NERACA
Jakarta - Imperva Inc, perusahaan cybersecurity mengumumkan hadirnya DDoS Scrubbing Center pertama di Indonesia. Menurut Wakil Presiden Regional APJ Imperva, Chris Wood, hadirnya scrubbing center ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk memberikan total perlindungan dari meningkatnya ancaman DDoS khususnya bagi pelaku bisnis di sektor perbankan, finansial, e-commrce dan pemerintah.
“Teknik serangan DdoS kini terus berkembang dan semakin canggih. Tapi di Imperva, kami memiliki teknologi yang lebih canggih dengan menyediakan ruang dan kapasitas besar untuk menangani serangan yang lebih hebat dan akan terjadi. Pendekatan unik kami yaitu melalui adanya Point of Presence (PoPs) yang strategis, salah satunya dengan membangun scrubbing center di Jakarta dan investasi ini akan memberikan solusi terbaik dan perlindungan keamanan penuh bagi pelanggan di Indonesia,” kata Chris di Jakarta, Kamis (21/3).
Komitmen Imperva membangun scrubbing center di Indonesia tentunya sejalan dengan Peraturan Pemerintah Indonesia No 82 tahun 2012 yang salah satu pasalnya mewajibkan para penyelenggara sistem elektronik untuk menempatkan pusat datanya di Indonesia. Ini merupakan scrubbing center ke 44 yang dimiliki Imperva di dunia. Kehadiran Imperva scrubbing center di Indonesia bakal membantu Blue Power Technology (BPT) sebagai anak perusahaan CTI Group dalam mengimplementasikan solusi Imperva untuk para pelanggan di Indonesia.
Ia menjelaskan dengan hadirnya Imperva scrubbing center di Indonesia akan memudahkan dan mempercepat dalam memfilter trafik DdoS dan hanya mengirim trafik yang bersih ke web server pelanggan. Dengan adanya scrubbing center ini para pelanggan tidak perlu mempunyai bandwidth internet yang besar dan juga tidak tergantung dengan ISP yang digunakan.
Direktur Blue Power Technologt Erwin Urip mengatakan saat ini pelaku bisnis dihadapkan pada tantangan untuk mengatasi ancaman kejahatan siber yang semakin meningkat, salah satunya dengan serangan DdoS yang sangat kuat dan bahkan mencapai kecepatan tertinggi 1.7 Tbs pada awal tahun lalu. “Serangan DdoS ini juga bisa menyebabkan kerugian sebesar US$40 ribu per jam nya jika terjadi. Indonesia pun tak luput dari target serangan DdoS. Maka dari itu, kami akan menjadi garda terdepan dalam mengimplementasikan solusi Imperva sekaligus mengelola service scrubbing center mereka,” pungkasnya.
NERACA Jakarta – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyebut program Makan Bergizi Gratis membutuhkan 30 ribu ahli…
NERACA Jakarta – Institute for Essential Services Reform (IESR) menilai Pemerintah Indonesia sangat memungkinkan untuk menyediakan listrik bersih…
NERACA Jakarta – Tren pertumbuhan industri jasa konstruksi di Indonesia menunjukkan hasil positif. Hingga semester pertama 2024, nilai bisnis…
NERACA Jakarta – PT Lima Dua Lima Tiga Tbk (IDX: LUCY) mengumumkan Junior John Rorimpandey atau dikenal dengan Chef…
NERACA Malang - DPRD Kabupaten Pasuruan apresiasi dukungan Kementerian Pertanian RI khususnya Polbangtan Malang, mendukung pengembangan petani muda Pasuruan di…
Pekerja Migran Bawa Devisa Rp227 Triliun Per Tahun NERACA Jakarta - Pekerja migran Indonesia menghasilkan devisa sekitar Rp227 triliun per…