NERACA
Jakarta – Semester pertama 2019, PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) mencatatkan laba bersih berjalan sebesar Rp5,28 miliar atau turun 94,73% dibanding periode yang sama tahun 2018 tercatat laba bersih berjalan sebesar Rp98,7 miliar. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Selain penurunan laba, pendapatan perseroan juga ikut terkoreksi 5,05% menjadi Rp 520,6 miliar dibandingkan priode yang sama tahun lalu sebesar Rp 495,8 miliar. Sedangkan, total beban bunga naik 0,9% menjadi Rp317,17 miliar dibanding semester I 2018 sebesar Rp314,46 miliar. Pada item pendapatan operasional selain bunga tercatat Rp101,1 miliar atau turun 56,46% dibanding semester I tahun 2018 sebesar Rp232,7 miliar.
Sementara itu, sepanjang semester I 2019 emiten perbankan itu menyalurkan kredit Rp7,9 triliun atau naik 5% dibanding periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp7,5 triliun. Sedangkan total dana pihak ketiga tercatat Rp8,448 triliun. Sehingga aset tercatat Rp10,7 triliun. Kemudian perseroan juga mencatatkan NPL net naik menjadi 3,67% dari 2,88%, CAR 15,17%, BOPO 99,02% dan LFR 93,56%. Tahun ini, perseroan menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 13% atau lebih tinggi dibandingkan capaian tahun lalu yang sebesar 12%. Fokus Penyaluran kredit tahun ini masih sama seperti tahun lalu yaitu ke sektor konsumer, UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), dan sektor korporasi atau wholesale.
Dengan target pertumbuhan kredit tersebut, Bank MNC menargetkan perolehan laba bersih tahun ini antara Rp 30 miliar hingga Rp 40 miliar. Selain dengan ekspansi kredit, untuk mendongkrak perolehan laba bersih Bank MNC akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasinya, termasuk memperbaiki kualitas kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) net tahun ini menjadi di bawah 3% dari posisi saat ini di level 3,48%.
Sementara Direktur MNC Bank, Hermawan pernah bilang, pertumbuhan kredit di MNC Bank akan bergantung kepada segmen pasar. Namun, diharapkan tidak meleset dari kisaran yang telah ditetapkan. Adapun tingkat bunga kredit yang dibebankan kepada para debitur, dia menyatakan akan tergantung pada kondisi likuiditas sekaligus tingkat bunga acuan dari Bank Indonesia.
Kebijakan suku bunga kredit, kata dia, bakal disesuaikan secara proporsional sesuai kebijakan yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Terlepas dari kebijakan dari otoritas, Hermawan mengatakan, pihaknya tetap fokus mencari cara dengan meningkatkan marjin bunga bersih atau net interest margin (NIM) agar kondisi keuangan tetap kuat sehingga dapat terus menyalurkan kredit yang berkualitas. Pada Desember 2017, saat perseroan sempat merugi Rp 685 miliar, tingkat NIM MNC Bank hanya 3,7%.
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…
NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…
NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…