Kia Berencana untuk Tutup Satu Pabriknya di Tiongkok

Kia Motors Corp, produsen mobil terbesar kedua Korea Selatan, mengumumkan pada Jumat bahwa perusahaan akan menutup satu dari tiga pabriknya di China pada bulan ini karena penurunan penjualan di pasar mobil top dunia tersebut.

Menurut seorang juru bicara dari Kia, pabrik perakitan di Yancheng, Provinsi Jiangsu, akan digunakan oleh mitra bisnis lokal Kia, Dongfeng Yueda dalam kontrak sewa jangka panjang. Kia berencana memproduksi kendaraan seperti Sportage dan KX7 SUV lokal di pabrik itu sampai akhir bulan ini, dan unit Dongfeng Yueda akan mulai memproduksi kendaraan listrik di sana pada paruh pertama 2021, kata juru bicara yang dikutip dari Kantor Berita Yonhap, disalin dari Antara.

Sekitar 1.000 pekerja di pabrik yang menghasilkan sekitar 140.000 unit per tahun, nantinya akan dipindahkan ke pabrik kedua di Yancheng. Kia juga memiliki pabrik ketiga di wilayah yang sama. Kapasitas gabungan ketiga pabrik adalah 890.000 unit. Pada Mei, penjualan Kia di China anjlok 24 persen menjadi 23.170 kendaraan karena kurangnya model baru dan permintaan yang makin rendah. Tahun ini, Kia bertujuan untuk menjual 430.000 unit di pasar mobil terbesar dunia itu.

Kelompok produsen mobil di Korea Selatan meminta pemerintah mengakhiri program subsidi penjualan mobil listrik asal China, karena dapat mengancam industri otomotif lokal. "Para pembuat mobil Cina, yang mengalami kesulitan di dalam negeri, diperkirakan akan mengalihkan tujuan mereka ke pasar Korea yang berdekatan," kata Ketua Asosiasi Produsen Otomotif Korea Selatan, Jeong Marn-ki, dilansir Reuters.

Korea Selatan merupakan salah satu negara yang menawarkan subsidi tertinggi untuk mobil listrik, kata pejabat industri. Pembuat mobil China termasuk BYD, mendapat hampir 40 persen dari 16,5 juta dolar AS dalam program subsidi itu, menurut data industri.

Sebaliknya, saat mobil listrik China mendapat subsidi di Korea Selatan, namun baterai mobil listrik asal Korea Selatan dianggap tidak memenuhi syarat di China. "China telah menciptakan lapangan permainan yang tidak merata untuk merek asing," kata Jeong. "Hubungan internasional harus didasarkan pada prinsip timbal balik. Jika Beijing menggunakan pisau, kita juga harus menggunakan pisau."

Jeong juga berharap agar Amerika Serikat membebaskan Korea Selatan dari potensi tarif kendaraan impor. Presiden AS Donald Trump mengancam akan menarik tarif 25 persen untuk kendaraan impor dan suku cadang mobil. "Saya optimis tentang keputusan itu. Tetapi siapa yang tahu? Trump tidak dapat diprediksi," kata Jeong.

BERITA TERKAIT

Suzuki Indonesia Resmikan Jimny 3-Door

NERACA Jakarta – Masih tingginya pasar SUV (sport utility vehicle) di Indonesia maka produsen otomotif terus melakukan inovasi dalam memperoduksi mobil…

Daihatsu Tutup Kuartal I 2024 Dengan Kenaikan Penjualan Bulanan 17,1%

NERACA Jakarta – Menutup Kuartal I 2024, Daihatsu kembali catatkan raihan penjualan positif sejalan dengan kenaikan pasar otomotif nasional. Secara…

Hino Ranger Solusi Optimal untuk Pengangkutan Efisien

NERACA Jakarta – Hino Ranger telah lama menjadi pilihan utama dalam industri pengangkutan berat, terkenal karena kinerja andal dan desain…

BERITA LAINNYA DI Otomotif

Suzuki Indonesia Resmikan Jimny 3-Door

NERACA Jakarta – Masih tingginya pasar SUV (sport utility vehicle) di Indonesia maka produsen otomotif terus melakukan inovasi dalam memperoduksi mobil…

Daihatsu Tutup Kuartal I 2024 Dengan Kenaikan Penjualan Bulanan 17,1%

NERACA Jakarta – Menutup Kuartal I 2024, Daihatsu kembali catatkan raihan penjualan positif sejalan dengan kenaikan pasar otomotif nasional. Secara…

Hino Ranger Solusi Optimal untuk Pengangkutan Efisien

NERACA Jakarta – Hino Ranger telah lama menjadi pilihan utama dalam industri pengangkutan berat, terkenal karena kinerja andal dan desain…