Pefindo Pangkas Peringkat MAYA Jadi BBB+

NERACA

Jakarta- Mempertimbangkan ketatnya likuiditas antar bank, tidak terkecuali yang dialami PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA), mendorong PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat  MAYA dari idA- menjadi idBBB+. Senada dengan itu peringkat Obligasi Subordinasi V/2018, obligasi subordinasi berkelanjutan I/2017  dan obligasi subordinasi IV/2014 juga dipangkas menjadi idBBB- dari idBBB dan obligasi subordinasi III/2013 menjadi idBBB dari idBBB+.

Dalam siaran persnya di Jakarta, Rabu (10/7)disebutkan, penurunan itu disebabkan penurunan indikasi kualitas aset seperti rasio kredit dalam perhatian khusus yang meningkat ke 67,3% per 31 Maret 2019 dari 32,9% per 31 Desember 2018. Sedangkan rasio  Non performing loan (NPL) dari 5,5% pada akhir tahun 2018 menjadi 5% pada akhir kuartal I 2019. Bahkan, lembaga pemeringkat efek itu dapat saja kembali menurunkan peringkat efek dan perusahaan jika masalah kualitas aset bank tidak dapat ditangani secara cepat dan berkelanjutan. Sehingga prospek negatif tetap disematkan pada MAYA. Adapun peringkat ini berlaku pada 4 Juli 2019 hingga 1 Juli 2020.

Sebelumnya, Direktur Kepatuhan Bank Mayapada Rudy Mulyono perah bilang, pihaknya optimistis kredit di akhir tahun masih bisa naik satu digit. Sementara dana pihak ketiga (DPK) dipatok sedikit lebih rendah dari pertumbuhan kredit. "Kami pasang target kredit konservatif. Harapannya di high single digit," ujarnya. 

Menurutnya, Bank Mayapada masih memiliki ruang untuk mendongkrak kredit di beberapa segmen terutama UMKM, konsumer dan komersial. Pada kuartal I-2019 Bank Mayapada tetap berhasil mencetak kredit sebesar Rp 65,95 triliun atau naik 11,8% secara year on year (yoy). Kendati kredit tumbuh tinggi, laba bersih Bank Mayapada susut 37,4% secara yoy menjadi hanya sebesar Rp 142,78 miliar. Rudy menjelaskan, penyusutan laba tersebut sudah lebih dulu diantisipasi oleh perusahaan.

Sebab, pihaknya memang tengah mempertebal rasio pencadangan guna memenuhi baleid pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) 71 yang akan mulai diterapkan pada 1 Januari 2020 mendatang. "Laba turun itu karena untuk PSAK 71, kami mengalokasikan dana di 2018 sebesar Rp 550 miliar untuk masuk ke CKPN (cadangan kerugian penurunan nilai)," jelasnya. 

Disampaikannya, perseroan masih memiliki dua amunisi penambahan modal yang akan dieksekusi pada kuartal III-2019. Pertama, melalui skema penerbitan saham baru atau rights issue sebesar Rp 2 triliun dan obligasi subordinasi senilai maksimal Rp 1 triliun. Lewat aksi korporasi tersebut, Rudy meramal setidaknya rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) perseroan bisa meningkat ke 20% dari posisi saat ini 14,59%.

Sebagai upaya peningkatan kredit, Bank Mayapada akan mendorong segmen UMKM dengan memanfaatkan 216 jaringan kantor perusahaan. Serta mendorong debitur komersial produktif sebagai kunci pertumbuhan kredit. "Sektornya jelas di perdagangan, dengan ticket size mungkin di kisaran Rp 5 miliar," katanya.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…