Raup Cuan UMKM, Akulaku Inovasi Pinjaman Produktif

Menyadari belum banyak tersentuhnya pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dalam mengakses permodalan untuk pengembangan bisnisnya, lantaran dinilai tidak bankable mendorong para pelaku financial technology (fintech) merebut pasar tersebut dengan memberikan kemudahan memberikan pinjaman modal dengan bunga yang cukup kompetitif. Meskipun hal ini menjadi ancaman bagi industri perbankan, langkah inipun di sambut masyarakat karena membantu ekonomi masyarakat dan juga meningkatkan literasi serta inklusi keuangan.

Saat ini, pertumbuhan finctech di Indonesia berkembang pesat seiring dengan pesatnya pertumbuhan starup dengan ide segar melalui inovasi aplikasi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merilis daftar 106 perusahaan teknologi keuangan (financial technology/fintech) yang terdaftar atau berizin per 5 April 2019. Jumlah tersebut bertambah dari posisi Februari 2019 yang tercatat sebanyak 99 perusahaan.

Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik Anto Prabowo sebelumnya mengimbau agar masyarakat hanya menggunakan layanan fintech yang telah terdaftar di OJK. Meskpun demikian, OJK terus melakukan upaya preventif terhadap fintech ilegal. Selama ini, lanjutnya, OJK terus berkoordinasi dengan Satuan Tugas (Satgas) Waspada Investasi dan Kominfo untuk menghapus fintech ilegal.

Geliat industri fintech dalam negeri, mulai dari layanan P2P (Peer-to-Peer) lending, e-money, layanan utang paymet gateway dan jenis lainnya memacu para pelaku usaha fintech untuk melakukan inovasi digital dalam rangka merebut pasar di Indonesia yang cukup menjanjikan. Berangkat dari sinilah, perusahaan teknologi finansial di bidang pinjam-meminjam (fintech lending) Akulaku berencana merambah sektor produktif, dengan merilis pinjaman untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Fintech lending ini juga bakal meluncurkan produk pembiayaan untuk kendaraan bermotor (car loan). Rencananya, kedua produk pinjaman itu diluncurkan pada akhir tahun ini. “Kami akan gandeng platform lain untuk meluncurkan kedua produk ini,” kata Director of Corporate Affairs and Public Relations Akulaku Indonesia, Anggie Setia Ariningsih.

 

Sektor Produktif

 

Selama ini, Akulaku menyediakan pinjaman bersifat konsumtif (consumer loan) seperti belanja di e-commerce. Namun, Akulaku memandang sektor produktif cukup potensial. Apalagi, ada sekitar 120 ribu pedagang di layanan e-commerce di platform-nya yang juga meminjam. Oleh karena itu, Akulaku ingin meluncurkan produk kredit untuk UMKM termasuk penjual di e-commerce. “Pinjaman yang untuk UMKM bisa sampai Rp 50 juta,” kata dia.

Namun, dirinya belum mau merinci tenor maupun besaran bunga yang ditetapkan untuk pembiayaan UMKM tersebut. Akulaku menargetkan pinjaman yang disalurkan untuk UMKM mencapai 20% dari total pembiayaan. Anggie optimistis target ini bisa tercapai karena jumlah UMKM di Indonesia yang belum mendapat akses pembiayaan cukup besar. Akan tetapi, dia akan mengutamakan pinjaman untuk mitra penjual di platform-nya, karena memiliki rekam jejak peminjam.

Selain itu, Akulaku melihat potensi yang cukup besar di sektor kredit kendaraan bermotor. Namun, Akulaku mewajibkan peminjamnya untuk menjadikan Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) sebagai jaminan pinjaman. “Nilainya lebih besar dari pinjaman UMKM, karena ada jaminan,” katanya.

 Akulaku sudah menyalurkan pinjaman Rp 9,8 triliun hingga akhir tahun lalu. Sejak awal tahun ini, Akulaku mencatat pembiayaan yang disalurkan bisa mencapai Rp 1,5 triliun setiap bulannya. Karena itu, Akulaku optimistis penyaluran pembiayaan bisa tumbuh dua hingga tiga kali lipat dibanding tahun lalu. Jumlah pengguna Akulaku mencapai 20 juta per Kuartal I 2019 atau tumbuh 200 % dibanding periode sama tahun lalu. Namun, Anggie enggan menyebutkan target pengguna tahun ini.

Berambisi menjadi pemain terbesar di industri fintech, Akulaku terus memperbesar likuiditas disamping inovasi layanan. Terlebih, perusahaan belum lama ini memperbesar kepemilikan sahamnya di PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) hingga saat ini mencapai 1,48 juta atau 24,08% saham BBYB. Perusahaan berharap dengan sinergisitas bersama Bank Yudha Bhakti bisa menghadapi persaingan ketat di era digital saat ini.

Kini pengguna Akulaku sudah mencapai 15 juta, dan diklaim menjadi platform peer-to-peer lending terbesar di Asia Tenggara. Tahun lalu, Akulaku telah menyalurkan kredit sebesar Rp 9,8 triliun. Fantastis. Untuk tahun ini, kata Anggie Setia, perusahaan membidik pertumbuhan penyaluran dana mencapai 300% dan peningkatan pengguna hingga 3 kali lipat pada tahun ini dari tahun sebelumnya.”Semua gebrakan dan pengembangan yang telah, sedang dan akan kami lakukan ini adalah bentuk komitmen kami dalam mendukung program pemerintah untuk mewujudkan inklusi keuangan dengan menyediakan layanan keuangan non-tunai kepada semakin banyak orang di Indonesia," kata Anggie.

Setidaknya Akulaku sudah menggandeng 120.000 UMKM di Indonesia, dan tersedia di berbagai merchant offline dan online seperti Bukalapak, Shopee, Blibli, JD.ID, dan beberapa lainnya.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…