Berikan Bunga 11,15% - PP Properti Terbitkan Obligasi Rp 800 Miliar

NERACA

Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) secara resmi mencatatkan obligasi berkelanjutan I PP Properti tahap II tahun 2019 dengan pokok obligasi sebesar Rp 800 miliar. Obligasi tersebut diterbitkan dan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Senin (25/02).

Kepala Divisi Operasional Perdagangan BEI, Irvan Susandy dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin menjelaskan bahwa obligasi dengan kode PPRO01ACN2 itu mempunyai tingkat bunga tetap sebesar 11,15% per tahun dan berjangka waktu selama tiga tahun.”Hasil pemeringkatan untuk obligasi I PP Properti tahap II adalah BBB+ (idn) dari PT Fitch Rating Indonesia,”ujarnya.

Irvan juga menyebutkan, bunga obligasi yang akan jatuh tempo pada tahun 2022 itu akan dibayarkan setiap tiga bulan sekali, di mana pada (22/05) mendatang adalah tanggal pembayaran bunga pertama. Asal tahu saja, dalam menerbitkan obligasi ini, PP Properti menunjuk PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) sebagai wali amanat emisi obligasi. Berdasarkan catatan BEI, per tahun 2019 ini, emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI seluruhnya berjumlah 15 emisi yang diterbitkan oleh 12 emiten dengan raihan dana sebesar Rp13,24 triliun.

Kata Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Dimas Ardhinugraha, pasar saham dan obligasi masih potensial untuk dijadikan tempat berinvestasi di tengah gejolak ekonomi global.”Kami melihat, baik pasar saham maupun pasar obligasi Indonesia masih sangat berpotensi untuk tahun ini,"ujarnya.

Untuk pasar obligasi, lanjut Dimas, juga masih sangat berpotensi. Imbal hasil obligasi Indonesia dinilai masih di kisaran yang sangat atraktif, cukup tinggi dibandingkan negara kawasan lainnya. "Oleh karena itu, dengan kondisi ekonomi domestik yang lebih kondusif dibandingkan tahun lalu, sangat berpotensi mendukung dana asing masuk ke pasar obligasi Indonesia," kata Dimas.

Dimas menuturkan, pada awal 2019 banyak sekali orang yang sangat pesimis terhadap ekonomi 2019. Menurutnya, hal tersebut wajar saja, karena di 2018 lalu banyak terjadi faktor ketidakpastian. Pertama, kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve. Kedua, perang dagang antara Amerika Serikat dengan mitra dagangnya.

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…