Kemenperin Gandeng ITE Singapura Latih Kompetensi Guru Produktif SMK

NERACA

Jakarta - Kementerian Perindustrian menjalin kerja sama dengan Institut Pendidikan Teknis (ITE) Singapura untuk meningkatkan kompetensi guru produktif Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Langkah ini merupakan bagian terintegrasi dalam menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang siap kerja dan kompetitif.

“Kompetensi SDM menjadi faktor utama dalam mendorong kinerja industri, yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Eko S.A. Cahyanto di Jakarta, Selasa (30/7).

Melalui sasaran tersebut, Menurut Eko, pemerintah telah menetapkan pengembangan SDM berkualitas menjadi program prioritas nasional setelah pembangunan infrastruktur. “Pengembangan SDM dilakukan melalui penguatan sistem pendidikan, khususnya pendidikan kejuruan yang berorientasi pada kebutuhan pasar tenaga kerja (demand driven),” tuturnya.

Sesuai arahan Presiden Joko Widodo untuk merevitalisasi pendidikan kejuruan nasional, Kemenperin perlu berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk memperkuat dan mengembangkan pendidikan vokasi. Hal ini diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang kompeten dan berdaya saing sesuai kebutuhan industri saat ini terutama dalam kesiapan memasuki era industri 4.0.

“Pada Maret 2017, Bapak Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memenuhi undangan dari Menteri Pendidikan Singapura dan Institut Pendidikan Teknis (ITE) Singapura untuk mengunjungi kampus ITE dan mempelajari sistem pendidikan kejuruan (TVET) di Singapura. Kami melihat peran penting yang dilakukan oleh pendidikan kejuruan ITE dalam meningkatkan daya saing Singapura,” paparnya.

Dalam agenda pertemuan tersebut, disepakati untuk mengembangkan kerja sama antara Kemenperin dan ITE Singapura. Salah satunya adalah mengembangkan pendidikan kejuruan yang berorientasi industri di Indonesia.

Selanjutnya, pada pertemuan Retret Pemimpin pada peringatan 50 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Singapura pada 7 September 2017 di Singapura, Menteri Perindustrian RI dan Menteri Pendidikan Tinggi Singapura yang mewakili kedua negara menandatangani Nota Kesepahaman tentang kerja sama pengembangan pendidikan kejuruan untuk industri. Momen ini disaksikan langsung oleh Presiden RI dan Perdana Menteri Singapura.

Penandatanganan Nota Kesepahaman itu juga ditindaklanjuti dengan penandatanganan perjanjian teknis antara Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian dengan ITE Singapura dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Industri Kementerian Perindustrian dengan ITEES (Layanan Pendidikan ITE).

Dari kesepakatan tersebut, menyetujui untuk mengatur program pelatihan sebanyak 99 kepala sekolah dan guru produktif SMK yang dilaksanakan di Singapura. Programnya, antara lain Workshop Pelatihan Kepemimpinan (LTW) untuk 25 pemimpin dan manajemen TVET serta Program Peningkatan Keterampilan Teknis (TSUP) di bidang Teknik Mesin untuk 24 guru TVET.

Selanjutnya, TSUP di bidang Teknik Listrik untuk 25 guru TVET, TSUP di bidang Otomasi Industri untuk 25 guru TVET. “Program ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi para pemimpin dan guru sekolah menengah kejuruan, yang selanjutnya dapat meningkatkan kemampuan profesional TVET di Indonesia,” ujar Eko.

Untuk tahap pertama, program LTW untuk 25 orang yang meliputi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan manajemen sekolah, telah dilaksanakan pada 18 Februari-3 Maret 2018 di Kampus ITE. Pada fase kedua, program TSUP untuk 50 orang guru produktif kejuruan di bidang Otomasi Industri dan Teknik Elektro telah dilaksanakan pada 17-28 pada September 2018 di Kampus ITE.

Fase ketiga, program TSUP untuk 24 orang guru produktif kejuruan di bidang Teknik Mesin  telah digelar pada 10-21 Desember 2018 di Kampus ITE. “Para peserta berasal dari sekolah kejuruan yang terlibat dalam Program Link and Match SMK dengan Industri yang berasal dari Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur,” ungkap Eko.

Setelah berpartisipasi dalam program pelatihan, para peserta harus melakukan Multiplier Workshop dalam program Post-training Sharing Workshop (PSW) kepada guru lain dengan rasio 1:3 sehingga nantinya akan ada sekitar 300 orang manajemen dan guru sekolah kejuruan yang memiliki kemampuan profesional untuk mengelola unit TVET secara profesional di Indonesia. (Iwan)

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…