Batam Antisipasi Penularan Cacar Monyet dari Singapura

Pemerintah Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, mengantisipasi penularan virus cacar monyet atau monkeypox, setelah Kementerian Kesehatan Singapura mengumumkan penemuan penderita penyakit tersebut di negaranya. Menyikapi hal ini Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Didi Kusumarjadi, menuturkan akan menyiapkan sebuah alat sebagai langkah antisipasi agar tidak menyebar di Indonesia. "Saya sudah berbincang dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), untuk menyiagakan alat pendeteksi panas tubuh, sebagai langkah antisipasi," kata Didi seperti yang dikutip dari Antara.

Ia menyatakan dengan alat itu, maka suhu tubuh setiap warga negara Indonesia dan asing yang baru memasuki wilayah Batam akan dipindai. Bila diketahui suhunya tinggi, atau melebihi batas normal, maka akan langsung dievakuasi untuk penanganan lebih lanjut.

Dan bila diduga yang bersangkutan positif menderita cacar monyet, maka akan langsung dibawa ke ruang isolasi di RS Badan Pengusahaan Batam atau RS Umum Daerah Embung Fatimah. "Untuk kewaspadaan umum setiap RS yang curiga ada gejala cacar, ambil darah. Di BPLTKS bisa," kata dia.

Tidak hanya itu, bila seorang penumpang kapal dicurigai mengidap cacar Singapura, maka seluruh penumpang kapal harus ikut dikarantina. "Karena penularannya melalui kontak langsung. Masa inkubasi 5-7 hari baru terlihat gejalanya," kata dia.

Gejala cacar monyet sama dengan cacar lainnya, antara lain demam dan gangguan pernafasan. Menurutnya yang membuat penyakit itu berbahaya adalah radang pernafasan."Cacarnya sama, virusnya sama," kata dia.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengingatkan warga Batam untuk menghindari bepergian ke Singapura, agar terhindar dari penularan virus itu. Cacar monyet adalah infeksi virus langka yang sebenarnya tidak dapat menyebar dengan mudah antarmanusia.

Penularan utama dari hewan ke manusia terjadi lewat kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau kulit hewan yang terinfeksi. Memakan daging yang tidak dimasak dengan baik dari hewan yang terinfeksi juga mungkin menjadi salah satu cara penularan.

Sementara, penularan sekunder dari manusia ke manusia dapat terjadi melalui kontak tatap muka dalam waktu yang lama dengan orang yang terinfeksi, lesi kulit atau benda yang terkontaminasi cairan pasien. Saat sudah terinfeksi, cacar monyet ini mengalami masa inkubasi selama 5 hingga 21 hari sampai munculnya gejala.

Pada periode 0-5 hari ditandai dengan muncul demam, sakit kepala hebat, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, dan kurang bertenaga.Virus ini mirip dengan cacar (variola atau smallpox, bukan cacar air) meskipun lebih ringan. Tak ada pengobatan khusus atau vaksin yang tersedia untuk menangkal cacar monyet. Tapi, WHO menyatakan vaksin cacar 85 persen efektif mencegah cacar monyet.

Wabah dan infeksi virus sudah ada sejak lebih dari 12 ribu tahun lalu. Mereka ikut berevolusi seiring perkembangan zaman. Beberapa virus dapat ditangkal dengan kemajuan medis. Namun sebaliknya, sebagian virus seperti Herpes justru bertahan sejak 80 juta tahun lalu dan tetap menjadi virus yang mematikan.

Dikutip dari CNNIndonesia.com, berikut deretan virus paling mematikan di dunia.

1. Virus Dengue (Tingkat Kematian 20-30 persen)

Virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk ini kerap dikenal dengan penyakit demam berdarah. Meski tingkat kematiannya tergolong kecil, jumlah kematian yang disebabkan virus ini sangat tinggi lantaran belum ada vaksin yang bisa menangkal virus ini. Data Kementerian Kesehatan mencatat pada tahun 2015, penderita demam berdarah menyerang 129.179 orang, sebanyak 1.240 diantaranya meninggal dunia. Di dunia sekitar 20 ribu orang setiap tahunnya meninggal dunia dari 50-500 juta yang terinfeksi.

