BPS: Kemiskinan di Sumsel Turun 0,11 Persen

BPS: Kemiskinan di Sumsel Turun 0,11 Persen

NERACA

Palembang - Badan Pusat Statistik (BPS) merilis telah terjadi penurunan angka kemiskinan di Sumatera Selatan (Sumsel) dalam enam bulan terakhir yakni sebesar 0,11 persen (2.660 jiwa) yang diperkirakan karena berhasilnya program kesejahteraan milik pemerintah seperti bantuan sosial hingga bantuan pangan non tunai.

Kepala BPS Sumsel Tri Wahyuningsih mengatakan angka kemiskinan di Sumsel pada Maret 2019 mencapai 1.073.740 jiwa atau sekitar 12,71 persen sedangkan pada bulan September tahun lalu sebesar 12,8 persen atau sebanyak 1.076.400 jiwa.“Hal ini memperlihatkan angka kemiskinan di Sumsel kembali menurun lebih cepat dari targetnya,” kata dia di Palembang, Selasa (16/7).

Berdasarkan daerah tempat tinggal, periode September 2018-Maret 2019 atau dalam enam bulan, angka kemiskinan di daerah perkotaan maupun perdesaan mengalami penurunan masing- masing turun sebesar 0,24 persen atau menurun 2.030 ribu, dan 0,03 persen atau menurun 630 orang.

Namun, jika dibandingkan dalam satu tahun terakhir, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan mengalami kenaikan sebesar 5.980 jiwa sedangkan di pedesaan berkurang sebanyak 490 jiwa.“Harapannya, jumlah dan persentase penduduk miskin diharapkan mengalami penurunan dari tahun ke tahun,” kata dia.

Kemudian dia juga melanjutkan, jika dibandingkan pada periode sepuluh tahunan, yakni 2009-2019, jumlah dan persentase penduduk miskin di Sumsel mengalami fluktuasi.

Pada Maret 2009 – September 2012 jumlah dan persentase penduduk miskin di Sumsel menurun setiap tahunnya, yakni dari 1.167.870 (16,28 persen) pada Maret 2009 menjadi 1.043.620 (13,48 persen) pada September 2012.

Pada Maret 2015-Maret 2018, jumlah dan persentase penduduk miskin di Sumsel mengalami penurunan setiap tahunnya dari 14,25 persen menjadi 12,8 persen. Pada September 2015-September 2017 jumlah dan persentase penduduk miskin di Sumsel konsisten mengalami penurunan.

Angka kemiskinannya pada kisaran angka 13 persen yakni September 2015 sebesar 13,77 persen, Maret 2016 sebesar 13,54 persen dan terus turun sampai Maret 2018 menjadi 12,80 persen. Pada September 2018, angka kemiskinan mengalami kenaikan menjadi 12,82 persen tetapi pada Maret 2019 angka kemiskinan menurun menjadi 12,71 persen.

Adapun, komoditas garis kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan pedesaan, yakni disebabkan oleh beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam, mie instan, gula pasir, roti, kopi bubuk, kopi instan, bawang merah. Komoditas bukan makanan, seperti perumahan, listrik, bensin, pendidikan, perlengkapan mandi dan kesehatan.

Pada September 2018-Maret 2019, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) sama-sama mengalami peningkatan. Ant

 

BERITA TERKAIT

Riset Tetra Pak: Perusahaan Makanan dan Minuman Berkomitmen Meminimalkan Penggunaan Plastik

NERACA Jakarta - Tetra Pak belum lama ini melakukan survei kepada perusahaan makanan dan minuman atas komitmen keberlanjutan yang dilakukan…

Pemkot Bogor Fokus Tangani Sampah dari Sumbernya

NERACA Kota Bogor - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, melalui Satgas Naturalisasi Ciliwung mendampingi warga di wilayahnya fokus menangani…

Beras Medium di Kota Sukabumi Alami Penurunan Harga

NERACA Sukabumi - Harga beras medium di sejumlah kios di Pasar Pelita dan Tipar Gede Kota Sukabumi alami penurunan harga…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Riset Tetra Pak: Perusahaan Makanan dan Minuman Berkomitmen Meminimalkan Penggunaan Plastik

NERACA Jakarta - Tetra Pak belum lama ini melakukan survei kepada perusahaan makanan dan minuman atas komitmen keberlanjutan yang dilakukan…

Pemkot Bogor Fokus Tangani Sampah dari Sumbernya

NERACA Kota Bogor - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, melalui Satgas Naturalisasi Ciliwung mendampingi warga di wilayahnya fokus menangani…

Beras Medium di Kota Sukabumi Alami Penurunan Harga

NERACA Sukabumi - Harga beras medium di sejumlah kios di Pasar Pelita dan Tipar Gede Kota Sukabumi alami penurunan harga…