Ekspor Impor Lesu, Ekonomi Pilu

Oleh: Sarwani

Neraca perdagangan mengalami surplus pada Februari 2019, setelah 4 bulan sebelumnya mengalami defisit. Namun berita tersebut tidak membuat pemerintah senang. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pemerintah tetap waspada.

Pasalnya, baik impor maupun ekspor mengalami penurunan secara  bulanan maupun tahunan. Badan Pusat Statistik merilis neraca perdagangan Februari 2019 mengalami surplus 330 juta dolar AS karena impor yang turun tajam. Nilai ekspor tercatat 12,53 miliar dolar AS atau turun 10,03 persen jika dibandingkan Januari 2019.

Di sisi impor, nilainya malah turun tajam sebesar 18,61 persen dibandingkan dengan Januari 2019 dan turun 14,02 persen secara tahunan. Impor migas dan nonmigas berbarengan turun masing-masing 6,6 persen dan 20,1 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Impor yang mengalami penurunan paling banyak adalah mesin dan peralatan listrik, bahan kimia organik, benda-benda besi dan baja, serta kendaraan dan bagiannya.

Secara kumulatif neraca perdagangan dalam dua bulan pertama  2019 masih mencatatkan defisit 734 juta dolar AS. Penyebabnya, defisit perdagangan migas yang mencapai 886 juta dolar AS, melebihi surplus neraca perdagangan nonmigas yang hanya 152 juta dolar AS. Karena itu, surplus perdagangan pada Februari belum dapat memperbaiki neraca perdagangan.

Strategi yang disiapkan pemerintahh adalah dengan meningkatkan ekspor produk berdaya saing dan bernilai tambah tinggi untuk meraih target ekspor nonmigas pada tahun ini dan melampaui surplus neraca perdagangan nonmigas tahun lalu yang mencapai 3,84 miliar dolar AS.

Faktor-faktor yang menyebabkan surplus pada neraca perdagangan Februari akan dilihat apakah karena faktor musiman atau lebih jauh lagi karena masalah fundamental ekonomi  Indonesia sebagai dampak dari pelemahan ekonomi dunia.

Di samping itu, pemerintah juga akan mencermati dampak dari penurunan impor, apakah ada penggantian oleh substitusi impor, sehingga kebutuhan bahan baku barang modal masih didatangkan dari luar. Jika tidak ada substitusi impor, hal itu menandakan sektor-sektor produksi yang membutuhkan bahan baku dan barang modal akan mengalami dampak dari penurunan impor.

Di sisi lain, Indonesia diperkirakan masih akan menghadapi tantangan dalam meningkatkan ekspor, seperti melambatnya pertumbuhan ekonomi global yang dipicu oleh perang dagang China dan Amerika Serikat dan fluktuasi harga komoditas mentah.

Pemerintah tampaknya menyadari ada sesuatu yang perlu dibenahi terkait kebijakan ekspor dan impor yang cenderung menurun belakangan ini.  Apa muara sebenarnya dari semua masalah ekspor impor ini? Apakah hanya masalah sederhana seperti harmonisasi sistem dalam pencatatan impor?

Jika masalahnya fundamental, apa saja yang perlu dibenahi oleh pemerintah? Apakah daya saing Indonesia sudah sedemikian terpuruk sehingga ekspor menurun? Demikian juga dengan impor yang semakin mengecil, apakah menandakan perekonomian dalam negeri melambat? (www.watyutink.com)

BERITA TERKAIT

Jaga Persatuan dan Kesatuan, Masyarakat Harus Terima Putusan MK

    Oleh : Ridwan Putra Khalan, Pemerhati Sosial dan Budaya   Seluruh masyarakat harus menerima putusan Mahkamah Konstitusi (MK)…

Cendekiawan Sepakat dan Dukung Putusan MK Pemilu 2024 Sah

    Oleh: David Kiva Prambudi, Sosiolog di PTS   Cendekiawan mendukung penuh putusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada sidang sengketa…

Dampak Kebijakan konomi Politik di Saat Perang Iran"Israel

  Pengantar Sebuah diskusi webinar membahas kebijakan ekonomi politik di tengah konflik Irang-Israel, yang merupakan kerjasama Indef dan Universitas Paramadina…

BERITA LAINNYA DI Opini

Jaga Persatuan dan Kesatuan, Masyarakat Harus Terima Putusan MK

    Oleh : Ridwan Putra Khalan, Pemerhati Sosial dan Budaya   Seluruh masyarakat harus menerima putusan Mahkamah Konstitusi (MK)…

Cendekiawan Sepakat dan Dukung Putusan MK Pemilu 2024 Sah

    Oleh: David Kiva Prambudi, Sosiolog di PTS   Cendekiawan mendukung penuh putusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada sidang sengketa…

Dampak Kebijakan konomi Politik di Saat Perang Iran"Israel

  Pengantar Sebuah diskusi webinar membahas kebijakan ekonomi politik di tengah konflik Irang-Israel, yang merupakan kerjasama Indef dan Universitas Paramadina…