Niaga Bilateral - Diapresiasi, Upaya Menghilangkan Hambatan Ekspor Buah ke China

NERACA

Jakarta – Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah menilai positif langkah pemerintah yang berupaya mencabut hambatan ekspor buah dan produk lainnya dari Indonesia ke China.

"Tinggal Menteri Perdagangan harus bisa menegaskan bahwa China tak perlu memberlakukan terlalu banyak persyaratan. Cukup bahwa buah kita tidak mengganggu kesehatan, bukan hasil rekayasa genetika dan berkelanjutan," kata Rusli dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, disalin dari Antara.

Hal tersebut diungkapkan Rusli dalam menanggapi kunjungan dagang Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita ke Shanghai dan Beijing, China untuk mendorong kemudahan ekspor ke negara "Tirai Bambu" tersebut.

Dalam kesempatan itu, Mendag melakukan sejumlah kunjungan kepada pelaku usaha maupun pemangku kepentingan terkait untuk membahas kemudahan atas ekspor sarang burung walet, buah-buahan tropis seperti nanas, buah naga, alpukat, durian, serta produk perikanan.

Rusli mengatakan pendekatan maupun lobi lanjutan perlu dilakukan agar berbagai kendala ekspor dapat teratasi terutama terkait pemberlakuan non-tariff measure yang selama ini menjadi hambatan perdagangan.

Saat ini berbagai buah-buahan asal Indonesia juga masih mengalami kesulitan untuk memasuki pasar China, karena baru tercatat lima jenis buah-buahan yang dapat diekspor ke negara tersebut.

Padahal, negara-negara tetangga seperti Thailand mampu mengekspor 20 jenis buah-buahan ke China. Oleh karena itu, upaya memverifikasi buah-buahan yang selama ini belum masuk ke China seperti nanas, buah naga, mangga, durian, alpukat, rambutan, sedang dipercepat.

Selain buah-buahan, ekspor potensial lainnya adalah sarang burung walet, yang saat ini jumlahnya masih sekitar 70 ton, atau hanya setengah dari kuota yang ditetapkan China sebanyak 160 ton.

Jika dibandingkan dengan kapasitas produksi yang mencapai 1.600 ton per tahun, ekspor Indonesia ke negara pengonsumsi sarang burung walet terbesar di dunia itu sangat kecil dan belum memadai.

Tidak hanya minim dari segi jumlah, karena dari sisi nilai tambah, ekspor sarang burung walet juga belum banyak diraih oleh Indonesia, karena ekspor tersebut adalah bahan mentah bukan produk olahan.

Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menambahkan saat ini sarang burung walet Indonesia sudah semakin baik dari segi kualitas dan mutu.

Untuk itu, ia optimistis ekspor sarang burung walet ke China dapat meningkat, terutama setelah pemerintah melakukan lobi untuk menghilangkan hambatan perdagangan dan mengatasi masalah penyelundupan komoditas tersebut.

Dengan upaya peningkatan ekspor, melalui lobi perdagangan ke China, yang merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama Indonesia, maka pemerintah mengharapkan persoalan neraca perdagangan yang masih mengalami defisit dapat teratasi.

Kementerian Perdagangan akan menindaklanjuti laporan pengusaha Indonesia di China yang tergabung dalam Indonesia Chamber of Commerce (Inacham) soal berbagai tantangan ekspor produk asal Indonesia ke negeri tirai bambu.

“Ada beberapa informasi yang harus kita cek lagi, apakah benar ada perlakuan berbeda terhadap Indonesia, padahal kita punya ASEAN Plus Three Free Trade Area (FTA). Kalau ada perbedaan tarif kita cek,” kata Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Iman Pambagyo di Shanghai, China, disalin dari Antara di Jakarta.

Iman menyampaikan masukan dari para pengusaha yang menjalankan bisnisnya di China merupakan hal yang penting. Dengan demikian, pemerintah dapat mengkombinasikan berbagai informasi untuk mengidentifikasi hambatan dan tantangan ekspor ke China, di mana Kemendag akan berhubungan secara government to government (g to g) dengan Pemerintah China.

“Nah ini kombinasi informasi dari pelaku usaha eksportir dan teman-teman di lapangan, kita cek dengan dokumen yang ada. Kalau memang itu menjadi hambatan tersendiri ya kita harus bicara dan follow up segera,” ujar Iman.

Setelah itu, pemerintah baru akan mengambil langkah yang tepat dalam hal mencari solusi dan melerai hambatan-hambatan usaha tersebut. “Jadi tidak bisa langsung kita ajukan ke pemerintah (China). Kita harus cek berlapis dulu. Tidak hanya dalam konteks WTO tp juga ASEAN Plus Three FTA,” pungkas Iman.

Menurut Iman, tantangan utama Indonesia dalam menjalankan bisnis di pasar internasional adalah kepatuhan tata kelola perusahaan. Hal tersebut sangat terkait dengan aturan perdagangan internasional yang ditetapkan World Trade Organisation (WTO). “Jadi, Indonesia dan negara lain juga punya aturan-aturan,” ujar Iman.

BERITA TERKAIT

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…