Koperasi di Solok Butuh Kucuran Dana Bergulir

Koperasi di Solok Butuh Kucuran Dana Bergulir

NERACA

Bukittinggi - Bagi koperasi, perkuatan permodalan merupakan energi baru dalam pengembangan usahanya, dan usaha para anggotanya. Salah satu perkuatan permodalan yang sudah banyak dinikmati kalangan koperasi di Indonesia adalah dana bergulir dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) KUMKM. Sudah banyak contoh dimana koperasi bisa berkembang pesat karena mendapat kucuran dana bergulir.

Koperasi Unit Desa (KUD) Koto Baru asal Kabupaten Solok, Sumbar, misalnya. Berkat kucuran dana bergulir sebesar Rp100 juta pada 2001, kini KUD yang didirikan pada 1973 itu sudah memiliki aset tanah seluas 3000 meter yang diperuntukkan bagi usaha penggilingan padi. Di lokasi itu pula berdiri sebuah gudang beras dan lantai untuk menjemur gabah hasil dari para anggotanya. Bila dihitung total seluruh asetnya bernilai tak kurang dari Rp3 miliar.

"Dana bergulir sebesar itu dialokasikan untuk permodalan 100 orang petani anggota KUD yang masing-masing mendapat Rp1 juta", ungkap Ketua KUD Koto Baru Djasril Fachruddin kepada wartawan di sela-sela acara Rapat Koordinasi Pengalihan Dana Bergulir LPDB KUMKM di Kota Bukittinggi, Kamis (28/3).

Djasril mengakui, meski pinjaman kepada anggota tersebut ada yang mengalami macet, namun pada 2010 KUD Koto Baru berhasil melunasinya."Awalnya, dana bergulir itu merupakan hibah dari pemerintah pusat. Namun, kemudian berubah menjadi kredit yang harus dikembalikan", tukas Djasril.

Dalam perkembangannya, lanjut Djasril, KUD Koto Baru merambah sektor usaha lain, seperti membuka layanan pembayaran listrik, air, dan sebagainya. Selain itu, dengan jumlah anggota sebanyak 1600 orang, KUD Koto Baru berencana menggeluti usaha peternakan sapi, termasuk usaha pakan ternak sapi."Anggota kami memang rata-rata petani dan peternak. Kami mengucurkan kredit bagi permodalan mereka", kata Djasril.

Untuk itu, Djasril menekankan bahwa koperasinya amat membutuhkan kucuran modal dana bergulir dari LPDB KUMKM."Kami sudah mengajukan proposal pinjaman sebesar Rp900 juta untuk unit usaha simpan pinjam KUD. Sekarang sedang proses pemenuhan dokumen-dokumen sebagai persyaratan mendapatkan dana bergulir", imbuh Djasril.

Djasril menambahkan, KUD Koto Baru meski belum terbilang besar namun berkualitas. Terbukti dengan rutin setiap aeal tahun melaksanakan RAT. Bahkan, sejak 2006, RAT dilakukan dengan metode IT, tidak lagi secara konvensional. Lebih dari itu, dengan jumlah karyawan tujuh orang, KUD Koto Baru telah mampu melakukan kaderisasi SDM dengan mencetak tiga orang sarjana."Selain pernah mendapat bantuan pelatihan dari dinas koperasi kabupaten dan provinsi, kami juga berharap mendapat perkuatan permodalan dari LPDB KUMKM", papar Djasril.

Selain KUD Koto Baru, Koperasi Serba Usaha (KSU) ED Tabek yang berlokasi di Desa Tabek, Kabupaten Solok, Sumbar, juga pernah merasakan nikmatnya dana brrgulir."Kami dua kali mendapat dana bergulir, yaitu pada 2003 sebesar Rp100 juta dan pada 2004 sebesar Rp40 juta. Dan pada 2013 sudah kita lunasi. Saat ini, kita sudah memiliki aset senilai Rp4,7 miliar", ungkap Ketua KSU ED Tabek Yenimra. 

Yenimra menjelaskan, KSU ED Tabek yang berdiri pada tahun 2000 itu bergerak di sektor usaha penggemukan sapi, produksi gula tebu, hingga menyewakan alat-alat untuk perkawinan."Anggota koperasi rata-rata berprofesi sebagai peternak sapi dan petani tebu yang jumlahnya sekitar 692 orang. Sesuai namanya ED yang artinya ekonomi desa di wilayah Tabek", papar Yenimra.

Tugas KSU ED Tabek selain menampung hasil produk anggota juga memasarkannya ke seluruh wilayah Solok hingga Jambi."Produknya adalah olahan dari tebu seperti gula kotak dengan merek Taba. Ke depan, kita akan mengembangkan ke produk gula halus", kata Yenimra.

Yenimra mengakui, KSU ED Tabek memang memiliki satu unit mesin (pabrik) pembuatan gula. Namun, ada puluhan pabrik lainnya yang dimiliki masing-masing anggota koperasi."Kita memiliki 500 hektar lahan kebun tebu yang dikelola para anggota koperasi. Dari jumlah itu, kita baru mampu memproduksi gula sebanyak 300 kilogram perhari", ucap Yenimra.

Sementara untuk usaha penggemukan sapi, sejak 2010, KSU ED Tabek bekerjasama dengan Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang dalam pengadaan alat pengolahan pakan ternak sapi dan sarana pendukung lainnya."Produk pakan ternak berasal dari limbah pohon tebu dan pabrik gula milik anggota juga", kata Yenimra.

Untuk pengembangan usaha, Yenimra mengakui pihaknya membutuhkan perkuatan permodalan dari LPDB KUMKM."Tahun ini kami mengajukan proposal dana bergulir sebesar Rp1 miliar. Dana tersebut akan kami alokasikan bagi permodalan anggota KSU ED Tabek. Mudah-mudahan bisa cair dalam waktu dekat", pungkas Yenimra. Mohar/Rin

 

 

 

BERITA TERKAIT

Riset Tetra Pak: Perusahaan Makanan dan Minuman Berkomitmen Meminimalkan Penggunaan Plastik

NERACA Jakarta - Tetra Pak belum lama ini melakukan survei kepada perusahaan makanan dan minuman atas komitmen keberlanjutan yang dilakukan…

Pemkot Bogor Fokus Tangani Sampah dari Sumbernya

NERACA Kota Bogor - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, melalui Satgas Naturalisasi Ciliwung mendampingi warga di wilayahnya fokus menangani…

Beras Medium di Kota Sukabumi Alami Penurunan Harga

NERACA Sukabumi - Harga beras medium di sejumlah kios di Pasar Pelita dan Tipar Gede Kota Sukabumi alami penurunan harga…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Riset Tetra Pak: Perusahaan Makanan dan Minuman Berkomitmen Meminimalkan Penggunaan Plastik

NERACA Jakarta - Tetra Pak belum lama ini melakukan survei kepada perusahaan makanan dan minuman atas komitmen keberlanjutan yang dilakukan…

Pemkot Bogor Fokus Tangani Sampah dari Sumbernya

NERACA Kota Bogor - Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Jawa Barat, melalui Satgas Naturalisasi Ciliwung mendampingi warga di wilayahnya fokus menangani…

Beras Medium di Kota Sukabumi Alami Penurunan Harga

NERACA Sukabumi - Harga beras medium di sejumlah kios di Pasar Pelita dan Tipar Gede Kota Sukabumi alami penurunan harga…