Genjot Kapasitas Produksi - Mulia Industrindo Siapkan Investasi Rp 34 Juta

NERACA

Jakarta - Tambah kapasitas produksi untuk produk botol kemasan dan glass block, emiten produsen kaca lembaran PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) siapkan dana investasi sebesar US$ 34 juta di kuartal dua tahun ini. “Perseroan akan menambah 3 line mesin untuk produksi botol kemasan dengan kapasitas 140 ton per hari dan glass block dengan kapasitas 75 ton per hari. Dengan demikian, perseroan bakal memiliki kapasitas produksi baru sebesar 215 ton per hari atau 78.475 ton per tahun,”kata Direktur PT Mulia Industrindo Tbk, Henry Bun di Jakarta, kemarin.

Disampaikannya, penambahan kapasitas di kedua segmen tersebut dilakukan seiring dengan industri makanan yang terus bertumbuh. Saat ini perseroan memiliki kapasitas terpasang untuk segmen kaca lembaran sebesar 620.500 ton per tahun, botol kemasan sebesar 160.000 ton per tahun, glass block sebesar 67.500 ton per tahun, dan kaca lembaran untuk otomotif sebesar 120.000 ton per tahun. 

Dia mengatakan, penambahan kapasitas akan dilakukan mulai semester II/2019 dan diharapkan dapat beroperasi pada semester II/2020. Emiten dengan kode saham MLIA ini mengalokasikan investasi untuk penambahan kapasitas ini sebesar US$34 juta yang berasal dari kas internal dan pinjaman bank. "Jika tidak ada halangan dan politik berjalan baik, ini akan dilakukan di semester II tahun ini setelah Lebaran, dengan kapasitas 215 ton per hari dan investasi US$34 juta," ujarnya.

Henry menambahkan, penambahan kapasitas baru ini baru dirasakan dampaknya pada semester dua tahun depan. Adapun, pada tahun ini, perseroan menargetkan produksi kaca lembaran sebesar 550.000 ton, botol kemasan 200.000 ton, glassblock sebesar 65.000 ton. Pada 2019, perseroan menargetkan dapat membukukan penjualan dan laba bersih sepanjang tahun ini masing-masing sebesar Rp4,1 triliun dan Rp225 miliar.

Dalam rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST), perseroan memutuskan untuk tidak membagikan dividen karena perseroan masih mencatatkan laba ditahan negatif."Kami mengikuti peraturan yang ada, selama retained earnings negatif tidak bisa dibagi dividen,"kata Henry Bun.

Pada 2018, perseroan membukukan laba bersih sebesar Rp189,08 miliar, tumbuh 297,81% dibandingkan dengan laba bersih tahun sebelumnya sebesar Rp47,53 miliar. Adapun, laba bersih sepanjang tahun lalu ditetapkan sebagai laba ditahan untuk modal kerja perseroan. Lebih lanjut, perseroan optimistis dapat membukukan penjualan dan laba bersih sepanjang tahun ini masing-masing sebesar Rp4,1 triliun dan Rp225 miliar. Hingga kuartal I/2019, perseroan membukukan penjualan bersih sebesar Rp1,01 triliun atau turun 40,52% secara tahunan. Adapun, laba bersih sebesar Rp55,33 miliar atau turun 23,69% secara tahunan.

BERITA TERKAIT

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…

Hasil Keputusan MK Hambat Penguatan IHSG

NERACA Jakarta -Hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan sengketa yang dilayangkan pasangan calon (paslon) capres dan cawapres No.1 dan…

BRIS Bakal Lepas Saham Ke Investor Strategis

NERACA Jakarta – Guna perkuat likuiditas, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI bakal menggelar aksi korporasi berupa melepas…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

PGEO Beri Kesempatan Setara Bagi Perempuan

Dalam rangka memperingati hari Kartini dan mendukung kesetaraan perempuan, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga memberikan kesempatan yang luas…

Hasil Keputusan MK Hambat Penguatan IHSG

NERACA Jakarta -Hasil keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan sengketa yang dilayangkan pasangan calon (paslon) capres dan cawapres No.1 dan…

BRIS Bakal Lepas Saham Ke Investor Strategis

NERACA Jakarta – Guna perkuat likuiditas, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) atau BSI bakal menggelar aksi korporasi berupa melepas…