Membawa RAPBN 2020 Berlayar Mulus ke Tujuan

Oleh: Sarwani

Sehari sebelum KPU mengumumkan hasil rekapitulasi penghitungan suara nasional Pilpres 2019 pada 22 Mei 2019, pemerintah diwakili oleh menteri keuangan mengajukan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2020 ke DPR.

Menkeu Sri Mulyani Indrawati menyatakan asumi makro yang digunakan sebagai dasar penyusunan RAPBN 2020 telah mempertimbangkan potensi, kesempatan, dan risiko yang terjadi hingga 2020. Tema kebijakan fiskal yang diusung adalah Akselerasi Daya Saing melalui Inovasi dan Penguatan Kualitas SDM. Strateginya adalah ekspansif terarah dan terukur.

Dalam RAPBN 2020, pemerintah menggunakan asumsi makro pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,3 - 5,6 persen, inflasi 2,0 - 4,0 persen, tingkat bunga surat perbendaharaan negara (SPN) 3 bulan 5,0 - 5,6 persen, nilai tukar rupiah Rp14.000 - Rp15.000 per dolar AS.

Asumsi lainnya adalah harga minyak mentah Indonesia 60 - 70 dolar AS per barel, lifting minyak bumi  695.000 - 840.000 barel per hari, dan lifting gas bumi 1.191 - 1.300.000 barel setara minyak per hari. Apakah asumsi yang digunakan ini realistis mengingat gejolak di tingkat global yang sangat dinamis menyangkut perang dagang dan situasi geopolitik yang memanas?

Menkeu menyatakan meskipun momentum pertumbuhan masih dapat dipertahankan di atas 5 persen pada kuartal I 2019, pemerintah harus meningkatkan kewaspadaan terhadap perlambatan faktor eksternal yang tercermin dari pelemahan pertumbuhan ekspor nasional.

Masih menurut Menkeu, rancangan asumsi makro 2020 itu sudah mempertimbangkan faktor eksternal yang tercermin dari pelemahan ekspor. Investasi asing mengalami penurunan karena dihantui defisit neraca perdagangan .

Untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan memulihkan kepercayaan masyakarat domestik dan global dalam berinvestasi, pemerintah akan fokus menjaga pemulihan investasi dan ekspor, dengan tetap menjaga pertumbuhan konsumsi melalui perbaikan daya beli, stabilitas harga, dan perkuatan kepercayaan konsumen.

Pemerintah cukup pede dengan RAPBN 2020. Strategi menjaga pemulihan investasi dan ekspor dinilai dapat memperbaiki kondisi yang ada, namun nyatanya realisasi investasi terutama asing, terus merosot.  Antara target dan realisasi tidak klop, ada apa? 

Di luar itu,tantangan dalam membumikan asumsi yang digunakan dalam RAPBN 2020 juga tidak ringan mengingat pertumbuhan ekonomi global mulai melaju dengan lambat pada tahun ini. Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 dari 3,5 persen menjadi 3,3 persen. World Trade Center turut memprediksi adanya perlambatan volume perdagangan global sebesar 2,6 persen di tahun ini. Padahal, volume perdagangan meningkat sebesar 3 persen pada tahun sebelumnya.

Melihat perkembangan ekonomi global yang tidak pasti tersebut, bagaimanakah bauran kebijakan makro, fiskal, dan moneter yang tepat untuk ekonomi Indonesia pada 2020? Faktor-faktor apa saja yang harus menjadi pertimbangan utama pemerintah dalam membawa RAPBN 2020 sukses mencapai tujuannya? (www.watyutink.com)

BERITA TERKAIT

Rekonsiliasi Antar Pihak Pasca Pemilu Sangat Penting Wujudkan Visi Negara

Oleh: Naomi Leah Christine, Analis Sosial dan Politik     Rekonsiliasi antar pihak pasca pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 menjadi…

Pemerintah Optimis Laju Pertumbuhan Ekonomi RI 2024 Semakin Pesat

  Oleh : Nagita Salwa, Mahasiswa Jurusan Ekonomi dan Bisnis di PTS   Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output…

Pasca Balasan Iran ke Israel, Bagaimana Prediksi Eskalasi Selanjutnya?

    Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP, CEO Narasi Institute   Konflik gaza sejak Oktober 2023 kini berkembang menjadi kekacauan…

BERITA LAINNYA DI Opini

Rekonsiliasi Antar Pihak Pasca Pemilu Sangat Penting Wujudkan Visi Negara

Oleh: Naomi Leah Christine, Analis Sosial dan Politik     Rekonsiliasi antar pihak pasca pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 menjadi…

Pemerintah Optimis Laju Pertumbuhan Ekonomi RI 2024 Semakin Pesat

  Oleh : Nagita Salwa, Mahasiswa Jurusan Ekonomi dan Bisnis di PTS   Pertumbuhan ekonomi sebagai sebuah proses peningkatan output…

Pasca Balasan Iran ke Israel, Bagaimana Prediksi Eskalasi Selanjutnya?

    Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP, CEO Narasi Institute   Konflik gaza sejak Oktober 2023 kini berkembang menjadi kekacauan…