Ekspor Karet Alam Indonesia Sampai Juli Dicatat 941.791 Ton

NERACA

Jakarta – Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan, Kasan Muhri menyebutkan alokasi ekspor komoditas karet Indonesia untuk periode 1 April 2019 sampai 31 Juli 2019 sebesar 941.791 ton.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perdagangan sepakat untuk mengurangi ekspor karet alam sebesar 98.160 ton mulai 1 April 2019 selama empat bulan ke depan sebagai upaya untuk memperbaiki tren harga karet alam dunia yang masih berada di tingkat rendah.

"Indonesia sepakat memenuhi komitmen dengan mengurangi ekspor karet 98.160 ton selama empat bulan. Perangkat yang memastikan bahwa Indonesia akan 'comply' dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Perdagangan," kata Kasan dalam konferensi pers di Kementerian Perdagangan Jakarta, disalin dari Antara.

Kasan menyebutkan kebijakan penurunan volume ekspor Indonesia ini diatur dalam Keputusan Menteri Perdagangan (Kepmendag) Nomor 779 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Agreed Export Tonnage Scheme ke-6 untuk Komoditi Karet Alam.

Dalam Kepmendag, dengan pengurangan ekspor karet sebesar 98.160 ton, jumlah komoditas karet alam yang dapat diekspor sampai empat bulan atau 31 Juli 2019 sebesar 941.791 ton. Rinciannya adalah untuk bulan April sebesar 256.863 ton, bulan Mei sebesar 245.015 ton, bulan Juni sebesar 173.880 ton dan Juli 2019 sebesar 266.033 ton.

Ada pun pengurangan ekspor karet melalui skema kebijakan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) ke-6 ini merupakan hasil keputusan dari pertemuan International Tripartite Rubber Council (ITRC) yang diinisiasi tiga negara produsen karet, yakni Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

Selain Indonesia, Malaysia juga akan mengurangi ekspor karet alam sebesar 15.600 ton. Selama empat bulan ke depan, ekspor karet Malaysia sebesar 357.535 ton, dengan rincian pada April sebesar 92.527 ton, Mei sebanyak 92.125 ton, Juni sebanyak 84.718 ton, dan Juli sebanyak 88.165 ton.

Sementara itu, Thailand mengurangi ekspor karet sebesar 126.240 ton, namun baru efektif berlaku mulai 20 Mei sampai 19 September 2019, mengingat Negara Gajah Putih tersebut memerlukan waktu setelah keputusan akhir pemilihan umum.

Jumlah ekspor karet alam Thailand setelah pembatasan adalah sebesar 1.388.137 ton. Pada bulan pertama, Thailand akan mengekspor sebanyak 417.788 ton, kemudian bulan Juni sebanyak 343.311 ton. Lalu, bulan Juli sebanyak 312.256 ton dan terakhir pada bulan Agustus sebanyak 313.256 ton.

Seperti diketahui, dalam kebijakan AETS ke-6 ini, disepakati pengurangan volume ekspor karet alam sebesar 240.000 ton selama empat bulan dari ketiga negara sesuai dengan porsi ekspor masing-masing negara. Kesepakatan ini sesuai hasil pertemuan khusus pejabat senior International Tripartite Rubber Council (ITRC) pada 4-5 Maret 2019 di Bangkok, Thailand.

Sementara itu, Pengurangan ekspor karet sudah diberlakukan mulai 1 April 2019 dan Sumut di April hanya dibolehkan mengekspor maksimal 39.938 ton. "Perusahaan anggota Gapkindo (Gabungan Perusahaan Karet Indonesia) Sumut akan menjalaninya, walau bisnis semakin berat dirasakan,"" ujar Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah di Medan.

Penugasan pengurangan ekspor karet tertuang dalam Keputusan Menteri Perdagangan No 779 Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Agreed Export Tonnage Scheme ke-6 untuk komoditi karet alam. Ekspor karet alam yang dibatasi adalah jenis RSS (HS 400121), TSR/SIR (HS 400122), Mixture Rubber (HS 400280) dan Compound Rubber (400510, 400520, 400591, 400599)

Periode pelaksanaan pengurangan ekspor adalah 1 April hingga 31 Juli 2019. "Ekspor karet Sumut yang diperbolehkan di April sebesar 39.938 ton itu merupakan bagian dari volume ekspor secara nasional yang diperbolehkan sebanyak 98.160 tonl," katanya. Setelah April sebesar 39.938 ton, maka di Mei 37.460 ton, Juni 25.850 ton dan Jul 35.883,5 ton. "Secara nasional, total volume pengurangan ekapor karet sebanyak 98.160 ton," ujar Edy.

Menurut Edy, dalam surat Keputusan Menteri Perdagangan, pada DIKTUM ke-8 disebutkan bahwa pelanggaran terhadap pelaksanaan pembatasan ekspor melaui skema Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) dikenakan sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan. "Pelaksanaan AETS adalah pil pahit bagi pabrik crumb rubber.Tetapi yah harus dijalankan," katanya.

Menurut Edy, pengurangan ekspor itu menimbulkan dua hal negatif bagi perusahaan. Pertama berkurangnya profit atau keuntungan karena volume penjualan berkurang. Kemudian kerugian yang kedua adalah beban keuangan perusahaan yang semakin berat.

Kondisi itu mengacu pada selama periode pembatasan, pembelian tetap normal seperti biasa karena khawatir tidak dapat barang dari petani/pedagang pengumpul atau agar pabrik bisa beroperasi normal. "Harapannya harga ekspor bisa naik pascaAETS yang disepakati negara produsen.Harga karet TSR 20 di bursa 30 Maret 2019 masih 1,43 dolar AS per kg," ujarnya.

BERITA TERKAIT

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Pelaku Transhipment Dari Kapal Asing Ditangkap - CEGAH ILLEGAL FISHING

NERACA Tual – Kapal Pengawas Orca 06 milik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil mengamankan Kapal Pengangkut Ikan asal Indonesia yang…

Puluhan Ton Tuna Loin Beku Rutin Di Ekspor ke Vietnam

NERACA Morotai – Karantina Maluku Utara kembali memfasilitasi ekspor tuna loin beku sebanyak 25 ton tujuan Vietnam melalui Satuan Pelayanan…

Libur Lebaran Dorong Industri Parekraf dan UMKM

NERACA Jakarta – Tingginya pergerakan masyarakat saat momen mudik dan libur lebaran tahun ini memberikan dampak yang besar terhadap industri…