Disruptif Teknologi Masa Depan

Semakin rendahnya harga teknologi energi terbarukan seperti solar PV (photovoltaic) untuk panel surya, teknologi tersebut akan semakin terjangkau bagi banyak orang. Dampak dari harga teknologi yang semakin terjangkau adalah akan lebih banyak orang yang membeli dan memproduksi sendiri listriknya, ketimbang membeli dari perusahaan penyedia listrik seperti PT PLN di dalam negeri. Disruptif teknologi dan revolusi industri 4.0 benar-benar akan mengambil peran di sana.

Menurut kajian Pusat Pengkajian Industri Manufaktur Telematika dan Elektronika (PPIMTE) BPPT, apabila kebijakan di negeri ini  mendukung, mungkin dalam hitungan sewindu jangan heran jika melihat orang membuka aplikasi di telepon pintar mereka bukan lagi karena ingin dijemput ojek online, tapi mereka membuka telepon pintar untuk mencari rumah-rumah penduduk yang sedang kelebihan daya listrik di baterai penyimpanannya, dan berniat menjualnya. Aplikasi pada telepon pintar akan memudahkan orang menemukan rumah-rumah yang hendak menjual listriknya sehingga memudahkan setiap orang melakukan "fast charging" kendaraan listrik mereka.

Pernah terbayang tidak jika Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan Perusahaan Listrik Negara beriklan mencari pelanggan karena masyarakat beralih membeli langsung listrik ke rumah tangga? Teknologi "fast charging" berkembang pesat dan akan semakin dibutuhkan di masa depan untuk pengisian baterai.

Kita tentu ingat ketika mantan Wapres Amerika Serikat Al Gore dalam pertemuan "Cities4Climate: The Future Is Us" yang digelar organisasi C40 Cities di San Francisco pertengahan September 2018 mengatakan, biaya produksi EBT semakin murah mendekati "zero marginal cost". Artinya, kualitas baterai penyimpanan semakin baik, membuat mobil-mobil listrik semakin presisi dan efisien.

Dengan kuasa alat-alat digital, internet hingga "artificial intelligence" (AI) semua memungkinkan terjadi. Salah satu contoh bagaimana Google berhasil mengonservasi "kebun" energi di dunia, membuat perusahaan mampu memangkas penggunaan energi dari panel suryanya hingga 56 persen dengan perangkat keras baru.

Dunia bergerak ke sana, menghasilkan dan mengonsumsi energi bersih semakin menjadi tren dan kebetulan bumi memang sangat membutuhkannya. Dengan adanya disruptif teknologi ide-ide gila bermunculan untuk menggantikan energi kotor dari fosil atau dari sumber-sumber nabati yang tidak berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Apalagi bila China "menutupi" perairannya untuk membentangkan solar PV seluas-luasnya, maka India akan membuat kapling-kapling di atas lahan kritisnya untuk ditawarkan pada siapa saja yang hendak berinvestasi berbisnis listrik dari tenaga surya.
Dengan demikian, semakin banyak yang terlibat dan beban pendanaan pemerintah untuk menciptakan energi bersih semakin berkurang. Di sisi lain, bisnis baru tercipta karena ekonomi tetap berjalan. Jadi, tidak perlu ada keraguan untuk beralih ke energi bersih guna mengendalikan emisi gas rumah kaca (GRK).

Jadi jelas kebijakan iklim, akan berkontribusi menjadikan kota-kota di dunia menjadi lebih sehat dan sejahtera. Dan riset terkini yang dilakukan C40 Cities bahwa kebijakan iklim urban mampu menciptakan 14 juta pekerjaan dibanding sektor minyak dan gas yang mencapai 1,3 juta pada 2030.

Patut disadari, bahwa dalam dua tahun terakhir harga pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) "off shore" turun hingga 50 persen. Selain itu, menurut dia, harga baterai mobil listrik juga turun hingga 70 persen. Ini menunjukkan transisi ke energi bersih, bukan sekedar persoalan teknologi, tapi juga bergantung pada kebijakan dan pendanaan hijau. Selain itu, insentif diberikan bagi proyek-proyek energi bersih skala kecil dan kontrak bagi yang berskala besar. Indonesia diharapkan mampu menjadi "market maker" dalam kaitannya dengan pengembangan EBT  di masa depan.

BERITA TERKAIT

Kedewasaan Berdemokrasi

Masyarakat dan segenap elemen bangsa Indonesia saatnya harus menunjukkan sikap kedewasaan dalam menjunjung tinggi asas serta nilai dalam berdemokrasi di…

Modernisasi Pertanian

Sektor pertanian di dalam negeri memiliki peranan yang vital dalam perekonomian domestik. Sektor pertanian menjadi sektor yang strategis menyediakan bahan…

Normalisasi Harga Pangan

Harga pangan di sejumlah wilayah Indonesia mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir, terlebih menjelang Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri. Tidak…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Kedewasaan Berdemokrasi

Masyarakat dan segenap elemen bangsa Indonesia saatnya harus menunjukkan sikap kedewasaan dalam menjunjung tinggi asas serta nilai dalam berdemokrasi di…

Modernisasi Pertanian

Sektor pertanian di dalam negeri memiliki peranan yang vital dalam perekonomian domestik. Sektor pertanian menjadi sektor yang strategis menyediakan bahan…

Normalisasi Harga Pangan

Harga pangan di sejumlah wilayah Indonesia mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir, terlebih menjelang Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri. Tidak…