Menkeu Usahakan Dana Riset Meningkat

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengusahakan agar alokasi dana APBN untuk riset bisa meningkat seiring dengan pemerintah Indonesia yang sedang berupaya memperbaiki kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi lebih baik. “Pemerintah kita sedang membentuk kultur masyarakat yang berpikiran kritis, salah satunya melalui pendidikan dan riset. Dana penelitian sudah dialokasikan pemerintah pada APBN 2019 dan diharapkan akan meningkat lebih banyak,” katanya saat ditemui di Soehana Hall The Energy Building, Jakarta, Rabu (31/7).

Menkeu menjelaskan, meskipun alokasi dana riset pada APBN setiap tahun selalu meningkat, yakni pada 2018 sebesar Rp33,8 triliun dan untuk 2019 sebesar Rp35,7 triliun, namun dana itu disebar untuk 45 kementerian dan lembaga. Menurut dia, hal tersebut tetap dirasa kurang karena total anggaran untuk pendidikan di Indonesia pada 2019 sebesar Rp492,5 triliun. Sementara, alokasi dana untuk riset mengambil bagian terlalu kecil dalam total anggaran pendidikan yang diwajibkan sebesar 20 persen dari dana APBN itu. “Jadi tidak heran jika banyak peneliti yang mengeluh kok kecil sekali, atau 400 sekian itu untuk apa saja, kok kita enggak merasa, atau kalau bahasa Pak Presiden kok enggak nendang,” ujarnya.

Ia melanjutkan bahwa sekitar 43,7 persen dari total anggaran dana untuk riset tersebut digunakan untuk penelitian, sedangkan 56,3 persen sisanya untuk belanja operasional, jasa IPTEK, belanja modal, serta pendidikan dan pelatihan. “Alokasi yang dipakai benar untuk penelitian saja lebih kecil dari aktivitas pendukung, itu harus diteliti dan dikaji apa ada yang salah,” katanya.

Sri Mulyani mengatakan bahwa ia sudah melakukan koordinasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menata alokasi pendidikan dan riset di Indonesia sehingga sektor penelitian bisa lebih baik. Ia pun berharap pemerintah dan pihak swasta bisa membangun ekosistem R&D menjadi lebih baik mulai dari tata kelola hingga akuntabel karena menurutnya riset merupakan investasi yang sangat menjanjikan untuk masa depan.

Saat ini posisi Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga dalam hal investasi di bidang riset. Pada 2016, Indonesia menggunakan 0,25% dari produk domestik bruto (PDB) untuk riset. Angka tersebut lebih rendah dari Vietnam (0,44%), Thailand (0,78%) dan Malaysia (1,3%) yang merupakan pesaing-pesaing utama Indonesia di bidang riset.

Bukti-bukti di dunia internasional menunjukkan bahwa investasi di bidang riset dan pengembangan, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun sektor swasta, merupakan pendorong penting bagi pertumbuhan ekonomi, mendukung inovasi dan meningkatkan produktivitas. Investasi di bidang riset juga berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan efektivitas dari kebijakan publik.

Charge d’Affaires Kedutaan Australia untuk Indonesia Allaster Cox mengatakan, peningkatan investasi di bidang riset akan memberikan keuntungan ekonomi dan sosial. “Banyak dari program pembangunan kami yang fokus mendukung pengunaan riset dan bukti dalam proses penyusunan kebijakan ekonomi dan sosial, termasuk melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga think tank, universitas maupun organisasi sosial di Indonesia,” kata Allaster.

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, Teguh Dartanto mengatakan, negara-negara yang tidak mengembangkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologinya akan tertinggal. Pembangunan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi tidak bisa terjadi secara instan namun merupakan proses panjang dan berkesinambungan yang membutuhkan dukungan sumber daya manusia dan finansial yang mencukupi.

 

BERITA TERKAIT

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global

UU DKJ, Masa Depan Jakarta Dijadikan Pusat Perdagangan Global NERACA Jakarta - Lahirnya undang-undang tentang Daerah Khusus Jakarta (UU DKJ)…

Pemerintah akan Bentuk Tim Proyek Kereta Cepat Jakarta " Surabaya

  NERACA Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan segera membentuk tim untuk proyek kereta…

Surplus Neraca Perdagangan Terus Berlanjut

  NERACA Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2024, Indonesia kembali surplus sebesar 4,47 miliar dolar AS,…