Nilai Aset Menurun - Elang Mahkota Catatkan Rugi Rp 2,62 Triliun

NERACA

Jakarta – Geliat ekspansi bisnis PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (Emtek) belum mampu mendongkrak pencapaian kinerja keuangan perseroan sepanjang tahun 2018. Pasalnya, perusahaan pemilik stasiun televisi SCTV dan Indonesia mengalami kerugian hingga Rp2,62 triliun. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Disebutkan, pendapatan Emtek naik 18% menjadi Rp8,95 triliun di tahun 2018 ini. Sayangnya, peningkatan pendapatan itu juga diikuti dengan peningkatan beban pokok sebesar 28,8% menjadi Rp6,12 triliun. Diakui oleh Corporate Secretary Emtek, Titi Maria Rusli, penurunan kinerja Emtek di tahun 2018 lalu dipengaruhi oleh adanya penurunan nilai aset tidak berwujud (goodwill) cucu perusahaannya, yaitu Creative Media Works (CMW).”Penurunan nilai goodwill dalam akun CMW telah memberikan kontribusi kerugian dalam laporan keuangan audited Emtek per tanggal 31/12/2018,” jelasnya.

Maka atas kejadian tersebut, CMW dan Emtek kemudian mengambil langkah penyelematan dengan memangkas biaya operasional perusahaan melalui penutupan tiga kantor CMW yang berlokasi di Kanada, Dubai, dan Singapura. Keterpurukan Emtek tidak berhenti di sana saja. Sebab, pada perdagangan bursa hari ini, Emtek harus rela ditinggal pergi oleh investornya. Dibuka hijau dengan harga Rp8.175 per saham, investor ramai-ramai pergi dengan mengambil keuntungan sebesar Rp82,40 juta.

Alhasil, saham Emtek yang sudah diperdagangkan sebanyak 10,90 ribu saham kini terkoreksi cukup dalam sebesar 175 poin atau minus 2,14% ke level Rp8.000 per saham. Sebagai informasi, sepanjang tahun lalu, Emtek agresif melakukan ekspansi bisnis, terutama pada lini bisnis digital.

Ekspansi tersebut ditempuh baik melalui bisnis yang sudah ada (organik), maupun peluang dari akuisisi perusahaan lain. Wakil Direktur Utama Elang Mahkota Teknologi, Sutanto Hartono pernah bilang, perseroan cukup agresif berinvestasi pada lini digital sejak tahun lalu. Pertumbuhan bisnis digital EMTK pun cukup besar, mencapai tiga digit setiap tahunnya.

Sutanto mengungkapkan bahwa perseroan memiliki visi jangka panjang untuk beberapa bisnis digital, misalnya peluang untuk memperbesar kepemilikan saham pada Kapan Lagi Network atau yang pascaakuisisi berganti nama menjadi Kapan Lagi Youniverse (KLY). Selain itu, perseroan juga mencatat jumlah transaksi e-commerce yang sebagian besar sahamnya juga dikuasai perseroan yaitu Bukalapak.

Hingga akhir tahun 2018, perseroan menargetkan 1 juta transaksi per hari pada situs belanja daring tersebut.”Pendapatan dari lini bisnis digital memang masih kecil, karena kue iklan dari televisi sangat dominan mencapai 60% [pada pendapatan perseroan]. Kami juga serius mengembangkan aplikasi BBM dengan fitur-fitur baru,” ungkap Sutanto.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…