Gejolak Ekonomi Dunia Penyebab Harga Karet Menurun

NERACA

Banyuasin, Sumsel-Presiden Jokowi saat menemui ribuan petani karet di Kecamatan Sembawang, Banyuasin, Sumsel, mengatakan gejolak perekonomian dunia merupakan biang keladi jatuhnya harga komoditas karet dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut Jokowi, kondisi perekonomian dunia yang bergejolak membuat pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara ikut terguncang. Permintaan akan sejumlah komoditas pun menurun, termasuk yang berbahan mentah dan kerap diekspor oleh Indonesia. "Misalnya kelapa sawit, itu otomatis harganya turun. Batu bara juga, termasuk karet juga sama. Jadi problemnya karena ekonomi dunia belum normal," ujarnya, Sabtu (9/3).  

Permintaan yang menurun tersebut rupanya berbanding terbalik dengan produksi yang justru meningkat. Hal itu menimbulkan kelebihan pasokan yang selanjutnya membuat harga karet menurun cukup signifikan di pasar internasional.

Kendati begitu, Presiden meyakinkan masyarakat bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam dengan penurunan harga karet. Beberapa jalan keluar menurut pemerintah adalah mengendalikan produksi, menyerap produksi petani yang berlebih, hingga berkoordinasi dengan negara sesama produsen karet. "Makanya dulu harga karet sempat Rp5.000-6.000 per kg. Tapi sekarang setidaknya sudah Rp8.900-9.000 per kg," ujar Jokowi.  

Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan harga karet yang jatuh di pasar internasional memang mempengaruhi perekonomian provinsi tersebut. Sebab, sekitar 1,3 juta ha lahan perkebunan di provinsi tersebut merupakan lahan perkebunan karet.

"Luas ini menjadi yang nomor satu di Indonesia. Diikuti dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit sekitar 1,1 juta ha, kopi 250 ribu ha, sisanya aneka tanaman, seperti lada, kemiri, aren, dan lainnya," ujarnya seperti dikutip cnnindonesia.com.  

Berdasarkan indeks Tokyo Commodity Exchange (TOCOM), harga komoditas karet sebesar 198,4 yen Jepang pada Sabtu (9/3). Patokan harga tersebut sudah cukup meningkat dalam setahun terakhir.

Harga karet sempat berada di kisaran 152,9 yen Jepang dalam setahun terakhir. Sementara harga tertinggi hanya berkisar 206,2 yen Jepang. Sedangkan dalam lima tahun terakhir, harga tertinggi karet sejatinya pernah menyentuh kisaran 331,3 yen Jepang.

Lima Jurus

Presiden juga mengungkapkan setidaknya ada lima jurus yang sudah dilakukan pemerintahan Kabinet Kerja untuk mengerek harga komoditas karet yang cukup lesu di pasar internasional dalam beberapa waktu terakhir.

Pertama, kata Jokowi, pemerintah telah memetakan peralihan fungsi lahan karet. Hal ini dilakukan karena jumlah produksi yang terlalu tinggi kerap membuat harga turun. Untuk itu, produksi karet petani di Tanah Air perlu sedikit dikendalikan. Meski begitu, ia memastikan peralihan fungsi lahan tersebut tidak akan membuat penghasilan petani menyusut. Sebab, lahan perkebunan karet petani akan tetap produktif untuk menanam komoditas lain yang juga menguntungkan.

Kedua, Presiden telah menginstruksikan Badan Usaha Milk Negara (BUMN) terkait, yaitu PT Perkebunan Nusantara (Persero) untuk menyerap hasil produksi petani dengan harga yang cukup tinggi. "Saya paksa BUMN untuk beli, simpan saja dulu tidak apa. Nanti saat harga di dunia sudah cukup baik, baru dilepas. Jadi petani tetap untung karena diserap melalui pembelian BUMN," ujarnya.  

Ketiga, Jokowi telah memerintahkan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto agar hasil produksi karet mentah yang diekspor ke luar negeri bisa sedikit dikurangi. Sebagai gantinya, hasil produksi karet petani harus bisa diserap lebih banyak oleh industri di dalam negeri.

Keempat, Kepala Negara juga memerintahkan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono untuk menyerap kelebihan pasokan produksi karet sebagai bahan campuran untuk membangun jalan nasional maupun jalan tol. "Ini sudah dicoba di tiga provinsi, Sumatera Selatan, Riau, dan Jambi. Hasilnya bagus, meski harganya (biaya pembangunan jalan) agak mahal sedikit, sekitar 10%, tidak apa," ujar Jokowi.  

Kelima, pemerintah Indonesia juga bekerja sama dengan sesama negara produsen karet terbesar di dunia, yaitu Malaysia dan Thailand untuk membatasi jumlah pasokan ekspor dari masing-masing negara. Mereka sepakat membatasi pasokan karet sekitar 200-300 ribu ton melalui skema pengaturan ekspor (Agreed Export Tonnage Scheme-AETS) yang diteken pada akhir Februari 2019. "Makanya dulu harga karet sempat Rp5.000-6.000 per kg. Tapi sekarang setidaknya sudah Rp8.900-9.000 per kg," ujarnya. mohar

BERITA TERKAIT

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MENAKER IDA FAUZIYAH: - Kaji Regulasi Perlindungan Ojol dan Kurir

Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah akan mengkaji regulasi tentang perlindungan bagi ojek online (ojol) hingga kurir paket, termasuk mencakup pemberian tunjangan…

TRANSISI EBT: - Sejumlah Negara di Asteng Alami Kemunduran

Jakarta-Inflasi hijau (greenflation) menyebabkan sejumlah negara di Asia Tenggara (Asteng), termasuk Indonesia, Malaysia, dan Vietnam mengalami kemunduran dalam transisi energi…

RENCANA KENAIKAN PPN 12 PERSEN PADA 2025: - Presiden Jokowi akan Pertimbangkan Kembali

Jakarta-Presiden Jokowi disebut-sebut akan mempertimbangkan kembali rencana kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Sebelumnya, Ketua Umum…