2. Spanish Flu H1N1 (Tingkat Kematian 2,5-50 persen)

Spanish Flu merupakan salah satu virus H1N1 yang pertama kali menyebabkan kematian pada 1918. Ketika itu, virus ini langsung membuuh 50 juta orang, rasio pembunuhan oleh virus tercepat dalam sejarah. Nama Spanish muncul lantaran delapan juta diantaranya terbunuh di Spanyol.

3. Flu Burung (Tingkat Kematian 60 persen)

Virus influenza A tipe H5N1 yang dikenal dengan Flu Burung ini sempat menyerang Indonesia beberapa waktu lalu. Virus ini pertama kali menyerang manusia pada 1997 dan sudah membunuh 60 persen pengindapnya. Virus ini disebarkan oleh unggas ke manusia.

Seperti dilansir dari laporan Listamaze, sebuah penelitian mengungkap virus H5N1 sangat mematikan lantaran dapat memicu protein inflamasi 10 kali lebih banyak dibanding virus flu H1N1. Akibatnya, peradangan protein menyebabkan gangguan pernapasan dan mengancam jiwa. Selain gangguan pernapasa, gejala virus ini dapat berupa muntah, diare dan gejala virus flu pada umumnya.

4. Virus Lujo (Tingkat Kematian 80 persen)

Virus ini mulai mendapatkan nama saat menyerang Lusaka, Zambia dan Johannesburg, Afrika Selatan pada 2008. Nama Lujo diambil dari dua huruf pertama pada dua kota tersebut. Saat itu, empat dari lima orang yang terinfeksi virus ini meninggal dunia. Virus ini diketahui menyebabkan gejala mirip Ebola seperti pendarahan gusi dan hidung.

5. Herpes B (Tingkat Kematian 80 persen)

Herpes diketahui sudah menginfeksi manusia purba sejaka 80 juta tahun yang lalu. Di era modern, virus Herpes B pertama kali ditemukan pada 1932. Dari 31 kasus, 21 diantaranya meninggal dunia. Herpes B mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan gangguan saraf atau kematian jika tidak diobati. Virus ini sebenarnya jarang terjadi pada manusia. Akan tetapi Herpes B mudah ditularkan melalui monyet atau gigitan hewan.

6. Virus Marburg (Tingkat Kematian 23-90 persen)

Marburg tergolong virus yang sangat berbahaya. Virus ini pertama kali di temukan di Jerman pada 1967. Para penyintas dari penyakit demam berdarah Marburg ini mengalami masalah penglihatan, gangguan pendengaran, kelemahan otot, hepatitis dan lainnya.

7. HIV (Tingkat Kematian 80-90 persen)

Virus berbahaya ini diketahui telah membunuh jutaan orang setiap tahunnya. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan AIDS. Virus ini ditularkan melalui kontak fisik, cairan tubuh, dan pada anak yang dikandung.

8. Ebola (Tingkat Kematian 90 persen)

Virus ini pertama kali ditemukan di dekat sungai Ebola di Zaire pada 1976. Gejala awal virus ini mirip dengan virus influenza pada umumnya seperti sakit tenggorokan, demam, nyeri otot, dan sakit kepala. Tahap selanjutnya dapat berupa muntah, diare, darah dalam tinja, ruam, dan gangguan ginjal serta hati.

9. Cacar (Tingkat Kematian 95 persen)

Cacar diketahui sudah ada sejak 11 ribu tahun lalu di pertanian di India. Virus yang juga dikenal dengan Smallpox ini merupakan virus paling mematikan di dunia yang telah membunuh paling banyak manusia dibanding virus lain dalam sejarah.

10. Rabies (Tingkat Kematian 100 persen)

Virus yang tergolong neurotropika ini ditularkan lewat air liur hewan kepada manusa. Virus ini bakal bekerja 100 persen saat gejalanya mulai berkembang. Oleh karena itu, jika gejala muncul angka kematian hampir selalu 100 persen. Akibat dari virus ini tergolong fatal karena langsung menyerang otak dan sistem saraf manusia. Pada 2010, virus rabies membunuh 78 orang di Bali.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…