Dulu Rugi, Kini BIPI Untung US$ 8,61 Juta

NERACA

Jakarta - PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) berhasil mengantongi pendapatan US$16,04 juta di kuartal pertama 2019. Realisasi ini meningkat secara signifikan dibandingkan priode yang sama tahun lalu US$ 0,37 sebagai dampak konsolidasi laporan entitas anak, PT Mitratama Perkasa (MP) yang sebelumnya dicatat sebagai entitas ventura bersama.

Perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin juga menyebutkan, laba bersih di kuartal pertama tahun ini tercatat US$ 8,61 juta setelah sebelumnya rugi sebesar US$ 2,75. Dari sisi EBITDA, perseroan memperoleh US$ 41 juta pada kuartal pertama 2019, meningkat bila dibandingkan dengan priode yang sama tahun lalu sebesar US$ 36,2 juta. Sejalan dengan peningkatan pendapatan tersebut, beban pokok pendapatan perseroan meningkat menjadi US$ 2,45 juta dari sebelumnya US$ 0,47 juta.

Meskipun demikian, laba kotor tetap positif sebesar US$ 13,59 juta dari sebelumnya rugi sebesar US$ 0,1 juta. Sebagaimana diketahui, perseroan telah sukses melakukan restrukturisasi pinjaman dan mendapat pinjaman baru sebesar US$ 235 juta di akhir tahun 2018 dengan tingkat bunga lebih rendah dan jangka waktu pengembalian yang lebih panjang.  Asal tahu saja dampak dari restrukturisasi tersebut, beban keuangan menurun pada 1Q 2019 sebesar 30,6% dari US$ 21,99 juta pada 1Q 2018 menjadi US$ 15,27 juta.

Secara keseluruhan, secara konsolidasi dari sisi EBITDA perseroan menargetkan US$ 160 juta di tahun 2019, meningkat dari 2018 yang sebesar US$ 145 juta. Target pendapatan adalah sebesar US$ 212 juta yang meningkat dari tahun sebelumnya sebesar US$ 209 juta. Ray Anthony Gerungan, Direktur Utama BIPI menyatakan bahwa setelah perseroan menerima persetujuan dari pemegang saham pada 16 Mei 2019 untuk menjaminkan aset-asetnya, perseroan akan melakukan usaha percepatan dalam mengembangkan proyek-proyek baru.

Saat ini, lanjutnya, perseroan sedang melakukan studi kelayakan atas sembilan proyek yang diharapkan studi pertamanya selesai pada 3Q 2019. Beberapa proyek awal akan fokus pada perluasan infrastruktur yang ada untuk meningkatkan kapasitas penanganan batubara perusahaan hingga 24 -30 juta ton dalam jangka waktu 3 tahun.

Menurut Ray Anthony, proyek-proyek ini juga akan berdampak pada menurunnya biaya penanganan batubara dan memberikan keunggulan kompetitif di pasar bagi klien perseroan. Saat ini, perseroan sedang mengkaji biaya proyek dengan total perkiraan biaya US$ 2,45 miliar dan potensi pendapatan tahunan lebih dari US$ 1 miliar dengan EBITDA US$ 400 juta.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Peduli Bumi, Acer Indonesia Tanam 1.500 Mangrove

Dalam rangka merayakan hari jadi perjalanan 25 tahun Acer di Indonesia dan juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan pada…

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Peduli Bumi, Acer Indonesia Tanam 1.500 Mangrove

Dalam rangka merayakan hari jadi perjalanan 25 tahun Acer di Indonesia dan juga bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan pada…

Kemana Jasa Marga dan PUPR? - Stasiun Whoosh Karawang Belum Beroperasi

Stasiun Kereta Cepat Whoosh Karawang hingga kini masih belum bisa digunakan sebagai tempat pemberhentian meski sebenarnya sudah rampung. Penyebabnya karena…

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…