Industri Estetika Memasuki Era Beauty 4.0

 

 

 

NERACA

 

Jakarta – Founder dan President Director Miracle Aesthetic Clinic Group Lanny Juniarti menyebutkan bahwa era digital telah memberikan dampak besar pada industri estetika secara global. Di industri estetika, fenomena tren timbul karena pengaruh dari perkembangan teknologi dan sosial media sehingga industri 4.0 inipun telah menyeret industri estetika memasuki era beauty 4.0. “Seperti halnya revolusi industri berkembang dan mengalami perubahan dari industri 1.0 menuju 4.0, demikian pula beauty industry mengalami revolusi,” ungkap Lanny saat berbicara soal Aesthetic Outlook 2019 di Jakarta, Selasa (12/2).

Lanny menjelaskan pada Beauty 1.0 dimensi saja, yaitu dokter menggunakan apa yang disebut dengan golden ratio. Dan dari sudut pandang dokterlah yang menentukan perawatan yang terbaik bagi pelanggan. Sementara pada Beauty 2.0, masyarakat menginginkan tampilan wajah dengan sempurna namun tetap memiliki keaslian, versi terbaik dari dirinya, tidak menjadi diri orang lain. Sedangkan era Beauty 3.0 tuntutan masyarakat kian berkembang. Mereka tidak hanya sekadar ingin menyempurnakan tampilan wajahnya namun perawatan kecantikan yang dilakukan dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka.

Lalu, saat industri kecantikan telah memasuki era Beauty 4.0. Era digital sangat mempengaruhi perubahan di Industri kecantikan. Media sosial bukan hanya menciptakan social network, akan tetapi juga akhirnya menyebabkan munculnya sosial beauty. “Media sosial merupakan sarana untuk eksistensi dan aktualisasi diri bagi masyarakat. Namun media sosial juga merupakan sarana kebebasan berekspresi bagi masyarakat, menyuarakan opini, aspirasi, pendapatan, komentar dan kritik,” jelasnya.

Ia menjelaskan eksistensi diri seseorang di media sosial dapat menimbulkan dampak yang positif, atau menuai banyak kritik dan menimbulkan haters. “Hal ini tentunya menimbulkan dampak pada sosial dan psikologi seseorang. Demikian juga di sosial beauty, penampilan seseorang dapat menjadi pujian, sindiran, atau bahkan menjadi hujatan. Pada akhirnya hal inilah yang membuat terbentuknya tuntutan baru di dunia estetika,” jelasnya.

Menurut dia, Beauty 4.0 kini tidak lagi fokus pada sudut pandang dokter. Tidak lagi terikat pada sudut pandang dan keinginan individu saja. Tidak juga berorientasi hanya pada 1 atau 2 dimensi, namun multidimensional. Di era ini kecantikan terikat pada banyak faktor, terkait pada opini orang lain yang menilainya, social awareness hingga opini publik, yang berorientasi dengan fisik dan emosional individu.

Lanny juga menambahkan beberapa tahun yang lalu, dokter akan memberikan arahan mana perawatan yang tepat bagi klien, namun seiring berjalannya waktu, mereka juga mempunyai keinginan untuk mengikuti tren yang sedang terjadi. “Sebagai seorang ahli di bidang estetik, kami harus dapat menyarankan perawatan apa yang tepat, untuk memenuhi apa yang menjadi keinginan klien, dengan tetap memilki kekhasan tampilan wajahnya, menjadi versi terbaik dari dirinya,” katanya.

Sehingga, kata dia, rasa percaya diri mereka semakin bertambah. Namun tidak cukup sampai disitu saja, juga perlu memahami juga apakah perwatan kecantikan yang dilakukan dapat memberikan dampak yang baik pada kehidupan sosial mereka. Jangan sampai, misalnya wajah pelanggan malah menjadi bahan hujatan orang lain, seperti tidak proporsional maupun terlihat aneh.

Ia mempertegas bahwa kesuksesan dari Beauty 4.0, yaitu bagaimana para praktisi dapat memenuhi keempat dimensi tersebut merupakan sebuah tantangan. Bagaimana kita menyempurnakan tampilan wajah sesuai versi terbaiknya, namun tetap terlihat natural, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memberi dampak positif bagi mereka saat berinteraksi dengan orang lain. “Hasil perawatan yang kita lakukan harus dapat memberikan kualitas kehidupan yang lebih baik bagi kehidupan sosial mereka,” pungkasnya.

 

BERITA TERKAIT

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival NERACA Jakarta - Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), setiap tahun ada 23-48…

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival

Menyelamatkan Pangan, LG Inisiasi Better Life Festival NERACA Jakarta - Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (Bapanas), setiap tahun ada 23-48…

Arus Balik Lebaran 2024, Pelita Air Capai On Time Performance 95 Persen

NERACA Jakarta – Pelita Air (kode penerbangan IP),maskapai layanan medium (medium service airline), mencapai rata-rata tingkat ketepatan waktu penerbangan atau on-time…

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace

UMKM Indonesia Bersaing di Tingkat Dunia Lewat Marketplace NERACA  Jateng - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian Komunikasi…