BI Tahan Suku Bunga Acuan

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan sebesar enam persen pada rapat dewan gubernur periode 15-16 Mei 2019 di tengah kembali meningkatnya ketidakpastian ekonomi global menyusul semakin memanasnya perang tarif perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China. Sentimen domestik juga menjadi perhatian Bank Sentral karena laju pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2019 hanya sebesar 5,07 persen (yoy) atau di bawah perkiraan sebelumnya, kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis. 

Sebelumnya, Tim Ekonomi Bank Mandiri menyatakan adanya potensi ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI 7-Day Repo Rate, yang saat ini masih dipertahankan pada 6,0 persen, menjadi 5,75 persen, pada 2019. "Kami melihat terdapat ruang bagi BI untuk memangkas BI-7DRRR pada akhir tahun ini sebesar 25 basis poin menjadi 5,75 persen," kata Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro.

Andry menjelaskan terdapat tiga faktor yang dapat menentukan arah pergerakan suku bunga acuan bank sentral hingga akhir tahun yaitu tingkat inflasi, pergerakan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) dan posisi neraca pembayaran. Ia mengatakan saat ini laju inflasi nasional masih stabil dan terjaga pada kisaran 2,83 persen tahun ke tahun (yoy) hingga April 2019.

Sedangkan, hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Maret 2019 juga mengindikasikan The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini. Kebijakan Bank Sentral AS yang lebih dovish tersebut memberikan dampak positif kepada pasar keuangan global dan mendorong masuknya arus modal asing ke negara berkembang termasuk Indonesia.

Kemudian, defisit neraca transaksi berjalan (CAD) yang menyusut pada triwulan I-2019, atau kisaran 2,6 persen terhadap PDB, bisa memberikan dukungan kepada ruang pemotongan suku bunga acuan BI. "Seiring dengan terus membaiknya neraca perdagangan barang, kami memperkirakan CAD akan berkurang menjadi pada kisaran 2,6 persen terhadap PDB pada keseluruhan 2019," kata Andry.

Sementara itu, Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan, arah gerak Fed Fund Rate (FFR) semakin longgar atau dovish di mana The Fed tidak lagi agresif menaikkan FFR. Bahkan ada potensi FFR akan diturunkan 25 bps dalam jangka pendek ini ke level 2,0-2,25% karena inflasi AS yang rendah di bawah 2% atau tepatnya 1,7%. Artinya ekspektasi dan juga sdh ada indikasi perlambatan pertumbuhan ekonomi AS di bawah 3% sesuai perkiraan IMF per April lalu.

"Pilihan The Fed cuma dua, antara menahan FFR di level saat ini yang 2,25%-2,50% atau menurunkan FFR hanya sekali sebesar 25 bps menjadi 2,0%-2,25%. Telah banyak desakan ke Jerome Powell, Chairman The Fed, yang menghendaki FFR turun 25 bps menjadi 2,0%-2,25% hingga akhir tahun 2019 untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi AS menuju 3% dan inflasi 2% lagi," ujarnya.

Selain faktor eksternal, sebenarnya faktor internal juga harus dipertimbangkan. Namun dengan melihat kondisi eksternal sekarang, sebaiknya BI tahan suku bunga acuan tetap 6%. "Saya kira RDG BI hari ini masih akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 6% dengan beberapa pertimbangan dari faktor eksternal dan internal," ujarnya.

Dari faktor internal, BI dan pemerintah memiliki stance atau pandangan yang sama, yakni memprioritaskan stabilitas sambil menjaga momentum pertumbuhan sehingga pilihan paling rasional dan strategis adalah RDG BI tetap menahan suku bunga di level 6%. Juga deposit facility dan lending facility di level yang tetap. "Level bunga acuan yang 6% saat ini sesungguhnya sudah priced in atau factor in di mana level 6% ini sudah mempertimbangkan peluang FFR bertahan di level sekarang ini atau turun 25 bps hingga akhir 2019 ini," tuturnya.

 

 

BERITA TERKAIT

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…