira-kira sudah tidak aktif atau ada kekurangan dokumen seperti KTP dan NPWP, itu akan kami kurangi. Jadi kami mau bersihkan investor ritel ini,” kata Inarno.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…
NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…
NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…
NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…
NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…